Sumber Gambar: assets.pasundanekspres.co
HUKUM BERWUDHU BAGI ORANG YANG BERKUKU PANJANG (EX: PETANI ATAU MONTIR)
Memiliki kuku panjang, menjadi sebuah hal yang lumrah yang sering kita jumpai. Di sisi lain orang yang kukunya panjang dan kotor akan menjadi penghalang sampainya air pada kuku (menjadi penghalang sampainya air pada kulit) khususnya bagi orang orang yang bermata pencaharian petani atau seorang montir. Yang kita ketahui bahwa kedua profesi tersebut selalu berkaitan dengan tanah dan oli setiap hari, dimana kedua benda tersebut termasuk benda benda yang jika masuk pada sela kuku yang panjang dapat menjadi penghalang masuknya air pada kulit kuku. Hal ini menjadi latar belakang timbulnya pertanyaan hukum berwudhu bagi orang yang berkuku panjang dan kotor (ex : petani atau montir).
Bagaimanakah hukum berwudhu bagi orang yang berkuku panjang dan kotor bagi petani atau montir?
Tidak sah
Bersucinya tidak sah jika terdapat benda - benda yang dapat mencegah sampainya air pada kulit
إذَا كَانَ عَلَى بَعْضِ أَعْضَائِهِ شَمْعٌ أَوْ عَجِيْنٌ أَوْ حِنَّاءٌ وَاَشْبَاهُ ذَلِكَ فَمَنَعَ وُصُوْلَ المَاءِ اِلَى شَيْءٍ مِنَ العُضْوِ لَمْ تَصِحَّ طَهَارَتُهُ سَوَاءٌ كَثُرَ ذَلِكَ أَمْ قَلَّ (المجموع شرح المهذب : ج ١، ص٤٦٧)
Jika pada anggota tubuh seseorang terdapat lilin, adonan, henna, atau benda yang menyerupai benda - benda tersebut yang dapat mencegah sampainya air pada anggota tubuh maka bersucinya tidak sah baik benda tersebut banyak atau sedikit. (Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 1: 467)
Sah
Sah dengan syarat sulit dihilangkan
(قَوْلُهُ: أَوْ جُرْمٌ كَثِيفٌ) كَدُهْنٍ جَامِدٍ وَكَوَسَخٍ تَحْتَ الْأَظْفَارِ نِهَايَةٌ زَادَ شَرْحُ بَافَضْلٍ خِلَافًا لِلْغَزَالِيِّ اهـ. قَالَ الْكُرْدِيُّ عَلَيْهِ قَالَ الزِّيَادِيُّ فِي شَرْحِ الْمُحَرَّرِ وَهَذِهِ الْمَسْأَلَةُ مِمَّا تَعُمُّ بِهَا الْبَلْوَى فَقَلَّ مَنْ يَسْلَمُ مِنْ وَسَخٍ تَحْتَ أَظْفَارِ يَدَيْهِ أَوْ رِجْلَيْهِ فَلْيُتَفَطَّنْ لِذَلِكَ انْتَهَى وَقَالَ الشَّارِحُ فِي حَاشِيَةِ التُّحْفَةِ وَفِي زِيَادَاتِ الْعَبَّادِي وَسَخُ الْأَظْفَارِ لَا يَمْنَعُ جَوَازَ الطَّهَارَةِ؛ لِأَنَّهُ تَشُقُّ إزَالَتُهُ بِخِلَافِ نَحْوِ الْعَجِينِ تَجِبُ إزَالَتُهُ قَطْعًا؛ لِأَنَّهُ نَادِرٌ وَلَا يَشُقُّ الِاحْتِرَازُ عَنْهُ وَاخْتَارَ فِي الْإِحْيَاءِ وَالذَّخَائِرِ هَذَا فَقَالَ يُعْفَى عَنْهُ، وَإِنْ مَنَعَ وُصُولَ الْمَاءِ لِمَا تَحْتَهُ (حاشية الشرواني على تحفة المحتاج : ج١، ص ١٨٧)
Perkataan beliau : kotoran yang tebal seperti lemak yang keras seperti kotoran dibawah kuku adalah kesimpulan pembahasan. Syarkh Bafadl menambahkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat Imam Ghozali, Imam Al Kurdi berkata atas pendapat tersebut. Al Ziyad berkata dalam kitab syarkh Muharror mengatakan masalah ini adalah masalah umum yang menimpa manusia sehingga sedikit manusia yang dapat terhindar dari kotoran dibawah kuku tangan atau kaki maka berhati - hati terhadap hal tersebut. Penulis dalam Hasyiyah At-Tuḥfah dan dalam tambahan Al Abbadi mengatakan kotoran kuku tidak mencegah keabsahan wudhu karena sulit dihilangkan, berbeda dengan adonan roti yang harus dihilangkan secara muthlak karena langka (jarang terjadi) dan sulit berhati - hati darinya. Beliau memilih pendapat dalam Al Ihya dan Adz Dzakhoir, kemudian berkata hal ini dimaafkan walaupun mencegah sampainya air pada bagian bawah kuku. (Hasiyah asy-Syarwani ala Tuhfah al-Muhtaj, 1: 187)
Penulis : Aysya Mufarrohah
Perumus : Alfandi Jaelani., MT
Mushohih : Arief Rahman Hakim, M.Pd
Daftar Pustaka
An-Nawawi, Abu Zakariya Muhy ad-Din bin Syaraf (W. 676 H) Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, Daar al-Fikr, tanpa kota, tanpa tahun, sebanyak 22 jilid.
Al-Syarwani, Abdur Rohman (W. 1301 H) Hasiyah al-Syarwani ala Tuhfah al-Muhtaj, Musthofa Muhammad, tanpa kota, tanpa tahun, sebanyak 7 jilid.
===========================
===========================
Tidak sah
Sah
Posting Komentar untuk "HUKUM BERWUDHU BAGI ORANG YANG BERKUKU PANJANG (EX: PETANI ATAU MONTIR)"