Sumber Gambar: langit7.id
Sumber Gambar: langit7.id
Ali dan Fatimah merupakan sepasang suami-istri yang sudah cukup lama, sebagaimana mestinya setelah Ali menerima gaji dia memberikan nafkah kepada Fatimah namun disaat bersamaan, ibunya Ali juga meminta uang tersebut, akhirnya Ali pun mendahulukan Fatimah daripada ibunya,
Bagaimanakah pandangan ulama mengenai ilustrasi diatas ?
Jawaban
Menurut Imam Nawawi mendahulukan istri tidak membuat berdosa , namun alangkah baiknya seorang suami tersebut harus bisa membahagiakan hati ibunya karena sebagai bakti anak kepada orang tua, akan tetapi bila memang harus mendahulukan istri suami tersebut harus menyembunyikan tindakannya.
لاَ يَأْثَمُ بِذَلِكَ إِذَا قَامَ بِكِفَايَةِ الْأُمِّ إِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يَلْزَمُهُ كِفَايَتُهَا بِالْمَعْرُوْفِ، لَكِنْ الْأَفْضَلُ أِنْ يَسْتَطِيْبَ قَلْبَ الْأُمَّ وَأَنْ يُّفَضِّلَهَا، وَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مِنْ تَرْجِيْحِ الزَّوْجَةِ فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَخْفِيْهِ. (فتاوى النووي: ص ٢١٣)
“Seseorang tidak berdosa dengan tindakan itu ketika ia mencukupi (nafkah) ibunya jika ibunya adalah salah seorang yang wajib dinafkahi dengan baik. Tetapi yang utama adalah membahagiakan (menjaga perasaan) dan mengutamakan ibunya. Jika memang harus mengutamakan nafkah istri daripada ibu, maka seseorang suami harus menyembunyikan tindakan tersebut dari ibunya” (Fatawa Nawawi: 213).
Menurut Abi Layts As- Samarqandi dalam karyanya yakni kitab Tanbih Al-Gahfilin yang diambil dari hadis nabi yang berstatus dhoif bahwasannya al-Qamah mendahulukan istri daripada ibunya sewaktu masa hidup, yang akhirnya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat waktu akan wafatnya, dan yang bisa membuat al-Qamah mengucapkan syahadat adalah ridho ibunya.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «انْطَلِقْ يَا بِلَالُ فَانْظُرْ هَلْ يَسْتَطِيعُ عَلْقَمَةُ أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. فَلَعَلَّ أُمَّ عَلْقَمَةَ تَكَلَّمَتْ بِمَا لَيْسَ فِي قَلْبِهَا حَيَاءً مِنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ»، فَانْطَلَقَ بِلَالٌ، فَلَمَّا انْتَهَى إِلَى الْبَابِ سَمِعَ عَلْقَمَةَ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. فَلَمَّا دَخَلَ قَالَ: يَا هَؤُلَاءِ إِنَّ سَخَطَ أُمِّ عَلْقَمَةَ حَجَبَ لِسَانَهُ عَنِ الشَّهَادَةِ، وَإِنَّ رِضَاهَا أَطْلَقَ لِسَانَهُ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ.فَأَتَاهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَأَمَرَ بِغُسْلِهِ وَتَكْفِينِهِ، وَصَلَّى عَلَيْهِ. ثُمَّ قَامَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ وَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مَنْ فَضَّلَ زَوْجَتَهُ عَلَى أُمِّهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، وَلَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلَا عَدْلٌ(١) يَعْنِي الْفَرَائِضَ وَالنَّوَافِلَ». (تنبيه الغافلين :١٢٦)
(١) ضعيف جدا
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, 'Pergilah wahai Bilal, lalu lihatlah apakah Uqbah mampu mengucapkan 'La ilaha illallah'. Mungkin saja Ummu Uqbah telah berkata sesuatu yang tidak ada dalam hatinya karena malu kepada Rasulullah ﷺ.' Maka pergilah Bilal, dan ketika sampai di pintu, ia mendengar Uqbah mengucapkan 'La ilaha illallah'. Ketika masuk, ia berkata, 'Wahai sekalian, sesungguhnya kemarahan Ummu Uqbah telah menghalangi lidahnya dari mengucapkan kalimat syahadat, dan keridhaannya telah membebaskan lidahnya.' Maka Uqbah meninggal pada hari itu. Lalu datanglah Rasulullah ﷺ dan memerintahkan agar Uqbah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Kemudian beliau berdiri di tepi kubur dan bersabda, 'Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka atasnya laknat Allah, dan tidak diterima darinya sedekah maupun amal shalih, maksudnya fardhu maupun sunnah.'(Tanbih Al-Ghafilin :126)
Penulis : Muhammad Faruq Al Ismani
Perumus : Muhammad Faishol, S.Pdi
Mushohih : Muhammada, S.Pdi, M.Pdi
Daftar Pustaka
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syaraf ad-Dimasyqi (W. 676 H), Fatawa an- Nawawi, Daar al-Basha'ir, Beirut, Lebanon 1417 H.
As-Samarqandi, Abi Layts Nasr bin Muhammad al-Hanafi as-Samarqandi (W. 373 H), Tanbih Ghafilin, Al-Iman, 1415 H.
Posting Komentar untuk "MENDAHULUKAN ISTRI ATAU IBU ???"