HUKUM IBADAH BAGI WANITA YANG HAIDNYA TIDAK TERATUR
Seorang istri yang terbiasa haid dan suci mencegah kehamilan dengan suntik KB sehingga menyebabkan siklus haid tidak seperti kebiasaan pada umumnya, dia mengalami haid berkepanjangan yang mana darah keluar terus menerus selama lima bulan, adakalanya darah yang keluar lancar dan ada kalanya hanya sedikit (ngeflek), sehingga dia mengalami kebingungan tidak bisa membedakan antara istihadhah dan haid. Bolehkah ketika dalam keadaan masih ngeflek (keluar darah sedikit) melaksanakan ibadah seperti sholat atau puasa?
TIDAK BOLEH MELAKUKAN IBADAH
Apabila flek (keluar darah sedikit) terjadi ketika dalam kurun waktu kebiasaannya haid sehingga dikategorikan sebagai wanita yang haid.
الصُّورَةُ الرَّابِعَةُ: هِيَ المُعْتَادَةُ بِأَنْ سَبَقَ لَهَا حَيْضٌ وَطُهْرٌ كَمَا مَرَّ غَيْرَ المُمَيَّزَةِ بِأَنْ تَرَاهُ بِصِفَةٍ كَمَا مَرَّ أَيْضًا الذَّاكِرَةُ لِعَادَتِهَا قَدْرًا وَوَقْتًا فَيَرِدُ إِلَيْهَا قَدْرًا وَوَقْتًا، فَلَوْ حَاضَتْ فِي شَهْرٍ خَمْسَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِهِ مِثْلًا ثُمَّ اسْتَحَاضَتْ فَحَيْضُهَا هُوَ الْخَمْسَةُ مِنْ أَوَّلِ الشَّهْرِ. (حاشية البيجوري: ج١، ص۲١٤)
‘’Keempat: Adalah wanita yang memiliki kebiasaan haid, yaitu yang sebelumnya pernah mengalami haid dan suci seperti yang telah dijelaskan, Bukan wanita yang tidak dapat membedakan (darah haid dan istihadhah), sebagaimana yang telah dijelaskan juga, karena dia mengenali kebiasaannya dalam hal jumlah dan waktu. Maka, jumlah dan waktu haidnya akan kembali sesuai dengan kebiasaannya. Misalnya, jika seorang wanita haid selama lima hari di awal bulan, kemudian mengalami istihadhah (pendarahan yang bukan haid), maka haidnya tetap dihitung sebagai lima hari di awal bulan.” (Hasyiah Bayjuri: juz 1, hal.214).
BOLEH MELAKUKAN IBADAH
Apabila flek (keluar darah sedikit) terjadi ketika dalam kurun waktu kebiasaannya suci sehingga dikategorikan sebagai wanita yang istihadhah.
وَطُهْرُهَا بَقِيَّةُ الشَّهْرِ عَمَلًا بِعَادَتِهَا وَإِنْ لَمْ تَتَكَرَّرْ، لِأَنَّ العَادَةَ تَثْبُتُ بِمَرَّةٍ إِنْ لَمْ تَخْتَلِفْ، فَإِنْ اَخْتَلَفَتْ فَلَا تَثْبُتُ بِمَرَّةٍ. (حاشية البيجوري: ج١، ص۲١٤)
“Masa sucinya adalah sisa bulan tersebut sesuai dengan kebiasaannya, meskipun kejadian itu tidak terulang. Hal ini karena kebiasaan itu dapat diterima dengan sekali kejadian jika tidak berubah, tetapi jika ada perubahan, maka kebiasaan tersebut tidak dapat diterima hanya dengan sekali kejadian’’. (Hasyiah Bayjuri: juz 1, hal.214).
Daftar Pustaka
al-Bayjuri, al-Syaikh Ibrahim, (W 1869 M), Hasyiyah al-Bayjuri: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah,
Beirut, Lebanon: tanpa tahun.
Posting Komentar untuk "Hukum Ibadah Bagi Wanita yang Haidnya Tidak Teratur"