Hukum Komisi Affiliate dalam Islam

 

Sumber Gambar: eklipse.ai

HUKUM KOMISI AFFILIATE DALAM ISLAM? DAN MENGGUNAKAN AKAD APA? 

Affiliate adalah model pemasaran dimana perusahaan (pihak pertama) bekerja sama dengan Afiliator (pihak ketiga) untuk mempromosikan produk atau jasa milik penjual atau pemilik toko (pihak kedua). Setiap Afiliator harus mendapatkan komisi yang adil dan tepat waktu untuk setiap penjualan yang berhasil dilakukan melalui tautan mereka. Jika seseorang membeli produk melalui rekomendasi atau tautan dari afiliasi, Afiliator akan mendapatkan bayaran sebagai imbalan atas promosi yang mereka lakukan.

I. Bagaimana Hukum Komisi Affiliate dalam Islam? 

Afiliator dalam fikih itu disamakan dengan bayya’ (promotor) atau simsar (makelar), para ulama’ dalam masalah tersebut itu membolehkan, tetapi dengan catatan terdapat unsur ta’ab (kesulitan). Dalam permasalahan tersebut, akad yang terjadi adalah akad ju’alah/ ijarah. Ketika diikutkan akad jualah maka tidak disyaratkan nominal besaran komisinya. tetapi diikutkan dengan akad ijarah maka besaran komisi harus ditentukan di awal akad. 

Boleh

Upah perantara (Afiliator) harus ditentukan jelas, bisa berupa jumlah tetap atau persentase, agar menghindari perselisihan. 

وَيَنْبَغِي أَنْ تَكُونَ أُجْرَةُ السِّمْسَارِ مَعْلُومَةً بِاتِّفَاقِ الْفُقَهَاءِ حَتَّى لَا يَقَعَ أَيُّ نِزَاعٍ فِيمَا بَعْدُ. وَيَصِحُّ أَنْ تَكُونَ الْأُجْرَةُ مَبْلَغًا مَقْطُوعًا كَعَشَرَةِ دَنَانِيرَ مَثَلًا وَيَجُوزُ أَنْ تَكُونَ الْأُجْرَةُ نِسْبَةً مِئَوِيَّةً كَأَنْ يَقُولَ شَخْصٌ لِسِمْسَارٍ: بِعْ لِي هَذِهِ الْأَرْضَ وَلَكَ ١ % مِنْ ثَمَنِهَا مُقَابِلَ سَعْيِكَ وَسَمْسَرَتِكَ (فقه التاجر مسلم: ج۱،ص  ١٠٢)         

“Upah bagi perantara (Afiliator) harus ditentukan dengan jelas, menurut kesepakatan para ulama, agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari. Upah tersebut sah jika berupa jumlah tetap, seperti sepuluh dinar misalnya, dan juga sah jika berupa persentase, seperti jika seseorang berkata kepada broker: ‘Jualkan tanah ini untuk saya, dan kamu akan mendapatkan 1% dari harganya sebagai imbalan atas usaha dan jasamu.’ “ (Fiqh al-Tajir Muslim juz 1 hal 102)

وَأَمَّا أَخْذُ السِّمْسَارِ أُجْرَةً مِنْ الْبَائِعِ وَالْمُشْتَرِي فَلَا بَأْسَ بِهِ إِذَا كَانَ مَشْرُوطًا أَوْ جَرَى الْعُرْفُ بِذَلِكَ فَمَثَلًا لَوْ قَالَ شَخْصٌ لِسِمْسَارٍ: بِعْ لِي هَذِهِ الْعِمَارَةَ وَلَكَ ١ % مِنْ ثَمَنِهَا. وَقَالَ شَخْصٌ آخَرُ لِنَفْسِ السِّمْسَارِ اشْتَرْ لِي تِلْكَ الْعِمَارَةَ وَلَكَ ١ % مِنْ ثَمَنِهَا فَيَجُوزُ ذَلِكَ وَلَا بَأْسَ بِهِ (فقه التاجر مسلم: ج ۱،ص ۱٠٢)

“Adapun jika seorang perantara (Afiliator) mengambil upah dari penjual dan pembeli, hal itu diperbolehkan selama disyaratkan sebelumnya atau telah menjadi kebiasaan umum. Sebagai contoh, jika seseorang berkata kepada broker, "Jualkan gedung ini untukku, dan kamu akan mendapatkan 1% dari harganya," dan orang lain berkata kepada (Afiliator  yang sama, "Belikan gedung itu untukku, dan kamu akan mendapatkan 1% dari harganya," maka hal tersebut diperbolehkan dan tidak ada masalah dengannya” (Fiqh al-Tajir Muslim juz 1 hal 102)


 II. Komisi Affiliate Menggunakan Akad Apa?

Jawab:

Akad Affiliate dapat menggunakan akad ju'alah/ ijarah. Melalui akad ju'alah/ ijarah, Afiliator akan mendapat imbalan jika berhasil mencapai hasil tertentu yang disepakati, misalnya berhasil menemukan pembeli atau mencapai target penjualan. sebab dalam ju’alah/ ijarah berlaku ketentuan sebagai berikut:

  1. Akad jualah adalah kontrak atau kesepakatan dalam hukum Islam di mana seseorang menawarkan imbalan tertentu kepada pihak lain untuk melakukan pekerjaan atau mencapai suatu hasil tertentu. Dalam akad ju’alah, pemberi ju’alah (ja’il) menjanjikan hadiah atau upah kepada pihak yang berhasil menyelesaikan tugas yang ditentukan hubungan kerja antara Afiliator, pemilik barang, dan calon pembeli bergantung pada kesepakatan yang dibuat di awal. Bagaimana cara Afiliator bekerja untuk mempromosikan atau menjual barang sangat ditentukan oleh aturan atau sistem yang telah disetujui oleh semua pihak yang terlibat. 

وَشَرْعًا: اِلْتَزَامُ مُطْلَقِ التَّصَرُّفِ عِوَضًا مَعْلُوْمًا، عَلَى عَمَلٍ مُعَيِّنٍ مَعْلُوْمٍ أوْ مَجْهُوْلٍ، لِمعَيِّنٍ أوْ غَيْرِهِ. (وَالْجِعَالَةُ جَائِزَةٌ) مِنَ الطَّرَفَيْنِ: طَرَفِ الجَاعِلِ وَالمَجْعُوْلِ لَهُ، (فتح القريب المجيب: ج ١، ص ١٩٨)

"Secara syariat, ju'alah adalah komitmen dari seseorang yang memiliki hak penuh untuk memberikan imbalan tertentu atas suatu pekerjaan yang spesifik atau tidak spesifik, yang dilakukan oleh orang tertentu atau bukan. Ja’alah diperbolehkan dari kedua belah pihak: pihak yang menawarkan (ja’il) dan pihak yang menerima tugas (maj’ul lahu)” (Fathul Qarib al-Mujib juz 1 hal 198)

  1. Akad ijarah adalah perjanjian antara dua pihak yang melibatkan sewa-menyewa atau upah-mengupah atas jasa tertentu. Dalam konteks ini, akad ijarah digunakan untuk menyewa jasa makelar (simsar) sebagai perantara dalam transaksi. Profesi makelar (simsar) diperbolehkan dalam Islam karena termasuk jasa yang bersifat tolong-menolong, selama dilaksanakan sesuai syariat. Sebelum memanfaatkan jasa makelar (simsar), harus dilakukan akad ijarah atau akad ju'alah sebagai bentuk kesepakatan yang sah.

وَمِنْ شُرُوطِ الْإِجَارَةِ : أَنْ تَكُونَ مَنْفَعَةً مَعْلُومَةً وَمَقْصُودَةً ، وَيُمَثِّلُونَ بِغَيْرِ الْمَقْصُودَةِ بِإِيجَارِ التُّفَّاحَةِ أَوْ اللَّيْمُونَةِ لِلشَّمِّ ، وَيُمَثِّلُونَ أَيْضًا بِكَلِمَةِ الدَّلَالِ الَّتِي لَا تُتْعِبُ ، إِنَّمَا لَوْ تَأَمَّلْنَا كَلِمَةَ الدَّلَالِ . .. لَوَجَدْنَا أَنَّ لَهَا أَثَرًا كَبِيرًا فِي تَرْوِيجِ السِّلْعَةِ وَرَفْعِ ثَمَنِهَا، خُصُوصًا إِذَا كَانَ مِنْ السَّمَاسِرَةِ الْمَاهِرِينَ (شرح الياقوت النّفيس: ج ١٣، ص٤٦٧)

“Dan di antara syarat-syarat ijarah (sewa-menyewa) adalah bahwa manfaatnya harus diketahui dan menjadi tujuan yang dimaksudkan. Contoh manfaat yang tidak dimaksudkan adalah menyewakan sebuah apel atau lemon untuk dicium baunya. Contoh lain adalah ungkapan "kata promosi" yang tidak memerlukan usaha besar. Namun, jika kita merenungkan ungkapan "kata promosi", kita akan menemukan bahwa ungkapan tersebut memiliki pengaruh besar dalam memasarkan barang dan meningkatkan harganya, terutama jika diucapkan oleh makelar yang mahir” (Syarah al-Yaqut al-Nafis juz 1 hal 467)

Penulis :  Khoirotun Nafisatul Mutmainah, S.Pd

Perumus : Ust. M. Khafid Ainul Yaqin M. AP

Mushohih : Ust. Miftara Ainul M.  Pd


Daftar Pustaka

Muhammad, bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, (L. 1312 H - W. 1350 H), al-Yakut al-Nafis: Daar al-Minhaj, Beirut, Lebanon

Zainuddin, Ahmad bin Abdul Aziz al-Ma’bari al-Malibari al-Fannani al-Syafi’i, Fathul Mu’in: Daar Ibnu Hizam, Beirut, Lebanon

Hisamudin, Ustadz Doktor bin Musa ‘Ifanah, Fiqh al-Taajir Muslim: Bait al-Maqdis, Yerusalem, 2005

===========================================================

===========================================================


===========================================================



Posting Komentar untuk "Hukum Komisi Affiliate dalam Islam"