HUKUM MENERIMA BANTUAN BAGI ORANG YANG BERKECUKUPAN

Sumber Gambar: tzuchi.or.id


HUKUM MENERIMA BANTUAN BAGI ORANG  YANG BERKECUKUPAN

Bantuan merupakan salah satu cara untuk meringankan beban hidup seseorang, seperti bantuan sosial yang berupa uang tunai, bahan makanan, maupun sumbangan yang diselenggarakan seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah. Namun ada kasus di beberapa daerah bahwasannya bantuan tersebut sampai pada orang yang sudah berkecukupan. Lantas bagaimana hukum menerima bantuan bagi orang yang berkecukupan?

A.     Tidak boleh

Karena orang yang berkecukupan sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

وَمَنْ أُعْطِيَ لِوَصْفٍ يُظَنُّ بِهِ كَفَقْرٍ أَوْ صَلَاحٍ أَوْ نَسَبٍ أَوْ عِلْمٍ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ بِخِلَافِهِ أَوْ كَانَ بِهِ وَصْفٌ بَاطِنٌ بِحَيْثُ لَوْ عَلِمَ بِهِ لَمْ يُعْطِهِ حُرِمَ عَلَيْهِ الْأَخْذُ مُطْلَقًا (حاشية الجمل: ج٦، ص٢٤٣)

“Barang siapa menerima pemberian tidak sesuai dengan ketentuannya seperti sifat fakir, sifat baik, nasab atau ahli ilmu akan tetapi kenyataannya tidak sesuai, diharamkan mengambilnya secara mutlak.” (Hasyiyah al jamal  juz 6 hal 243).

B.     Boleh

Boleh ketika seseorang yang berkecukupan berkontribusi terhadap kepentingan umum dengan jumlah sesuai kebijakan pemerintah dan kemaslahatan.

(فَرْعٌ) قَالَ الْغَزَالِيُّ مَالُ الْمَصَالِحِ لَا يَجُوزُ صَرْفُهُ إلَّا لِمَنْ فِيهِ مَصْلَحَةٌ عَامَّةٌ أَوْ هُوَ مُحْتَاجٌ عَاجِزٌ عَنِ الْكَسْبِ مِثْلُ مَنْ يَتَوَلَّى أَمْرًا تَتَعَدَّى مَصْلَحَتُهُ إلَى الْمُسْلِمِينَ وَلَوْ اشْتَغَلَ بِالْكَسْبِ لِتَعَطَّلَ عَلَيْهِ مَا هُوَ فِيهِ فَلَهُ فِي بَيْتِ الْمَالِ كِفَايَتُهُ فَيَدْخُلُ فِيهِ جَمِيعُ أَنْوَاعِ عُلَمَاءِ الدِّينِ كَعِلْمِ التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ وَالْقِرَاءَةِ وَنَحْوِهَا وَيَدْخُلُ فِيهِ طَلَبَةُ هَذِهِ الْعُلُومِ وَالْقُضَاةُ وَالْمُؤَذِّنُونَ وَالْأَجْنَادُ وَيَجُوزُ أَنْ يُعْطَى هَؤُلَاءِ مَعَ الْغَنِى وَيَكُونُ قَدْرُ الْعَطَاءِ إلَى رَأْيِ السُّلْطَانِ وَمَا تَقْتَضِيْهُ الْمَصْلَحَةُ وَيَخْتَلِفُ بِضِيقِ الْمَالِ وَسَعَتِهِ (المجموع شرح المهذب: ج٩، ص٣٣١)

“Menurut imam Ghozali : Harta mashalih hanya ditasarufkan pada orang yang berkontribusi terhadap kepentingan umum atau orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya karena tidak bisa bekerja. Seperti orang yang mengatur kebaikan orang Islam, maka dicukupi kebutuhanya dari Baitul Maal, seandainya orang tersebut bekerja maka dia tidak bisa mengatur kebaikan orang Islam. Begitu juga seluruh ulama agama sesuai dengan bidangnya, para pelajar, hakim, muadzin, tentara, dan diperbolehkan mentasarufkan kepada mereka yang sudah kaya (berkecukupan) sesuai kebijakan pemerintah dan kebaikannya.” (Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz 9 hal 331).

Penulis         : Aisah Nurul Fatima

Perumus : Khafidz Ainul Yaqin M.AP

Mushohih : Durrotun Nasikhin


Daftar Pustaka

Jamal, Syekh Sulaiman bin Mansyur al Mansyur Al Misri As-syafi’i (W. 1204 H), Hasyiyah Jamal Syarah Minhaj : Daar Ibn Hazm, Beirut, Lebanon : (1317 H,1996 M) sebanyak 8 jilid.

an-Nawawi, Abu Zakariya Yahya Ibn Syaraf ad-Dimasqi (W. 676 H), al-Majmu’ syarah al-Muhadzab : Dar Ibn Hazm, Beirut, Lebanon : (1417  H, 1996 M) sebanyak 22 jilid.

============================================


===================================================







Posting Komentar untuk "HUKUM MENERIMA BANTUAN BAGI ORANG YANG BERKECUKUPAN"