PENGGABUNGAN THAWAF IFADAH DAN THAWAF WADA’


 PENGGABUNGAN THAWAF IFADAH DAN THAWAF WADA’

Thawaf ifadhah adalah thawaf wajib yang dilakukan oleh setiap jamaah haji setelah wukuf di Arafah sebagai salah satu rukun haji, sedangkan thawaf wada' merupakan thawaf perpisahan yang wajib dilakukan sebelum meninggalkan Mekkah. Namun ada beberapa orang melakukan thawaf secara bersamaan dengan tujuan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat kondisi tubuh yang kurang sehat. Bolehkah seseorang menggabungkan antara thawaf ifadhah dan thawaf wada' menjadi satu kali thawaf ?

Jawab :

Boleh menggabungkan thawaf ifadhah dan thawaf wada’ menurut beberapa madzhab sebagai berikut :

  1. Madzhab Maliki 

  1. Dalam madzhab Maliki yang dikarang oleh Malik bin Anas bin Malik dalam kitab al-Mudawwanah Kubra mengatakan dengan satu kali thawaf itu sudah cukup untuk thawaf lain diantaranya (thawaf ifadhah, qudum, dan wada’) karena adanya keterbatasan waktu.

وَقَالَ مَلِك بَلَغَنِي أَنَّ بَعْضَ أَصْحَابِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانُوا يَأْتُوْنَ مُرَاهِقِيْنَ - فَيَنْفُذُوْنَ لِحَجِّهِمْ وَلَا يَطُوفُوْنَ وَلَا يَسْعَوْنَ، ثُمَّ يَقْدُمُونَ مِنىً وَلَا يُفِيضُونَ مِنْ مِنىً إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ، فَيَأْتُونَ فَيُنِيخُونَ بِإِبِلِهِمْ عِنْدَ بَابِ المَسْجِدِ وَيَدْخُلُوْنَ فَيَطُوفُونَ بِالبَيْتِ وَيَسْعَوْنَ ثُمَّ يَنْصَرِفُونَ،  فَيُجْزِئُهُمْ طَوَافُهُمْ ذَٰلِكَ لِدُخُولِهِمْ مَكَّةَ وَلِإِفَاضَتِهِمْ وَلِوَدَاعِهِمْ البَيْتَ (المدونة الكبرى: ج١، ص ٤٢٥-٤٢٤)  

"Telah sampai kepadaku bahwa sebagian sahabat Nabi datang pada saat waktu terbatas untuk wukuf di Arafah jika mereka melakukan thawaf sebelumnya. Kemudian mereka melanjutkan ibadah hajinya dengan tidak thawaf dan sa'i. Selanjutnya mereka datang di Mina dan tidak memanjangkan waktu dari Mina sampai hari-hari Tasyrik. Lalu mereka datang kemudian menderumkan unta-untanya di samping pintu masjid, lalu mereka masuk untuk thawaf dan sa'i lalu pergi. Telah mencukupi mereka thawaf tersebut untuk thawaf masuk Makkah (tawaf qudum), thawaf ifadah dan thawaf wada'." (Malik bin Anas bin Malik, Al-Mudawwanah Kubra, juz I halaman 424 - 425).

  1. Abu Barakat al-Dardiri (wafat 1230 H) yang bermazhab Maliki dalam kitabnya al-Syarh al-Kabir mengatakan:

وَتَأَدَّى الْوَدَاعُ (بِالْإِفَاضَةِ وَ) بِطَوَافِ (الْعُمْرَةِ) أَيْ سَقَطَ طَلَبُهُ بِهِمَا وَيَحْصُلُ لَهُ ثَوَابُ طَوَافِ الْوَدَاعِ إنْ نَوَاهُ بِهِمَا (الشرح الكبير: ج ٢، ص ٥٣)

" Telah memenuhi thawaf wada' dengan thawaf ifadhah dan thawaf ’umrah. Maksudnya telah gugur tuntutan thawaf wada' dengan melakukan thawaf ifadhah dan thawaf ’umrah, dan telah hasil baginya pahala thawaf wada' jika ia meniatkannya dalam thawaf ifadhah dan thawaf ’umrah." al-Syarhu al-Kabir : juz 2, halaman 53). 

  1. Mazhab Hambali

Kemudian, al-Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) yang bermazhab Hambali menjelaskan dalam kitabnya: 

فَصْلٌ: فَإِنْ أَخَّرَ طَوَافَ الزِّيَارَةِ فَطَافَهُ عِنْدَ الْخُرُوجِ، فِيهِ رِوَايَتَانِ؛ إِحْدَاهُمَا: يُجْزِئُهُ عَنْ طَوَافِ الْوَدَاعِ؛ لِأَنَّهُ أُمِرَ أَنْ يَكُونَ آخِرَ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ، وَقَدْ فَعَلَ، وَلِأَنَّ مَا شُرِعَ لِتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ أَجْزَأَ عَنْهُ الْوَاجِبُ مِنْ جِنْسِهِ، كَتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ بِرَكْعَتَيْنِ تُجْزِئُ عَنْهُمَا الْمَكْتُوبَةُ. (المغني ج:٣ ص:٣٣٨)

"Apabila orang mengakhirkan thawaf ziyarah ( ifadhah) lalu melakukan thawaf ketika akan keluar (meninggalkan kota Makkah), dalam permasalahan ini terdapat dua riwayat. Pertama, thawaf ifadhah mencukupi dari thawaf wada', karena yang diperintahkan adalah menjadikan akhir amalan hajinya adalah thawaf di Baitullah dan ini telah terlaksana. Perkara yang disyariatkan untuk dikerjakan yaitu shalat tahiyatul masjid telah tercukupi dengan shalat wajib yang sejenis, seperti shalat dua rakaat tahiyatul masjid keduanya tercukupi dengan shalat wajib." (al-Mughni libni Qudamah juz 3, halaman 338). 


Penulis : Aisah Nurul Fatima

Perumus         : Khafidz Ainul Yaqin M.AP

Mushohih : Durrotun Nasikhin






Daftar Pustaka

al-Nawawi, Abu Zakariya Yahya Ibn Syaraf al-Dimasqi (W. 676 H), al-Majmu’ syarah al-Muhadzab hal : Dar Ibn Hazm, Beirut, Lebanon : (1417  H, 1996 M) sebanyak 22 jilid.

Malik bin Anas bin Malik (W. 179 H), al-Mudawwanah al-Kubra: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon: (1426 H, 2002 M), sebanyak 5 jilid.

ad-Dardiri, Syekh Ahmad (W. 1201H), al-Syarh al-Kabir : bidayah ihya’ al-kitab, arab, sebanyak 4 jilid.

Qudamah, Abdullah bin Ahmad, al-Mughni libni Qudamah : Dar alamul  al-Kotob, Riyad, Arab: (541 - 620 H) sebanyak 16 juz 


=================================================



===============================================================






Posting Komentar untuk "PENGGABUNGAN THAWAF IFADAH DAN THAWAF WADA’"