HUKUM MENGGUNAKAN MAHAR MASJID

 

Sumber Gambar:  detik.com


HUKUM MENGGUNAKAN MAHAR MASJID

Mahar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah pernikahan. Mengenai bentuk mahar, Islam memberikan fleksibilitas, dan mahar dapat berupa harta benda, emas, uang, atau bahkan sesuatu yang bernilai seperti jasa, ilmu, atau hafalan Al-Qur’an.

 Akhir-akhir ini ramai pemberitaan seorang artis yang diberikan mahar masjid oleh suaminya, muncul pertanyaan sebab masjid adalah statusnya wakaf yang tidak bisa dimiliki oleh siapapun, Lalu bagaimanakah pandangan fiqih terkait masalah diatas ?

Tidak Boleh

karena masjid termasuk barang wakaf yang sudah berganti kepemilikannya dan juga sesuai dengan ketentuan mahar yakni barang tersebut harus kepemilikan seorang suami.

وَمِنَ الصَّرَائِحِ قَوْلُهُ: جَعَلْتُ هَذَا الْمَكَانَ مَسْجِدًا، فَيَصِيْرُ بِهِ مَسْجِدَا وَإِنْ لَمْ يَقُلْ : ِللهِ وَلَا أَتَى بِشَيْءٍ مِمَّا مَرَّ، لِاَنَّ الْمَسْجِدَ لَا يَكُوْنُ إِلَّا وَقْفًا، وَوَقَفَتُهُ لِلصَّلَاةِ صَرِيْحٌ فِي الْوَقْفِيَّةِ وَكِنَايَةٌ فِي خُصُوْصِ الْمَسْجِدِيَّةِ، فَلَا بُدَّ مِنْ نِيَّتِهَا فِي غَيْرِ الْمَوَاتِ. (فتح المعين بشرح قرة العين الدين: ص ٤٠٢)

“Di antara ungkapan yang jelas (ṣharīḥ) adalah seseorang berkata,: 'Saya jadikan tempat ini sebagai masjid', maka tempat itu menjadi masjid meskipun tidak disebutkan 'untuk Allah' atau tidak ada kata-kata lain yang disebutkan sebelumnya. Karena masjid itu hanya dapat menjadi wakaf dan wakafnya untuk shalat. Ucapan ini (sharih) dalam konteks wakaf, dan merupakan kiasan dalam hal (menjadi masjid). Oleh karena itu, niatnya harus ada, kecuali untuk tanah yang tidak dimiliki” (Fathul Muin: 402).

بَلْ ضَابِطُهُ كُلُّ (مَا صَحَّ) كَوْنُهُ (مَبِيعًا) عِوَضًا أَوْ مُعَوَّضًا عَيْنًا أَوْ دَيْنًا أَوْ مَنْفَعَةً. ( مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج: ج ٤، ص ٣٦٧)

"Ketentuan mahar adalah sesuatu barang yang sah digunakan untuk jual beli sebagai ganti atau digantikan dan barang yang bisa dibuat hutang atau diambil manfaat ” (Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifat Ma’ani Alfadz Minhaj, 4:367).


Catatan 

mengingat masjid bukanlah barang yang memenuhi kriteria sebagai mahar, tentu maskawin tersebut akhirnya dihukumi rusak (Fasad) maka dari itu seorang suami harus menyiapkan mahar mitsil kepada si istri.

 لَوْ (نَكَحَهَا بِمَا لَا يَمْلِكُهُ) كَخَمْرٍ وَحُرٍّ وَدَمٍ وَمَغْصُوبٍ (وَجَبَ مَهْرُ مِثْلٍ)؛ لِفَسَادِ الصَّدَاقِ بِانْتِفَاءِ كَوْنِهِ مَالًا أَوْ مَمْلُوكًا لِلزَّوْجِ، سَوَاءٌ أَكَانَ جَاهِلًا بِذَلِكَ أَمْ عَالِمًا بِهِ. (فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب: ج  ٢، ص ٩٤-٩٥)

"Jika (dia menikahi wanita itu dengan sesuatu yang tidak dimilikinya) seperti khamar (minuman keras), binatang liar, darah, atau barang yang diambil secara paksa (harus membayar mahar yang sebanding); karena batalnya mahar dengan tidak adanya sifat kepemilikan atau menjadi milik suami, baik dia (suami) tidak tahu atau tahu akan hal itu” (Bujairomi Ala Syarhil Minhaj, 3:409).


Penulis : Muhammad Faruq Al Ismani

Perumus : M. Faisol,  S.Pdi

Mushohih : H. Agus Muhammada, S.Pdi, M.Pdi


Daftar Pustaka

al Malibari, Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz bin Zainuddin bin Ali bin Ahmad (W. 987 H), Fathul Mu'in Syarah Qurrotul Ain : Daar Ibn Hazm, Beirut, Lebanon: tanpa tahun

al Ansori, Zakariya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakariya al-Ansori (W. 926 H), Fathul Wahab Syarah Minhajut Tullab, Daar Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, 1418 H

al Khatib as- Sarbini, Syamsuddin, Muhammad bin Muhammad (W. 977 H), Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifat Ma’ani Alfadz Minhaj, Daar Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, 1415 H



============================

========================


=======================












Posting Komentar untuk "HUKUM MENGGUNAKAN MAHAR MASJID"