Hukum Niat Puasa Sebulan Penuh Mengikuti Madzhab Maliki Dan Tetap Niat Puasa Setiap Hari Mengikuti Madzhab Syafi’i

 

Sumber Gambar:  pinterest.id

HUKUM NIAT PUASA SEBULAN PENUH MENGIKUTI MADZHAB MALIKI DAN TETAP NIAT PUASA SETIAP HARI MENGIKUTI MADZHAB SYAFI’I

Niat merupakan perkara paling pokok atau mendasar dalam setiap ibadah, termasuk ibadah puasa. Dalam puasa bulan Ramadhan niat harus dilaksanakan setiap hari pada malam hari menurut Madzhab Syafi’i.

Di Indonesia, sering ditemukan di masjid dan mushola saat malam pertama bulan Ramadhan jamaah dipimpin oleh imam sholat untuk bersama-sama melakukan taqlid niat puasa sebulan penuh mengikuti madzhab Maliki. Meskipun sudah melafadzkan niat puasa satu bulan penuh para jamaah tetap dibimbing untuk tetap melaksanakan niat puasa setiap hari mengikuti madzhab Syafi’i. Niat puasa sebulan dimaksudkan sebagai langkah antisipasi bila suatu hari lupa membaca niat, sehingga puasanya tetap sah meskipun tidak membaca niat.

Hukum niat puasa sebulan penuh mengikuti Madzhab Maliki dan tetap niat puasa setiap hari mengikuti Madzhab Syafi’i? 

 Sunnah

Imam al-Qalyubiy menjelaskan dalam karyanya Hasyiah al-Qalyubi ‘ala Syarh al-Mahalli ‘ala Minhaj al-Thalibin juz 2 halaman 52, sunnah mengikuti pendapat Imam Maliki untuk berniat sebulan penuh, kemudian sebagaimana pendapat Mazhab Syafi'i, tetap berniat puasa di setiap malam bulan Ramadhan yang biasanya dilakukan setiap selesai shalat tarawih atau ketika makan sahur dikarenakan hal ini merupakan bentuk kehati-hatian dan antisipasi jika suatu hari lupa atau ketiduran tidak membaca niat.

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيْدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِيْ يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيْهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِيْ لِجَمِيْعِ الشَّهْرِ، وَعِنْدَنَا لِلَّيْلَةِ الْأُوْلَى فَقَطْ  ( الحاشية القليوبي على شرح المحلي على منهاج الطالبين: ج ٢، ص ٥٢ )

Dan dianjurkan untuk berniat pada malam pertama ramadhan, atau niat puasa bulan ramadhan seluruhnya agar dapat mengambil manfaat dari praktek taqlid pada Imam Maliki pada hari yang lupa untuk berniat di dalamnya. Sebab, menurut mazhab Malik, niat sebulan penuh dapat mencukupi untuk puasa satu bulan keseluruhannya. Sedangkan menurut kami (mazhab Syafi’i), niat seperti itu hanya mencukupi untuk malam pertama saja” (Hasyiah al-Qalyubi ‘ala Syarh al-Mahalli ‘ala Minhaj al-Thalibin, 2: 52)

Tidak serta-merta niat taqlid kepada imam Maliki itu tanpa mengikuti syarat-syarat taqlid. Karena syarat taqlid yang kelima yaitu tidak boleh mencampur adukkan satu madzhab dengan madzhab lain dalam satu ibadah. Contohnya dalam kasus ini apabila seseorang taqlid niat puasa mengikuti madzhab Maliki dan tetap niat puasa setiap hari mengikuti madzhab Syafi’i. Pada hari dia lupa niat puasa, maka syarat, rukun dan batal puasanya mengikuti madzhab Maliki.

( الْخَامِسُ ) عَدَمُ التَّلْفِيْقِ بِأَنْ لَا يَلْفِقَ فِي قَضِيَّةٍ وَاحِدَةٍ اِبْتِدَاءً وَلَا دَوَامًا بَيْنَ قَوْلَيْنِ يَتَوَلَّدُ مِنْهُمَاحَقِيْقَةً لَا يَقُوْلُ بِهَا صَاحِبُهُمَا ( تنوير القلوب: ص ٤٥٦ )

Syarat taqlid yang ke lima adalah tidak talfiq, yaitu tidak mencampur antara dua pendapat dalam satu qadhiyah (masalah), baik sejak awal, pertengahan dan seterusnya, yang nantinya, dari dua pendapat itu akan menimbulkan satu amaliyah yang tak pernah dikatakan oleh beberapa pendapat.” (Tanwir al-Qulub: 456)

Berikut merupakan perkara-perkara ibadah puasa yang berbeda menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik:

Madzhab Syafi’i

Madzhab Maliki

Niat puasa wajib dilakukan setiap hari sejak malam hari sampai sebelum fajar subuh

Niat puasa cukup dilakukan satu kali pada awal bulan Ramadhan

Pingsan saat terbit fajar tidak membatalkan puasa

Pingsan saat terbit fajar membatalkan puasa

Keluar madzi dalam keadaan terjaga dan terdapat kenikmatan saat mengeluarkannya, walaupun berasal dari melihat sesuatu tidak membatalkan puasa

Keluar madzi dalam keadaan terjaga dan terdapat kenikmatan saat mengeluarkannya, walaupun berasal dari melihat sesuatu membatalkan puasa

Memasukkan sesuatu kedalam mata tidak membatalkan puasa, karena menurut Imam Syafi’i mata ke rongga tidak berhubungan langsung

Memasukkan sesuatu ke dalam mata. Karena menurut madzhab Maliki mata termasuk dalam kategori rongga yang terbuka


وَمَعَ الْقَضَاءِ إِنْ شَكَّتْ وَبِعَقْلٍ وَإِنْ جَنَّ وَلَوْ سِنِيْنَ كَثِيْرَةً أَوْ أُغْمِيَ يَوْمًا أَوْ جُلَّهُ أَوْ أَقَلَّهُ وَلَمْ يَسْلَمْ أَوَّلَهُ فَالْقَضَاءُ لَا إِنْ سَلِمَ وَلَوْ نِصْفَهُ وَبِتَرْكِ جِمَاعٍ وَإِخْرَاجِ : مَنِّيٍ وَمَذْيٍ وَقَيْءٍ وَإِيْصَالِ مُتَحَلِّلٍ أَوْ غَيْرِهِ عَلَى الْمُخْتَارِ : لَمَعِدَةٍ بِحُقْنَةٍ بِمَائِعٍ أَوْ حَلْقٍ وَإِنْ مِنْ أَنْفٍ وَأُذُنٍ وَعَيْنٍ وَبُخُورٍ وَقَيْءٍ وَبَلْغَمٍ أَمْكَنَ طَرْحُهُ مُطْلَقًا أَوْ غَالِبٍ مِنْ مَضْمَضَةٍ أَوْ سِوَاكٍ (مختصر خليل: ص ٦٢)

“Dan tetap wajib mengganti puasa (qadha) jika ada keraguan, hilang akal, atau bahkan jika seseorang gila meskipun bertahun-tahun, atau pingsan sehari, sebagian hari, atau sebagian kecilnya. Jika puasa yang dimulai tidak selamat (terputus di awal), maka tetap wajib menggantinya, meskipun hanya setengah harinya. Dengan meninggalkan hubungan intim dan keluarnya air mani, air madzi, muntah, atau memasukkan sesuatu yang larut atau lainnya (seperti obat yang larut), menurut pendapat yang lebih kuat. Dengan memasukkan cairan melalui suntikan ke dalam tubuh atau tenggorokan, serta memasukkan melalui hidung, telinga, atau mata, menghirup asap, muntah, atau dahak, semuanya dapat dikeluarkan tanpa syarat, atau sebagian besar dapat dikeluarkan dengan berkumur atau sikat gigi.” (Mukhtashor Kholil: 62)

Penulis : Siti Makiyatul Madania

Perumus : Teguh Pradana, S. P

Mushohih : Gus Muhammad  Agung Shobirin, M. Ag


Daftar Pustaka

Al-Irbili, Muhammad Amin al-Kurdi bin Fathullah Zadah (W. 1332 H) , Tanwir al-Qulub, Dar al-Qalam al-Arabi, Halab Suriah : 1411 H- 1991 M 

Ahmad, Syihabudin Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi (W. 1069 H), Hasyiah al-Qalyubi ‘ala Syarh al-Mahalli ‘ala Minhaj al-Thalibin sebanyak 4 jilid, al-Maktabah al-Taufiqiyyah: 1428 H - 2008 M

Ishaq, Khalil bin Musa (W. 776 H) dan Diya' al-Din al-Jundi al-Maliki al-Misr, Mukhtashor Kholil, Dar al-Hadith, Kairo : 1426 H - 2005 M


=================================================================


=================================================================

=================================================================



Posting Komentar untuk "Hukum Niat Puasa Sebulan Penuh Mengikuti Madzhab Maliki Dan Tetap Niat Puasa Setiap Hari Mengikuti Madzhab Syafi’i"