![]() |
Sumber Meta Ai |
قَاعِدَةٌ [19]
الْغِيرَةُ عَلَى عُلُومِ الصُّوفِيَّةِ وَحِمَايَةُ الْعَوَّامِ مِنَ التَّعَلُّقِ بِالْخَاصِّ مِنْهَا
Kecemburuan terhadap ilmu-ilmu kaum sufi dan menjaga orang awwam dari berhubungan (salah faham) dengan keilmuan sufi yang khusus
اعْتِبَارُ النِّسَبِ فِي الوَاقِعِ يَفْضِي(1) بِتَخْصِيصِ الحُكْمِ عَنْ عُمُومِهِ، وَمِنْ lذَلِكَ وُجُودُ الغِيْرَةِ عَلَى عُلُومِ القَوْمِ مِنَ الْإِنْكَارِ، وَحِمَايَةُ عُقُوْلِ العَوَّامِ مِنَ التَّعَلُّقِ بِمَا يَخُصُّ مِنْهَا حَامِلٌ عَلَى وُجُودِ القَصْدِ لِتَخْصِيصِهَا. هَذَا مَعَ كَثْرَةِ مَا يَخُصُّ مِنْهَا، و مَدَاخِلُ الغَلَطِ فِيهِ عِلْمًا وَعَمَلًا, أَوْ دَعْوًى أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ؛ فَافْهَمْ، وَأَعْطِ كُلَّ حُكْمٍ حَقَّهُ.
فَالْأَعْمَالُ لِلْعَامَّةِ، وَالْأَحْوَالُ لِلْمُرِيدِينَ، وَالفَوَائِدُ لِلْعَابِدِينَ، وَالحَقَائِقُ لِلْعَارِفِينَ، وَالعِبَارَاتُ قُوتٌ لِعَائِلَةِ الْمُسْتَمِعِينَ، وَلَيْسَ لَكَ إِلَّا مَا أَنْتَ لَهُ آكِلٌ، فَافْهَمْ .
(1) في نسخ الشيخ محمد ادريس طيب (يَقْضِي)
Memperhatikan kedudukan seseorang dalam realitasnya membutuhkan pemberian hukum yang khusus daripada hukum yang umum. Di antaranya adalah adanya rasa cemburu terhadap ilmu-ilmu kaum sufi dari penolakan (oleh orang luar), serta melindungi akal masyarakat awam dari keterikatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus di dalamnya, yang mendorong adanya maksud untuk mengkhususkan ilmu-ilmu tersebut. Hal ini disertai dengan banyaknya hal-hal yang bersifat khusus darinya (ilmu-ilmu tasawuf) dan banyaknya pintu masuk kesalahan di dalamnya, baik dalam ranah ilmu maupun amal, klaim (pengakuan), atau hal-hal lainnya. Maka pahamilah, dan berikan setiap hukum haknya.
Maka amalan diperuntukkan bagi masyarakat awam, ahwal untuk para murid, faedah-faedah untuk para ahli ibadah, dan hakikat untuk para ‘arif. Ungkapan-ungkapan ini adalah kekuatan bagi keluarga pendengar, tidak ada bagian untukmu kecuali apa yang memang diperuntukkan bagimu, jadi pahamilah.
شرح عند الاستاذ الشيخ محمد ادريس طيب :
يرى الشيخ أحمد زروق أن التصوف صعب المرتقى، عسير التحصيل؛ لأن مفاهيمه / مصطلحاته تعترضها ملابسات كثيرة يصعب فهمها إلا على الرجال الذين لهم مجال واسع في الحقائق؛ لذا ينصح بالتدرج في طلب علوم القوم، وسلوك الطريق الصوفية، ومراعاة نسب الصوفي ورقيه في السلوك؛ حيث: يمر العامي والمبتدئ بمرحلة التأديب والاستقامة؛ وذلك بالتخلص من عوائده مع تصحيح الاعتقاد والتزام التقوى والتشمير، ولزوم صحبة أهل الخير، وتصحيح الظاهر عملا بنصيحة الرسول صلى الله عليه وسلم للأعرابي الذي سأله أن يعلمه من غرائب العلم؛ فدله أولا على تعلم أمور تتعلق بأحواله الظاهرة قائلا له: "اذهب فأحكم ما هنالك وتعالى أعلمك من غرائب العلم".
Penjelasan dari Syekh Muhammad Idris Thoyyib :
Syekh Ahmad Zarruq berpendapat bahwa tasawuf adalah jalan yang sulit didaki dan sulit dicapai, karena konsep-konsep dan istilah-istilahnya dihadapkan pada banyak kerumitan yang sulit dipahami kecuali oleh orang-orang yang memiliki wawasan luas tentang hakikat-hakikat (spiritual). Oleh karena itu, dia menganjurkan untuk belajar ilmu kaum sufi secara bertahap, mengikuti jalan kaum sufi, dan memperhatikan tingkatan serta kemajuan seorang sufi dalam perjalanan spiritualnya. Dalam hal ini orang awam dan pemula melalui tahap disiplin dan keteguhan dalam istiqomah, yaitu dengan melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk, serta memperbaiki keyakinan, berkomitmen pada ketakwaan, bersemangat beramal, selalu berkumpul dengan orang-orang saleh, serta memperbaiki amalan lahiriah sesuai dengan nasihat Nabi Muhammad SAW. kepada seorang Badui yang memintanya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mendalam. Nabi SAW. terlebih dahulu mengarahkannya untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya, seraya berkata kepadanya: "Pergilah dan sempurnakan urusan yang ada padamu terlebih dahulu, kemudian datanglah kepadaku agar aku dapat mengajarkanmu ilmu-ilmu yang belum diketahui.
ويهتم المريد المنتسب الطريق القوم بتصحيح الاستقامة ورعاية أحواله استنادا إلى شيخ صالح أو أخ ناصح، مع طلب العلم والتقيد بأحكام الشرع، والانصراف عما لا يعنيه ﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ﴾ [الإسراء :٣٦]، والأخذ بالأحوط في جميع أقواله وأفعاله.
Seorang murid yang mengikuti jalan kaum sufi penting untuk memperhatikan pembenahan istiqamah (konsistensi) dan menjaga ahwalnya dengan bersandar pada seorang Syekh yang saleh atau saudara yang memberikan nasihat, disertai dengan menuntut ilmu, berpegang pada hukum syariat, dan menjauhkan diri dari apa yang tidak bermanfaat baginya, sebagaimana firman Allah: “Dan janganlah engkau mengikuti apa yang tidak engkau ketahui ilmunya.” (QS. Al-Isra: 36). (Murid juga) mengambil sikap hati-hati dalam semua ucapan dan tindakannya.
أما العابد فينظر - بعد المجاهدة(2) والمكابدة وإزالة الحواجز الطينية والران - إلى ما حققه من فوائد، واكتسبه من أنوار وآثار ﴿اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ٢٨﴾ [الرعد: ٢٨] مع اتهام النفس وعدم الرضا عنها أبدا. حيث يعينه ذلك على الاجتهاد في السير، ويثبته على الطريق، ويجنبه الغرور والدعاوى؛ وهؤلاء يتحقق فيهم قول الرسول الكريم: "أن تعبد الله كأنك تراه.... الحديث".
(2) فى الكتاب معراج التشوف : المجاهدة : وهي فطْمُ النَّفْسِ عن المألوفات وحملها على مخالفة هواها في عموم الأوقات، وخرق عوائدها في جميع الحالات . قال بعضهم : مرجعها إلى ثلاث : ألا تأكل إلا عند الفاقة ، ولا تنم إلا عند الغلبة ، ولا تتكلم إلا عند الضرورة
Adapun seorang ahli ibadah,--setelah melalui perjuangan dan usaha keras (dalam menjalankan perintah atas cobaan yang berikan) serta menghilangkan penghalang-penghalang yang bersifat amal lahiriyah (amal jelek) dan kotoran hati–, ia mulai melihat manfaat yang telah ia capai, serta cahaya-cahaya dan atsar yang ia peroleh, sesuai dengan firman Allah: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Serta selalu menuduh dirinya sendiri (merasa bersalah) dan tidak pernah merasa puas dengannya. Sikap ini membantunya untuk giat dalam perjalanan spiritual, meneguhkannya di atas jalan (tasawuf), dan menjauhkannya dari kesombongan serta klaim yang tidak benar. Pada mereka ini, terwujud sabda Rasul yang mulia: “Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya… al-hadits”
ويهتم العارفون بالمنازعات والأحوال، وما يرتبط بها من آداب و معاملات، ومحاسبة النفس على الصغيرة والكبيرة، ورؤية الحق في جميع الحركات والسكنات، واضعا نصب عينه (فإنه يراك)، مجمعا على التحقق بالحقيقة، ومتمسكا بحبل الشريعة.
Para ‘arif (orang yang mengenal Tuhannya secara mendalam) memberikan perhatian pada munazi’aat (berupa pergolakan batin) dan ahwal (keadaan-keadaan spiritual), serta apa yang terkait dengannya adab dan muamalah. Mereka senantiasa menginstropeksi diri atas hal kecil maupun besar, melihat al-Haqq dalam setiap gerakan dan diam, dan selalu menyadari (firman Allah) “Sesungguhnya Dia melihatmu.” Mereka bertekad untuk mencapai hakikat spiritual yang sejati sambil tetap berpegang teguh pada tali syariat.
هذا ويبقى التدرج في السلوك والتلقي أمر مطلوب؛ وفي ذلك يقول الشيح أحمد زروق:
"... فرب شخص نفعه ما تضرر به غيره وبالعكس؛ فتعين على الملقي ثلاث:
أولها: أن يلقي لكل أحد ما يليق به في حاله حسب حاله، وما هو به.
الثاني: أن يأتي بما يلقي مهذبا منقى من جميع الشوائب والشواغل المضرة السامعه.
الثالث: أن لا يلقي من حقه إلا ما عرفه بذوقه؛ لأنه طبيب، وما لم يعرف الطبيب أعيان الأدوية مشافهة ربما وقع في المضر عند المشابهة (3)
لذا "وجب التجنب إلا العالم يعتبر المعنى؛ فلا يتقيد باللفظ"(4)
- Kaidah 35: Menilai Cabang Berdasarkan Asal dan Kaidahnya
- Kaidah 34: Orang yang Berbicara tentang suatu Cabang Ilmu Harus Menghubungkan Cabang-cabangnya dengan Pokok-pokoknya, dan Menyambungkan Pemahaman dengan Sumber-sumbernya
- Kaidah 6: Istilah itu untuk Sesuatu dengan Apa yang Menunjukkan Maknanya dan Menyampaikan Hakikatnya
(3) الشرح الحادي عشر على الحكم العطائية.
(4) عدة المريد الصادق
Maka, bertahap dalam suluk dan talaqqi adalah hal yang diperlukan. Mengenai hal ini, Syekh Ahmad Zarruq berkata:
"... Berapa banyak sesuatu bermanfaat bagi seseorang, namun justru membahayakan orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Maka, bagi pengajar ada tiga hal yang harus diperhatikan:
Pertama: Memberikan kepada setiap orang apa yang sesuai dengan kondisinya menurut keadaannya (kebutuhan pada pergolakan batinnya), dan apa yang layak baginya (sesuai kemampuannya).
Kedua: Ia harus menyampaikan apa yang diajarkan dengan cara yang telah disaring (dipilih) dan dibersihkan dari semua hal yang dapat mencampuri atau merugikan pendengarnya.
Ketiga: Ia tidak boleh menyampaikan sesuatu kecuali yang telah ia ketahui melalui pengalamannya sendiri, karena ia adalah seorang dokter. Jika dokter tidak mengenal obat secara langsung, mungkin ia akan keliru dan malah menyebabkan mudharat karena kesamaan (diagnosa) yang tampak.
Maka dari itu, 'Wajib untuk menghindari (pengajaran) kecuali orang yang memahami maknanya dengan baik, karena ia tidak terikat pada kata-kata semata.'
ولقد قال صلى الله عليه وسلم: "خاطبوا الناس على قدر عقولهم. أتريدون أن يكذب الله ورسوله؟" - كما سبق ويأتي ؛ لذا ينصح المبتدئ في الطريق أن يصحح معتقده، ويهتم بالتخلي عن عيوبه قبل أن يتشوف ويتطلع إلى معرفة أسرار الطريق.
Rasulullah SAW. bersabda: "Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Apakah kalian ingin agar Allah dan Rasul-Nya didustakan?" — sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dan akan disebutkan lagi nanti. Oleh karena itu, seorang pemula dijalan (tasawuf) dianjurkan untuk memperbaiki keyakinannya (aqidah) terlebih dahulu dan fokus membersihkan dirinya dari keburukan-keburukan sebelum ia berhasrat dan bercita-cita untuk mengetahui rahasia-rahasia jalan (tasawuf).
قال الشيخ أحمد زروق:
"الناس أربعة:
الأول: العامة؛ ونصيبهم تصحيح التقوى بتحقيق التوبة والإنابة(5).
الثاني: الفقهاء المترسمون بالفقه، ونصيبهم بعد ذلك الاستقامة؛ وهي حمل النفس على أخلاق القرآن والسنة المطهرة.
الثالث: المريدون المتوجهون؛ ونصيبهم تحقيق الصدق في التوجهات كلها.
الرابع : العارفون ولازمهم الورع في الظاهر والباطن على كل حال.(6)
(5) فى الكتاب معراج التشوف : الإنابة : وهي أخص من التوبة ؛ لأنها رجوع يصحبه انكسار ونهوض إلى السير ، وهي ثلاثة مراتب : رجوع من الذنب إلى التوبة ، ومن الغفلة إلى اليقظة، ومن الفرق إلى الجمع على الله.
(6) الشرح 16 على الحكم العطائية
Syekh Ahmad Zarruq berkata:
"Manusia ada empat (golongan):
Pertama: Orang awam; bagian mereka adalah memperbaiki ketakwaan dengan mewujudkan taubat dan inabah (kembali kepada Allah).
Kedua: Para ahli fikih yang merumuskan hukum-hukum fiqih; bagian mereka setelah taubah dan inabah adalah istiqamah, yaitu membawa jiwa pada akhlak Al-Qur'an dan sunnah yang suci.
Ketiga: Para murid yang bertekad menuju Allah; bagian mereka adalah mewujudkan kejujuran dalam seluruh tujuan mereka.
Keempat: Para arif; bagian mereka adalah senantiasa menjaga sikap wara' (kehati-hatian) baik secara lahir maupun batin dalam segala keadaan."
Mutarjim : Akhmad Zaki Jauhari
Contact Person : 085706373100
Email : akhmadzakijauhari@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.
Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.
Posting Komentar untuk "QOIDAH 19: KECEMBURUAN TERHADAP ILMU-ILMU KAUM SUFI DAN MENJAGA ORANG AWWAM DARI BERHUBUNGAN (SALAH FAHAM) DENGAN KEILMUAN SUFI YANG KHUSUS."