![]() |
Sumber Poe.com |
قاعدة(٢)
حَقِيقَةُ التَّصَوُّفِ، وَتَعَدُّدُ تَعْرِيفَاتِهِ
Hakikat tasawuf dan ragam definisinya
مَاهِيَّةُ الشَّيْءِ حَقِيْقَتُهُ ، وَحَقِيْقَتُهُ مَا دَلَّتْ عَلَيْهِ جُمْلَتُهُ. وَتَعْرِيْفُ ذَلِكَ بِحَدٍّ وَهُوَ أَجْمَعُ، أَوْ رَسْمٍ وَهُوَ أَوْضَحُ، أَوْ تَفْسِيْرٍ وَهُوَ أَتَمُّ لِبَيَانِهِ، وَسُرْعَةِ فَهْمِهِ.
وَقَدْ حُدَّ التَّصَوُّفُ وَرُسِمَ وَفُسِّرَ بِوُجُوْهٍ تَبْلُغُ نَحْوَ الأَلْفَيْنِ. مَرْجِعُهَا(1) كُلُّهُ(2) لِصِدْقِ التَّوَجُّهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى، وَإِنَّمَا هِيَ وُجُوهٌ فِيْهِ وَاللهُ أَعْلَمُ.
(1) في نسخ الشيخ محمد إدريس طيب [[ترجع]]
(2) في نسخ الشيخ محمد إدريس طيب [[كلها]]
(3) Ta’rif dalam ilmu mantiq adalah sesuatu yang dengan mengetahuinya, menjadi sebab mengetahui perkara yang didefinisikan. (Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern hal-55)
Mahiyyah sesuatu merupakan hakikatnya, sedangkan hakikat sesuatu adalah yang menunjukkan kepada sesuatu tersebut secara menyeluruh. Menta'rif(3) sesuatu dengan hadd (definisi) itu lebih menyeluruh atau dengan rosm (deskripsi) itu lebih jelas atau dengan tafsir (interpretasi) itu lebih sempurna untuk menjelaskan dan mempercepat memahaminya.
Sungguh tasawuf telah didefinisikan, dideskripsikan dan diinterpretasikan sekurangnya dalam dua ribu makna. Referensi dari kesemuanya yaitu shidqu at-tawajjuh (ketulusan penghambaan) hanya kepada Allah SWT. Meski shidqu at-tawajjuh itu sendiri juga memiliki banyak sudut pandang. Wallahu a’lam.
شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب :
Penjelasan menurut Guru Syekh Muhammad Idris thayyib:
بعد القاعدة الأولى التي حدد فيها التصور والتصديق؛ يحدد الشيخ أحمد زروق في هذه القاعدة: ماهية التصوف، وحده، ورسمه؛ لأنه قبل الكلام عن أي شيء لا بد من معرفة ماهيته؛ ولأن تعريف المصطلح سابق لأي بحث موضوعي.
Setelah kaidah pertama, yang di dalamnya menetapkan tashawwur(4) dan tashdiq(5), Syekh Ahmad Zarruq dalam kaidah ini juga menetapkan hakikat tasawuf, definisi, dan deskripsinya. Karena sebelum membahas tentang apapun harus mengetahui hakikatnya terlebih dahulu. Dan karena definisi istilah itu mendahului penelitian apapun yang bersifat objektif.
(4)Tashawwur dalam ilmu mantiq adalah memahami makna sebuah perkara tanpa disertai penyandaran hukum pada perkara tersebut. (Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern hal-23)
(5)Tashdiq dalam ilmu mantiq adalah memahami atau mengetahui ada atau tidak adanya penyandaran hukum pada suatu perkara tersebut. (Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern hal-24)
فالماهية والحقيقة كلمتان مترادفتان؛ ويقصد بهما ما يدل عليه الشيء في التصور، أو في الواقع. أي ما يدل على وجوده حقيقة؛ فما لا يمكن تصوره، أو وجوده؛ لا حقيقة ولا ماهية له؛ فيكون كالمعدوم، معنى، أو حسا.
Mahiyyah dan hakikat adalah dua kata yang sinonim, kemudian yang dimaksud dengan keduanya adalah apa yang ditunjukkan oleh sesuatu dalam tasawwur, atau dalam kenyataan. Yaitu sesuatu yang menunjukkan keberadaannya secara nyata. Sesuatu yang tidak dapat digambarkan atau tidak ada keberadaanya, maka tidak ada hakikat dan mahiyyah baginya, ia menjadi seperti tidak ada (ma’dum), baik secara makna maupun secara indrawi.
فالحقيقة هي: "ما يظهر على اللسان من معاني التحقيق الناشئة عن وضوح المعرفة دون توقف ولا سبب من نظر أو فهم أو قياس"؛ فالحقيقة ما ارتفعت عن الاحتمال لوضوحها.
Maka hakikat adalah: 'Apa yang tampak pada lisan dari makna-makna yang nyata yang muncul dari kejelasan pengetahuan tanpa berhenti dan tanpa sebab dari pengamatan, pemahaman, atau analogi'. Maka hakikat adalah sesuatu yang terlepas dari kemungkinan karena kejelasannya.
ويقصد بالحد: تعريف الشيء بذكر جنسه وفصله؛ فهو جزء الماهية التي تميزه من غيره؛ ومثال ذلك: تعريف الإنسان بأنه حيوان ناطق؛ وهو تعريف جامع على نهج المناطقة أو الفلاسفة.
Yang dimaksud dengan hadd: menta’rif sesuatu dengan menyebutkan jenis dan fashlnya, maka itu adalah bagian dari mahiyyah yang memb
edakannya dari yang lain. Dan seperti contoh: Menta’rif manusia bahwa dia adalah hewan yang berbicara, ini adalah definisi yang komprehensif menurut metode para logikawan atau filsuf.
قال الشيخ أحمد زروق: "اعلم أن الحد والمعرفة في عرف النحاة والفقهاء والأصوليين اسمان لمسمى واحد؛ وهو ما يميز الشيء عما عداه، ولا يكون كذلك إلا ما كان جامعا مانعا ..."؛ وعليه:
Syekh Ahmad Zarūq berkata: 'Ketahuilah bahwa hadd dan ma’rifah dalam istilah ahli nahwu, fuqaha, dan ushuliyyin adalah dua nama untuk satu makna. Yaitu apa yang membedakan sesuatu dari selainnya, dan tidak akan demikian kecuali jika itu jami’(6)(Mencakup semua yang termasuk dalam definisi tersebut) dan mani’(7) (Menghalangi masuknya hal-hal yang tidak termasuk)...'. Oleh karena itu:
(6)jami’ dalam ilmu mantiq adalah sesuatu yang jika definisi ditemukan dan perkara yang didefinisikan ketemu sehingga mampu menyediakan satuan individu yang harus masuk dalam ta’rifnya. (sulam al-munawaraq fi ‘ilmi al-mantiq hal-59)
(7)mani’ dalam ilmu mantiq adalah sesuatu yang jika definisi ditemukan dan perkara yang didefinisikan ketemu sehingga mampu menolak masuknya individu yang lain diluar perkara yang didefinisikan. (sulam al-munawaraq fi ‘ilmi al-mantiq hal-58)
فحد التصوف هو: "علم يعرف به أحوال النفس، محمودها، ومذمومها؛ وكيفية تطهيرها من المذموم منها،وتحليتها بالاتصاف بمحمودها، وكيفية السلوك والسير إلى الله تعالى".
Maka hadd tasawuf adalah: 'Ilmu yang dengannya diketahui keadaan jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. Dan bagaimana cara menyucikan jiwa dari sifat-sifat tercela, menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, serta bagaimana cara suluk dan menempuh perjalanan menuju Allah SWT'.
أما موضوعه؛ فهو : أفعال القلوب، والحواس من حيث تزكيتها وتصفيتها.
Subjek kajiannya adalah: amal-amal hati dan panca indra dari segi penyucian dan pemurniannya.
أما ثمرته؛ فهي: تهذيب وتنوير القلوب، ومعرفة علام الغيوب، والفوز برضى الواحد المعبود.
Hasilnya adalah: penyucian dan pencerahan hati, pengenalan kepada Yang Maha Mengetahui hal-hal gaib, dan keberhasilan mendapatkan keridhaan dari Yang Maha Esa dan Yang Disembah.
أما فضله؛ فهو : أشرف العلوم لتعلقه بمعرفة الله تعالى.
Keutamaannya adalah: ia merupakan ilmu yang paling mulia karena keterkaitannya dengan pengetahuan tentang Allah SWT.
وأما نسبته إلى غيره من العلوم الشرعية؛ فهو أصل لها، وشرط فيها؛ إذ لا علم، ولا عمل؛ إلا بقصد التوجه إلى الله تعالى، وهو أشرفها؛ لأنه بالنسبة إليها، كالروح من الجسد.
Hubungannya dengan ilmu-ilmu syar'i lainnya adalah sebagai dasar bagi ilmu-ilmu tersebut, dan merupakan syarat di dalamnya, karena tidak ada ilmu dan amal kecuali dengan tujuan at-tawajjuh kepada Allah SWT. Ilmu tersebut adalah yang paling mulia di antara ilmu-ilmu lainnya, karena dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu itu, ia seperti ruh bagi jasad.
أما حكمه؛ فالوجوب العيني؛ لأنه لا يخلو أي إنسان من مرض نفسي أو قلبي يحتاج إلى مداواته وعلاجه؛ فالحفاظ على النفس من أوجب الواجبات، ومقدم على سائر الضروريات.
Hukumnya adalah fardhu ‘ain, karena tidak ada manusia yang terbebas dari penyakit jiwa atau hati yang memerlukan penyembuhan dan pengobatan. Menjaga kesehatan jiwa merupakan salah satu kewajiban yang paling utama dan lebih diutamakan dibandingkan kebutuhan mendasar lainnya.
ويقصد بالرسم: تعريف الشيء بذكر الجنس والخاصية؛ وهي وصف كلية خارجة عن الماهية يتصف بها أفراد الحقيقة الواحدة، ومثاله تعريف الإنسان بأنه حيوان ضاحك.
Yang dimaksud dengan rasm adalah mendefinisikan sesuatu dengan menyebutkan jenis dan khosnya yaitu deskripsi umum yang berada di luar mahiyyah, yang menjadi sifat bagi individu-individu dari satu hakikat yang sama. Contohnya adalah mendefinisikan manusia sebagai ‘hewan yang tertawa’.
ويقصد بالتفسير : التوضيح وبيان المراد؛ حيث يتضح المعنى من غير غموض؛ " وهو أتم لبيانه، وسرعة فهمه"؛ لأن التفسير : هو توضيح الدلالة على المعنى المراد بوضوح تام، وغير قابل للتخصيص.
Yang dimaksud dengan tafsir adalah penjelasan dan penjabaran dari yang dikehendaki, di mana makna menjadi jelas tanpa ada kesamaran, “dan itu merupakan penjelasan yang paling sempurna, serta memudahkan pemahaman dengan cepat,” karena tafsir adalah penjelasan dari tanda (dalil) yang mengarah kepada makna yang dimaksud secara sangat jelas, dan tidak memungkinkan adanya penafsiran khusus.
ويضع الشيخ أحمد زروق القاعدتين السابقتين كركيزتين لبناء كتابه، وليبين أن معرفة علم المنطق ضرورية؛ كما بين الترتيب الذي يشترط في تحصيله؛ فضمن القاعدة الأولى "الكليات الخمس"؛ وهي أول ما يبحث فيه في هذا العلم؛ كما ضمن القاعدة الثانية "القول الشارح" أو "التعريف"؛ ولقد التزم الشيخ أحمد زروق الترتيب المنطقي في كتابه كله.
Syekh Ahmad Zarruq menetapkan dua kaidah sebelumnya sebagai landasan untuk membangun karyanya, dan untuk menjelaskan bahwa pengetahuan tentang ilmu mantiq adalah hal yang sangat penting. Ia juga menjelaskan urutan yang harus dipenuhi dalam mempelajarinya. Pada kaidah pertama, ia memasukkan (Al-Kulliyyāt Al-Khams)(8), yang merupakan hal pertama yang dibahas dalam ilmu ini. Demikian pula, pada kaidah kedua, ia mencakup (al-qaul asy-syarih)(9) atau (At-Ta‘rīf) Syekh Ahmad Zarruq berpegang pada urutan mantiq ini di seluruh karyanya.
(8)Al-Kulliyyāt Al-Khamsah dalam ilmu mantiq merupakan perangkat yang dipakai untuk membuat definisi yang terdiri dari :
jenis(jins) : bagian penyusun hakikat sesuatu (mahiyyah,esensi) yang mengarah pada hakikat itu sendiri dan mengarah pada hakikat yang lain. Contoh : segerombolan kuda,manusia,sapi dan kambing adalah hewan.
differensia(fashl) : bagian penyusun hakikat sesuatu (mahiyyah,esensi) yang mengarah pada hakikat berfungsi untuk membedakan hakikat tersebut dengan hakikat yang lain. Contoh : perbedaan manusia dengan hewan adalah manusia hewan yang berfikir.
spesies(nau’) : istilah yang diungkapkan untuk sekumpulan individu-individu yang hakikatnya sama, meskipun kuantitas berbeda. Contoh : sekumpulan orang itu adalah manusia.
aksiden khusus(khas) : perkara kully diluar hakikat (mahiyyah) yang merupakan sifat khusus bagi hakikat tersebut. Contoh : kekhususan dari manusia yang tidak dimiliki hewan lain adalah “tertawa”.
aksiden umum(‘Ardh ‘Am) : perkara kully diluar hakikat (mahiyyah) yang mengarah pada hakikat itu sendiri dan pada hakikat yang lain. Contoh :kata “bernafas bagi manusia dan hewan lain”.
(Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern hal 38-45)
(9)Qaul syarih dalam ilmu mantiq adalah sesuatu yang menjadi penghantar hati untuk mentashawwurkan sebuah perkara. (Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern hal-25)
وإن كان الشيخ أحمد زروق قد اعتبر في كتابه "عدة المريد الصادق" الاشتغال بعلم المنطق، أو علم الكلام والجدل من متشابه الأمور كالفلسفة، وبسط الكلام في ذلك حيث عرض أقوال العلماء التي تدور بين الكراهة والتحريم من غير ترجيح لأحد الآراء.
Syekh Ahmad Zarruq dalam karyanya “Uddat al-Murid al-Shadiq” menganggap bahwa mempelajari ilmu mantiq, ilmu kalam, dan ilmu debat termasuk hal-hal yang menyerupai filsafat dan tergolong perkara yang syubhat (diragukan kejelasannya). Ia mengemukakan pandangan para ulama yang berbeda pendapat antara makruh dan haramnya mempelajari ilmu-ilmu tersebut, tanpa memihak pada salah satu pendapat.
ولعل عدوله عن إظهار رأيه صراحة في علم المنطق راجع إلى قاعدة عامة مقررة عند الفقهاء والأصوليين؛ وهي أن: "ما لا يتم الواجب إلا به؛ فهو واجب"؛ وحيث إن المنطق أو علم الكلام إن وظف لخدمة ما هو مشروع؛ فيكتسي حكم المشروعية؛ فإن كان الهدف منه الجدال والمراء والسفسطة(10)؛ فتلحقه آنذاك الكراهة أو التحريم، حسب ما يوظف لخدمته؛ لذا نجد أن الشيخ أحمد زروق ربط علم المنطق أو الكلام بمقاصده الشرعية؛ فهو يكتسي حكمه بقدر خدمته لهذه المقاصد؛ فإن خرج عن هذه المقاصد أصبح مشتتا للفكر موقعا للعقل في الحيرة التي قد تؤدي إلى الضلال؛ فهو كالملح للطعام - كما سيرد لاحقا - وهو بذلك يلتزم بما قرره رواد المدرسة الأشعرية في الموضوع.
Mungkin keengganannya untuk secara terang-terangan menyatakan pendapatnya tentang ilmu mantiq kembali kepada kaidah umum yang telah ditetapkan oleh para fuqaha dan ushuliyyin, yaitu: 'Apa yang tidak sempurna pelaksanaan kewajiban kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib.' Maka, jika mantiq atau ilmu kalam digunakan untuk mendukung sesuatu yang bersifat syar'i, maka ia pun memperoleh status keabsahan syar'i. Namun, jika tujuan penggunaannya adalah untuk debat, perdebatan kosong, dan sofistik (kekeliruan logika), maka ia dikategorikan sebagai makruh atau haram, tergantung tujuan penggunaannya. Dengan demikian, kita mendapati bahwa Syekh Ahmad Zarruq mengaitkan ilmu mantiq atau kalam dengan tujuan-tujuan syar'i; sehingga ia memperoleh hukumnya sejauh mana ia mendukung tujuan-tujuan tersebut. Jika ilmu mantiq atau ilmu kalam menyimpang dari tujuan-tujuan ini, maka ia hanya akan membingungkan pikiran dan menjerumuskan akal ke dalam kebingungan yang dapat mengarah pada kesesatan. Ia laksana garam bagi makanan — sebagaimana akan dijelaskan nanti — dan dengan ini ia mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh para tokoh dalam mazhab Asy'ariyah dalam masalah ini.
- QOIDAH 51: KEJADIAN YANG MEMBINGUNGKAN, YANG TIDAK JELAS, DAN YANG SULIT DIPAHAMI DALAM TEKS-TEKS SYARIAT
- Kaidah 35: Menilai Cabang Berdasarkan Asal dan Kaidahnya
- Kaidah 34: Orang yang Berbicara tentang suatu Cabang Ilmu Harus Menghubungkan Cabang-cabangnya dengan Pokok-pokoknya, dan Menyambungkan Pemahaman dengan Sumber-sumbernya
وإذا كان الإمام أبو حامد الغزالي قد ذهب إلى القول بأن المنطق لا يمكن توظيفه إلا في العلوم العقلية المحظة؛ فإن الشيخ أحمد زروق نجده يوظف ثقافته في علم المنطق في كتابه توظيفا سليما اتسم باستعمال العقل والبصيرة معا؛ وهو ما لم يوفق إليه غيره ممن سبقه أو تأخر عنه؛ ولا غرابة في ذلك؛ فإن الفقهاء المغاربة اعتبروا علم المنطق من العلوم التي تضاف لأولياء الله تعالى؛ فقد قال الماجري: "هذا الفن - أي علم المنطق - لا يعطيه الله بكماله إلا لمن أحب من أوليائه؛ لأن معرفة الله تدرك به".(11)
(10) والسفسطة المغالطة، وهي قياس مركب من الوهميات؛ والغرض منه تغليط الخصم وإسكاته. والنسبة إليه: سفسطي، وربما قيل: سوفسطائي؛ وهي يونانية معربة.
(11)الماجري: هو أبو محمد صالح الماجري نسبة لبني ماجر فريق من قبيلة دكالة بالمغرب. صاحب رباط آسفي الشهير. ولد سنة 550 هجرية. درس بالمغرب ثم رحل إلى المشرق؛ فحج وساح؛ وعمدته في الفقه أبو طاهر إسماعيل بن مكي بن عوف الزهري الأسكندري.لازمه عشرين سنة؛ أما عمدته في التصوف فهو الشيخ أبو مدين شعيب أسس الماجري إضافة إلى رباطه آسفي - والذي كان مركزا للإشعاع الروحي - ما يزيد عن ثلاثين رباطا على طريق الحج من المغرب إلى مكة لاستقبال الحجاج. حيث شجع الناس على الحج بعدما أفتى بعض فقهاء المغرب بسقوط فريضة الحج عن المغاربة آنذاك لصعوبة الطريق، وانعدام الأمن.
من أشهر تلامذة الماجري بالمشرق الإمام البصيري الذي يقول في شيخه صالح هذا:
حكى صالحا في قسمة الماء بينهم۞وإن كان فيهم صالح كامل الشرب
إمام غدا رطبالساني بذكره۞على أنه أذكى من المندل الرطب
وقدمه في الفضل أشياخ وقته۞عليهم كتقديم العروض على الضرب
Apabila Imam Abu Hamid al-Ghazali berpendapat bahwa ilmu mantiq tidak dapat digunakan kecuali dalam ilmu-ilmu rasional yang murni, maka kita mendapati bahwa Syekh Ahmad Zarruq menggunakan ilmunya tentang mantiq dalam bukunya dengan cara yang benar, yang mencakup penggunaan akal dan bashirah (mata hati) secara bersamaan. Ini adalah sesuatu yang belum dapat dicapai oleh orang lain yang datang sebelum atau sesudahnya. Tidak ada yang aneh dalam hal ini, karena para fuqaha Maghribi menganggap ilmu mantiq sebagai salah satu ilmu yang diberikan kepada para wali Allah SWT. Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Majiri: 'Ilmu ini — yaitu ilmu mantiq — tidak akan diberikan dengan sempurna oleh Allah kecuali kepada siapa yang Dia cintai di antara para wali-Nya, karena dengan ilmu ini, pengetahuan tentang Allah dapat dicapai’.
وهكذا ففي الوقت الذي كان يفتى به في المشرق بتحريم المنطق أو علم الكلام (ابن تيمية - السيوطي) نجد الشيخ أحمد زروق يجمع بين الكلام والتصوف، ويحول المنطق إلى سلوك عملي ومجاهدة روحية، خصوصا عندما يوظفه في الاستدلال العقلي على وجود الله تعالى، وتنزيهه، وعلى صفاته ؛ وهكذا:
Demikian pula, pada masa ketika di wilayah Timur (Mashriq) fatwa yang dominan menyatakan keharaman ilmu mantiq atau ilmu kalam (seperti yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyah dan al-Suyuti), kita mendapati Syekh Ahmad Zarruq mengintegrasikan ilmu kalam dengan tasawuf, dan mengubah mantiq menjadi suatu amal praktis dan perjuangan spiritual, terutama ketika ia menggunakannya dalam proses penalaran rasional untuk membuktikan wujud Allah SWT, kesucian-Nya, dan sifat-sifat-Nya.
أخرج الشيخ أحمد زروق علم الكلام أو المنطق من التنظير الفلسفي إلى العمل العقلي المنظم للأفكار بقصد ترتيبها وتبلغيها للقارئ بأسلوب ميسر بعيد عن السفسطة والجدال المبعد عن الحق والحقيقة.
Syekh Ahmad Zarruq mengalihkan ilmu kalam atau mantiq dari sekadar teori filosofis menuju praktik intelektual yang terstruktur untuk ide-ide, dengan tujuan untuk menyusunnya dan menyampaikan pemikiran kepada pembaca dengan gaya yang mudah dipahami, jauh dari sofistik dan perdebatan yang menjauhkan dari kebenaran dan hakikat.
بين أن "التبصر في الدين أصل من أصوله، وأن من أخذ الأمور رماية في عماية؛ فليس متبعا للشارع "؛ وذلك رغم أن علم الكلام (التوحيد) علم نظري يرتبط بالبحوث العقلية، وعلم التصوف يرتبط بالممارسة والعمل والسلوك.
Syekh Ahmad Zarruq menjelaskan bahwa “pemahaman yang mendalam tentang agama merupakan salah satu fondasi dalam ajaran agama, dan bahwa siapapun yang menjalankan suatu perkara dengan sembarangan ibarat melempar anak panah dalam kegelapan, maka ia tidak mengikuti tuntunan syariat.” Hal ini meskipun ilmu kalam (tauhid) adalah ilmu teoritis yang terkait dengan kajian-kajian rasional, sementara ilmu tasawuf terkait dengan praktik, amal, dan perilaku.
وبعدما تكلم الشيخ أحمد زروق في الفقرة الأولى من القاعدة عن حقيقة الشيء، وحده، ورسمه، انتقل في الفقرة الثانية منها ليذكر أن التصوف قد حد، ورسم، وفسر - من حيث المدلول اللغوي والاصطلاحي - بوجوه تبلغ نحو الألفين - مع تنبيهه على أن كل تلك التعاريف هي وجوه في التصوف لا تعريف له - كما سيتبين في القاعدة الثالثة، ويرجع كل تلك (التعاريف) لصدق التوجه إلى الله، دون رياء ولا تظاهر أو تحقيق أغراض أيا كانت.
Setelah Syekh Ahmad Zarruq membahas pada bagian pertama dari kaidah ini tentang hakikat, batasan, dan definisi suatu perkara, pada bagian kedua beliau menyebutkan bahwa tasawuf telah didefinisikan dan digambarkan—baik dari segi makna bahasa maupun terminologi—dalam berbagai bentuk yang mencapai hampir dua ribu definisi. Namun, beliau menekankan bahwa seluruh definisi tersebut hanya merupakan aspek-aspek dari tasawuf, dan tidak ada satu definisi pun yang secara utuh mencakup keseluruhan tasawuf—seperti yang akan dijelaskan pada kaidah ketiga." Semua definisi tersebut kembali menuju shidqu at-tawajjuh kepada Allah, tanpa riya' (pamer), tanpa kepura-puraan atau keinginan untuk meraih tujuan-tujuan duniawi apapun.
قال القشيري: "تكلم الناس في التصوف ما معناه؟ وفي الصوفي: من هو؟ فكل عبر بما وقع له". الرسالة القشيرية.
Al-Qusyairi berkata: “Orang-orang telah berbicara tentang tasawuf: apa artinya? Dan tentang sufi: siapa dia? Maka setiap orang mengungkapkan sesuai dengan apa yang dialaminya”.(Ar-Risalah Al-Qusyairiyah)
"إذ حقيقة التصوف ترجع إلى صدق التوجه إلى الله من حيث يرضى بما يرضى؛ وذلك متعدد؛ فلذلك ادعاه كل أحد بما هو فيه، وعبر عنه كل أحد بما انتهى إليه على قدر القصد والفيض والهمة "، مؤكدا ذلك بقوله:
Karena hakikat tasawuf kembali menuju shidqu at-tawajjuh kepada Allah, dari sisi yang Dia ridhoi dengan cara yang Dia ridhoi; dan hal ini memiliki banyak bentuk. Oleh karena itu, setiap orang mengklaimnya sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, dan setiap orang mengungkapkannya sesuai dengan apa yang telah dicapainya, berdasarkan niat, limpahan rahmat, dan semangat spiritualnya. Sebagai penguat pendapat terkait hakikat tasawuf Imam Al-Qusyairi berkata:
"اعلموا رحمكم الله أن التصوف له مقدمة وحقيقة ونتيجة؛ فمقدمته خشية الله وحقيقته صدق التوجه إلى الله، ونتيجته الفناء في الله"(12).
(12)رسالة في الطريق والشيخ والمريد.
Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian, bahwa tasawuf memiliki pendahuluan, hakikat, dan kesimpulan. Pendahuluannya adalah takut kepada Allah, hakikatnya adalah shidqu at-tawajjuh kepada Allah, dan hasilnya adalah fana’ fillah.
وبناء على ذلك فإن الشيخ أحمد زروق يرى بأن الطرق إلى الله بعدد أنفاس الخلائق؛ إذ لكل شخص طريق بحسب استعداده الفطري، وثقافته، وميولاته؛ كما سيأتي بيانه.
Berdasarkan hal itu, Syekh Ahmad Zarruq berpendapat bahwa jalan menuju Allah sebanyak jumlah nafas makhluk-Nya, karena setiap orang memiliki jalannya sendiri sesuai dengan persiapan fitrah, budaya, dan kecenderungan-kecenderungannya, seperti yang akan dijelaskan nantinya.
قال الشيخ أحمد زروق في شرحه الخامس عشر على الحكم العطائية:
"اختلف في حقيقة التصوف على نحو من ألفي قول. كلها راجعة لصدق التوجه إلى الله تعالى بما يرضى من حيث يرضى؛ وإنما هي وجوه فيه".
Syekh Ahmad Zaruq berkata dalam penjelasan kelima belasnya atas Al-Hikam Al-‘Aṭhaiyyah:
Terdapat perbedaan pendapat tentang hakikat tasawuf berdasarkan sekitar dua ribu pendapat. Semuanya kembali kepada shidqu at-tawajjuh kepada Allah SWT dengan cara yang diridhai-Nya dari sisi yang diridhai-Nya, definisi-definisi tersebut hanyalah berbagai aspek di dalamnya.
وجميع التعاريف رغم تعددها هي في الحقيقة ليست تعريفا دقيقا للتصوف؛ وإنما هي وجوه فيه - كما ذكر، وكما سيتضح فيما بعد -؛ لأن كل صوفي إنما يعبر عن شعوره انطلاقا من تجربته، وحسب الأحوال التي يمر بها في طريق سلوكه طلبا لمرضاة ربه.
Dan semua definisi, meskipun banyaknya, pada hakikatnya bukanlah definisi yang tepat untuk tasawuf. Sesungguhnya itu adalah berbagai aspek dari tasawuf – seperti yang telah disebutkan, dan seperti yang akan dijelaskan di kemudian hari – karena setiap sufi sebenarnya hanya mengekspresikan perasaannya berdasarkan pengalamannya, sesuai dengan keadaan yang dia alami dalam perjalanan spiritualnya, dalam mencari keridhaan Tuhannya.
فهو: "صدق التوجه إلى الله تعالى من حيث يرضى بما يرضى".
Maka tasawuf adalah shidqu at-tawajjuh kepada Allah dari sisi yang Dia ridhoi dengan cara yang Dia ridhoi.
وهو: "علم قصد لإصلاح القلوب وإفرادها لله عما سواه "؛ وإن كان "لا يكتفى فيه بالأخبار، ولا يغتنى بالعلم والعمل فيه بالأنوار"، وهو يكون مصحوبا "بالأسف عن الذنب، والتوجه بالإخلاص لمرضاة الرب "، حيث "يتخلص الصوفي من قيد النفس، ويتوجه إلى الحق بالعقل والحدس ".
Tasawuf adalah Ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki hati dan mensucikan hati hanya kepada Allah, menjauhkan hati dari selain-Nya, tasawuf tidak cukup hanya dengan sekadar berita, dan tidak cukup melalui ilmu dan amal kecuali disertai dengan cahaya. Tasawuf ini harus disertai dengan penyesalan atas dosa, dan keikhlasan dalam mengarahkan diri untuk meraih keridhaan Tuhan. Sehingga, seorang sufi membebaskan dirinya dari belenggu hawa nafsu dan menghadap kepada Yang Haqq dengan akal dan firasat.
قال الشيخ أحمد زروق في حديثه عن تجربته الصوفية: "فكنت مع الشريعة على نفسي ومع الحقيقة بالحق لا بنفسي".
Syekh Ahmad Zarruq berkata dalam pembicaraannya tentang pengalaman tasawufnya: 'Maka aku berpegang pada syariat terhadap diriku sendiri dan pada hakikat melalui al Haqq, bukan melalui diriku sendiri'.
Mutarjim : Muhammad Ali Akbar
Contact Person : 0895366147677
Email : aali3813416@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.
Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Al-Munqidh min al-Dhalal wa al-Muwassil ila Dhi al-'Izzah wa al-Jalal. Cetakan baru yang telah dishahihkan dan disempurnakan oleh ‘Alwi Abu Bakar Muhammad Al-Qaf. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, cet. Pertama (2021).
Azka, D., & Huda, N. (n.d.). Sulam al-Munawraq: Kajian dan penjelasan ilmu mantiq dilengkapi dengan istilah-istilah logika modern. Lirboyo Press. cet. Pertama (2012).
Posting Komentar untuk "QOIDAH 2: HAKIKAT TASAWUF DAN RAGAM DEFINISINYA"