![]() |
Sumber Gambar: Copilot Ai |
قَاعِدَةُ (٢١)
لَا يُعْرَفُ التَّصَوُّفُ إِلَّا مَعَ الْعَمَلِ بِهِ(1)
Tasawuf Tidak Bisa Diketahui Kecuali dengan Mengamalkanya
اَلأَغْلَبُ فِي الظُّهُورِ لَازِمٌ فِي الاسْتِظْهَارِ بِمَا يُلَازِمُهُ، وَقَدْ عُرِفَ أَنَّ التَّصَوُّفَ لَا يُعْرَفُ إِلَّا مَعَ الْعَمَلِ بِهِ، فَالاسْتِظْهَارُ بِهِ دُونَ عَمَلٍ تَدْلِيسٌ ، وَإِنْ كَانَ العَمَلُ شَرْطَ كَمَالِهِ ، وَقَدْ قِيلَ: «العِلْمُ يَهْتِفُ بِالعَمَلِ ، فَإِنْ وَجَدَهُ وَإِلَّا ارْتَحَلَ» أَعَاذَنَا اللَّهُ مِنْ عِلْمٍ بِلَا عَمَلٍ. آمِينْ
(1)هذه القاعدة غير موجودة في المخطوط.
Pada umumnya dalam suatu yang nampak itu harus menampakkannya dengan sesuatu yang diiringinya. Telah diketahui bahwa tasawuf tidak dapat diketahui kecuali dengan mengamalkanya. Maka dari itu menampakan ilmu tanpa amal adalah penipuan, karena praktik adalah syarat untuk menyempurnakan ilmu. Sebagaimana telah dikatakan: “ilmu itu disuarakan dengan amal, dan jika ia menemukannya, ia akan ditemukan, jika tidak, ia akan pergi.” Semoga Allah melindungi kita dari ilmu yang tidak disertai dengan amal! Amin.
شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب :
Penjelasan menurut Ustadz Syekh Muhammad Idris Toyib :
بعدما تكلم الشيخ أحمد زروق في القاعدة ١٢ عن ارتباط العلم بالعمل "لأن العلم إمام العمل، والعمل تابعه"؛ يعود في هذه القاعدة ليرسخ هذا المبدأ، ويقرر بأن "الأغلب في الظهور لازم في الاستظهار بما يلازمه". أي أن التصوف لا يعرف إلا بالعمل به أي بالعمل بما أثمر في القلب من معاني؛ لأنه تجربة وذوق، ومثاله من تذوق العسل فخبر كنهه، ومن اكتفى بسماع وصفه بأنه شراب حلو؛ فليس العلم بكثرة الرواية؛ بل بالتطبيق؛ فالعمل ثمرة العلم؛ لأن العلم بمثابة الشجرة، والعمل بمثابة الثمرة التي ينتفع بها؛ فإن لم تكن الشجرة مثمرة كانت بمثابة من عنيه الشاعر بقوله:
لـه في شجر السرو مثل ۞ لـــه رواء ومــا لـــه ثمـر
Setelah Syekh Ahmad Zarruq berbicara pada kaidah ke-12 tentang keterkaitan ilmu dengan amal “Karena sesungguhnya ilmu itu pemimpin amal, sedangkan amal itu pengikutnya”, dia kembali pada kaidah ini untuk mengukuhkan dasarnya, kemudian menetapkan bahwa “Pada umumnya dalam penampakan itu harus menampakkannya dengan sesuatu yang diiringinya”. Yakni sesungguhnya tasawuf itu tidak dapat diketahui kecuali dengan mengamalkanya, yaitu dengan beramal berdasarkan makna-makna yang dihasilkan didalam hati, karena hal itu merupakan hasil pengalaman dan rasa. Contohnya barangsiapa mencicipi madu maka dia akan memberitahukan sifatnya madu, sehingga orang yang mendengar sudah faham, bahwa sifatnya madu itu adalah minuman yang manis. Dengan demikian ilmu seharusnya tidak menggunakan banyak narasi, melainkan dengan aplikasi. Amal itu adalah buahnya ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu diibaratkan dengan pohon, sedangkan amal itu ibarat buah yang dapat dimanfaatkan, jikalau pohon itu tidak berbuah maka seperti yang dimaksudkan oleh penyair dalam ucapannya:
(Ilmu tanpa amal) bagaikan pohon cemara ۞ Indah namun tidak berbuah
إن العلم دائما يبحث عن العمل؛ فإن وجده صحبه ولازمه؛ وإلا ارتحل؛ لذا فمن قضى حياته طالبا للعلم دون العمل بما علم ضعفت حاله؛ وربما نكص على عقبيه؛ والعمل بمقتضى العلم ينميه ويزكيه مصداقا لقوله صلى الله عليه وسلم: "من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم"؛ ومفهوم المخالفة يعمل به هنا.
Sesungguhnya ilmu itu selalu mencari amal, jika menemukanya maka dia akan menyertai dan menemaninya, oleh karena itu barangsiapa yang menghabiskan hidupnya untuk mencari ilmu tanpa mengamalkan apa yang diketahui, maka dia akan tidak berdaya, dan mungkin ia akan mundur ke belakang. Beramal sesuai dengan ilmu akan mengembangkannya dan menyucikannya, sebagai pembenaran terhadap sabda Nabi Muhammad Saw: “Barang siapa beramal dengan apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui” dan konsep yang berlawanan digunakan di sini."
فــ"التصوف أوله علم، وأوسطه عمل، وآخره موهبة من الله تعالى"؛ بل إن "التصوف هو التعلق بعلوم الحقيقة، واتباع الرسول في الشريعة".
“Tasawuf awalnya adalah ilmu, tengahnya adalah amal, dan akhirnya adalah karunia dari Allah Ta'ala. Bahkan sesungguhnya “Tasawuf itu berikatan dengan ilmu-ilmu hakikat, serta mengikuti Rasul dalam syariat”.
فمن اكتفى بالاطلاع على حياة الصوفية، وأخبارهم، أو الاطلاع على كتبهم، وآثارهم، وأقوالهم، ورقائقهم دون اتباعهم والاقتداء بهم في مجاهداتهم وأعمالهم ليس صوفيا؛ إذ من تذوق العسل ليس كمن سمع بحلاوته.
Tidak dianggap sufi, apabila seseorang sudah puas dengan sekedar mengetahui kehidupan kaum sufi, dan informasinya, atau sekedar mengetahui kitab-kitab, peninggalan, ucapan-ucapan, dan kelembutan mereka tanpa mengikuti dan meneladani usaha-usaha serta amal-amal mereka, karena orang yang merasakan madu tidaklah sama dengan orang yang hanya mendengar tentang manisnya
وعليه فإن الجمع بين العلم والعمل ضروري. قال بعضهم: "اطلبوا هذا العلم طلبا لا يضر بالعبادة، واطلبوا هذه العبادة طلبا لا يضر بالعلم "(2). أعاذنا الله من علم بلا عمل.
(2) تحفة المريد
Berdasarkan demikian, sesungguhnya penting menggabungkan antara ilmu dan amal. Sebagian Ulama’ berpendapat: “Carilah ilmu ini dengan cara yang tidak merugikan ibadah, dan carilah ibadah ini dengan cara yang tidak merugikan ilmu”. Semoga Allah melindungi kita dari ilmu tanpa amal."
علم التصوف علم السلوك والعمل:
لقد كان الرسول صلى الله عليه وسلم يعلم الصحابة العلم الشرعي والعمل به؛ وعلى هذا المنوال سار الصحابة رضوان الله عليهم والتابعون من بعدهم حيث كانوا يتعلمون العلم والعمل معا.
Ilmu tasawuf adalah ilmu tentang perilaku dan amal:
Sungguh, Rasulullah Saw mengajarkan ilmu syariat dan pengamalannya kepada para sahabat, dengan metode ini, para generasi setelah Sahabat Ra dan para Tabi'in mengikuti dimana mereka belajar ilmu dan amal bersama-sama.
إلا أنه سرعان ما انفصل العلم عن العمل. حيث أصبح الفقه يركز اهتمامه على الجانب النظري، ويهمل الجانب العملي السلوكي الوظيفي، وأصبح الفقيه لا يعني الزاهد؛ كما أن الزاهد لا يعني العالم أو الفقيه؛ حيث حدثت فجوة بين العلم والعمل، بين النظرية والتطبيق وبذلك أصبحت المدارس والمعاهد الدينية تخرج أناسا لهم دراية فقهية تشريعية بغض النظر عن مدى التزامهم بما يعلمون في حياتهم وممارساتهم اليومية؛ فجاء التصوف الحقيقي ليعيد الارتباط بين الشريعة والحقيقة، بين النظرية والممارسة وبين العلم والعمل؛ وأحسن من يمثل هذه المدرسة في القرن التاسع الهجري هو الشيخ أحمد زروق.
Kecuali sesungguhnya dengan cepat ilmu terpisah dari amal. Di mana fikih menjadikan fokus perhatianya pada sisi teoritis, lalu mengabaikan sisi praktis, perilaku, dan fungsional. Seorang ahli fikih tidak berarti seorang yang zuhud, sebagaimana seorang yang zuhud tidak berarti seorang yang berilmu atau seorang ahli fikih. Sehingga terjadi kesenjangan antara ilmu dan amal, antara teori dan praktik. Dengan demikian, sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga agama menghasilkan orang-orang yang memiliki pemahaman fikih syariat, terlepas dari sejauh mana komitmen mereka terhadap apa yang mereka ketahui dalam kehidupan dan praktik sehari-hari. Maka datanglah tasawuf yang sejati untuk mengembalikan hubungan antara syariat dan hakikat, antara teori dan praktik, serta antara ilmu dan amal. Seseorang yang menjadi contoh terbaik dalam mazhab ini pada abad kesembilan Hijriah adalah Syekh Ahmad Zaruq.
ونسبة التصوف من الدين كنسبة الروح من الجسد كما قال الشيخ زروق؛ لأنه مقام الإحسان الذي فسره رسول الله صلى الله عليه وسلم بقوله: "أن تعبد الله كأنك تراه؛ فإن لم تكن تراه فإنه يراك". لا معنى له سوى ذلك إذ مداره مراقبة بعد مشاهدة أو مشاهدة بعد مراقبة... ولا وجود له دون أخويه من الفقه والأصول، ولا عبرة بوجودهما دونه(3).
(3)مقدمة الفتوحات الرحمانية في حل ألفاظ الحكم العطائية.
Hubungan tasawuf dalam agama seperti hubungan ruh dalam jasad, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syekh Zarruq. Karena hal itu adalah maqam ihsan yang dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya: “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu”. Tidak ada makna bagi tasawuf selain itu karena pusatnya adalah muraqabah setelah musyahadah atau musyahadah setelah muraqabah…. Tasawuf tidak ada tanpa dua saudaranya yaitu fikih dan usul, dan keberadaan keduanya tak berarti tanpa tasawuf.
وإذا كان التصوف يهدف إلى إفراد القلب والقالب الله؛ فإن ذلك يتحقق عن طريق:
* الإخلاص في العبادة وتربية النفس والسمو والارتقاء بها، وتنمية روح مراقبة النفس ومحاسبتها بغية الوصول إلى معرفة الله تعالى عن طريق الكشف ومشاهدة آلائه.
* تزكية القلوب والنفوس وتطهيرها من كل ما يتعلق بها من الأسباب والعلائق الدنيوية.
Jika tasawuf bertujuan untuk mengkhususkan hati dan raga untuk Allah. Maka sesungguhnya itu dapat terwujud melalui cara:
Keikhlasan dalam ibadah dan pembinaan diri serta keluhuran dan peningkatan dengannya, dan pengembangan jiwa pengawasan diri dan bermuhasabah terhadapnya, dengan tujuan mencapai pengetahuan tentang Allah Ta'ala melalui kasyaf dan musyahadah nikmat-nikmat-Nya.
Menyucikan hati dan jiwa serta membersihkannya dari segala yang berkaitan dengannya dari sebab-sebab dan keterikatan duniawi.
لذا قال الجنيد: "ما أخذنا التصوف عن القيل والقال؛ ولكن عن الجوع، وترك الدنيا، وقطع المألوفات والمستحسنات".
Oleh karena itu, Al-Junayd berkata: 'Kami tidak mengambil tasawuf dari perkataan dan pembicaraan, tetapi dari kelaparan, meninggalkan dunia, dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan serta hal-hal yang dianggap baik".
Mutarjim : Asroful Ngarfi
Contact Person : 08563260403
Email : asrofulngarfi@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.
Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.
Kementrian Agama Republik Indonesia “Al-Qur’an kemenag” Layanan Kemenag (2022):2
Posting Komentar untuk "QOIDAH 21: TASAWUF TIDAK BISA DIKETAHUI KECUALI DENGAN MENGAMALKANYA"