Kaidah 3: Tasawuf bagi Setiap Orang adalah Shidq Al-Tawajjuh


Sumber Meta AI


قاعدة (٣)

 تَصَوُّفُ كُلِّ أَحَدٍ صِدْقُ تَوَجُّهِهِ

Tasawuf bagi setiap orang adalah Shidq al-Tawajjuh

  اَلإِخْتِلَافُ فِي الْحَقِيقَةِ الْوَاحِدَةِ، إِنْ كَثُرَ، دَلَّ عَلَى بُعْدِ إِدْرَاكِ جُمْلَتِهَا ثُمَّ هُوَ إِنْ رَجَعَ لِأَصْلٍ وَاحِدٍ، يَتَضَمَّنُ جُمْلَةَ مَا قِيْلَ فِيْهَا كَانَتِ الْعِبَارَةُ عَنْهُ بِحَسَبِ مَا فُهِمَ مِنْهُ، وَجُمْلَةُ الْأَقْوَالِ وَاقِعَةٌ عَلَى تَفَاصِيْلِهِ. وَاعْتِبَارُ كُلِّ وَاحِدٍ لَهُ عَلَى حَسَبِ مِثَالُهُ مِنْهُ عِلْمًا، أَوْ عَمَلًا، أَوْ حَالًا، أَوْ ذَوْقًا، أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ.

  وَالِإخْتِلَافُ فِي التَّصَوُّفِ مِنْ ذَلِكَ، فَمِنْ ثَمَّ أَلْحَقَ الْحَافِظُ أَبُو نُعَيْمٍ رَحِمَهُ اللَّهُ بِغَالِبِ أَهْلِ حِلْيَتِهِ عِنْدَ تَحْلِيَتِهِ كُلَّ شَخْصٍ، قَوْلاً مِنْ أَقْوَالِهِمْ يُنَاسِبُ حَالَهُ قَائِلاً : وَقِيلَ إِنَّ التَّصَوُّفَ كَذَا.

  فَأَشْعُرُ أَنَّ [ مَنْ ] لَهُ نَصِيبٌ مِنْ صِدْقِ التَّوَجُّهِ، لَهُ نَصِيبٌ مِنَ التَّصَوُّفِ، وَأَنَّ تَصَوُّفَ كُلِّ أَحَدٍ صِدْقُ تَوَجُّهِهِ فَافْهَمْ.

Perbedaan dalam kebenaran yang satu, jika banyak, menunjukkan jauhnya pemahaman akan keseluruhan hakikatnya. Namun, jika semua itu kembali kepada satu asal, maka itu mencakup semua apa yang telah dikatakan tentangnya, yang diungkapkan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Dan keseluruhan ucapan terletak pada rincian kebenaran itu. Setiap orang memperolehnya berdasarkan contoh yang ada padanya, baik dalam ilmu, amal, keadaan, rasa, atau yang lainnya.

Perbedaan dalam tasawuf itu dikarenakan hal demikian. Oleh karena itu, Al Hafidz Imam Abu Nu'aim Rh. melampirkan sebuah pendapat dari pendapatnya orang- orang yang disebutkan dalam kitab Hilyahnya ketika menjelaskan setiap orang, sebuah ucapan dari ucapan mereka yang sesuai dengan keadaannya. Ia berkata: Dan ada yang mengatakan bahwa tasawuf adalah demikian.

Maka saya merasakan bahwa siapa pun yang memiliki bagian dari ketulusan dalam menghadap Allah SWT, dia juga memiliki bagian dalam tasawuf. Dan tasawuf setiap orang adalah Shidq al-tawajuh. Oleh karena itu Pahamilah!


شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب:

Penjelasan dari Syekh Muhammad Idris Toyyib:

إن الاختلاف في تعريف التصوف أكبر دليل على عدم إدراك حده ورسمه، والعجز عن إدراك ماهيته، وتفسير حقيقته؛ وكل ما قيل عنه إنما هو تعبير عن الحالة التي يمر بها الصوفي؛ فهو تعبير عن حالته لا تفسير لماهية التصوف.

Perbedaan dalam mendefinisikan tasawuf adalah bukti terbesar dari ketidakmampuan untuk memahami batasan dan bentuknya, serta ketidakmampuan untuk menangkap penafsiran hakikatnya. Segala yang dikatakan tentang tasawuf hanyalah ungkapan dari keadaan yang dialami oleh seorang sufi; ia adalah cerminan dari kondisi tersebut, bukan penjelasan tentang hakikat tasawuf.

ذلك أن نظر الصوفي في وجوه الكمال والنقص، عملا وأسبابا متفاوتة؛ فلذلك اختلفت طرق أهله بما يرجع إلى الأصلين المذكورين في الحديث(١)؛ إذ عمل قوم على تحقيق "كأنك تراه" مثل الشاذلية، ومن نحا نحوهم، وعمل قوم على تحقيق "إنه يراك"، وعليه مدار كلام الغزالي، ومن حام حوله؛ ولكل نصيب مما لصاحبه. لكن النظر الأول تبع عند الثاني، والنظر الثاني تبع عند الأول. إذ لا يصح أن يتحقق بـ"كأنه يراك"، مع جواز أنه لا تراه؛ وكذلك العكس؛ فاختلاف الطرق باختلاف البساط؛ وإلا فالحق واحد؛ وإن تعددت طرقه؛ فافهم.


(1)  حديث الاسلام والايمان والاحسان.

Hal ini disebabkan oleh pandangan sufi terhadap aspek-aspek kesempurnaan dan kekurangan, baik dalam amal maupun sebab-sebab yang berbeda. Oleh karena itu, jalan-jalan mereka berbeda berdasarkan dua dasar yang disebutkan dalam hadis. Sebagian orang berusaha menghayati “seolah-olah engkau melihat-Nya”, seperti al-Syadhili dan pengikutnya, sementara yang lain berusaha menghayati “sesungguhnya Dia melihatmu”, yang menjadi inti pembicaraan al-Ghazali dan para pengikutnya. Masing-masing memiliki bagian dari apa yang dimiliki oleh pemeluknya. Namun, pandangan pertama terikat pada yang kedua, dan pandangan kedua terikat pada yang pertama. Tidak mungkin untuk mewujudkan “seolah-olah engkau melihat-Nya” jika ada kemungkinan bahwa engkau tidak melihat-Nya; begitupun sebaliknya. Adapun perbedaan cara itu yaitu meninjau dengan perbedaannya yang luas, dan ketika tidak maka yang benar itu satu walaupun jalannya banyak. Pahamilah!

إن معرفة وتذوق التصوف تختلف باختلاف ثقافة الصوفي، ومراحل سلوكه وأحواله، ومقامه؛ لذا اختلف في إدراك حقيقته - حسب المرحلة التي قطعها السالك بحثا عن الحقيقة: بداية، أو توسطا، أو انتهاء.

Sesungguhnya pengetahuan dan pengalaman tentang tasawuf berbeda-beda tergantung pada budaya sufi, tahap perjalanan, keadaan, dan kedudukan spiritualnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang hakikat tasawuf juga bervariasi, sesuai dengan tahap yang telah dilalui oleh seorang salik dalam pencarian hakikat: di awal, tengah, atau akhir perjalanan.

  "فلذلك ادعاه كل أحد بما هو فيه، وعبر عنه كل أحد بما انتهى إليه على قدر القصد والفيض والهمة، واعتبر ذلك أئمته حتى إن أبا نعيم في حليته غالبا لا يترجم لرجل إلا أتبع ذلك بقول من أقوالهم يناسب حال ذلك الشخص، وقال: إن التصوف كذا؛ فأشعر أن التصوف كل أحد صدق توجهه، وأن من له قسط من صدق التوجه له قسط من التصوف على قدر حاله"

“Oleh karena itu, setiap orang mengklaim tasawuf sesuai dengan keadaan mereka masing-masing, dan masing-masing mengekspresikannya berdasarkan pencapaian mereka, sesuai dengan niat, limpahan, dan semangat mereka. Para imam pun mempertimbangkan hal ini, sehingga Abu Nu'aim dalam karya Hilyah-nya sering kali tidak menceritakan tentang seseorang kecuali diikuti dengan ucapan yang sesuai dengan keadaan orang tersebut. Ia berkata: 'Tasawuf adalah demikian.' Maka saya merasakan bahwa tasawuf adalah milik setiap orang yang memiliki ketulusan dalam menghadapnya (shidq al-tawajuh), dan siapa pun yang memiliki bagian dari ketulusan tersebut, ia juga memiliki bagian dalam tasawuf sesuai dengan keadaannya.”

وفي شأن ذلك قيل:

  • "التصوف أخلاق كريمة، ظهرت على رجل كريم". (تعريف للمبتدئين)

  •  "التصوف غنى عن الخلق وفقر للخالق". (تعريف للمتوسطين.)

  • التصوف هو: "أن يميتك الحق عندك ويحييك به". (الجنيد في نهاية تجربته الروحية).

Dalam hal ini dikatakan:

  • “Tasawuf adalah akhlak mulia yang muncul pada diri seseorang yang mulia”. (Definisi untuk pemula)

  • “Tasawuf adalah tidak butuh pada makhluk dan selalu butuh kepada Allah SWT”. (Definisi untuk tingkat menengah).

  • “Tasawuf adalah: Allah SWT mematikanmu disisimu dan menghidupkanmu dengan-Nya”. (al-Junaid di akhir pengalaman spiritualnya).

عموما فقد عرف التصوف من طرف أقطابه الأوائل بتعاريف عديدة:

  • فهو عند القشيري: "مراقبة الأحوال ولزوم الآداب".

  •  وهو عند الجنيد - سيد الطائفة الصوفية -: "ذكر مع إجماع، ووجد مع استماع، وعمل مع اتباع".

Secara umum, tasawuf telah didefinisikan oleh para tokoh terdahulu dengan berbagai definisi:

  • Menurut al-Qushayri, tasawuf adalah: “Pengawasan terhadap keadaan dan penegakan adab”.

  • Tsawuf menurut Imam al-Junaid (pemimpin kaum sufi) tasawuf adalah: “Dzikir dengan ijma’2, wajd3 dengan istima’4, dan beramal dengan ittiba’5.


(2) Ijma’ mengacu pada kesatuan dalam praktik dan ajaran, yang sangat penting dalam menggabungkan ajaran tasawuf.

(3) Wajd berarti "dan menemukan" atau " merasakan" ini merupakan sesuatu yang didapat melalui hati dan dipantulkan melalui sikap lahir tanpa paksaan atau dibuat-buat.

(4) Istimaberarti "mendengarkan". yang merujuk pada mendengarkan ajaran, nasihat, atau bahkan suara hati dan petunjuk dari Allah SWT.

(5) Ittibaberarti "mengikuti" atau "taat". Ini merujuk pada mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw dan para guru sufi, serta menjalankan syariat Islam.

بل هو "تصفية القلب عن موافقة البرية، ومفارقة الأخلاق الطبيعية، وإخماد صفات البشرية، ومجانبة الدواعي النفسانية، ومنازلة الصفات الروحانية، والتعلق بالعلوم الحقيقية، واستعمال ما هو أولى على الأبدية، والنصح لجميع الأمة، والوفاء للّه على الحقيقة، واتباع الرسول صلى الله عليه وسلم في الشريعة".

 “Tasawuf adalah Penyucian hati dari kesesuaian dengan sifat-sifat makhluk, melepaskan diri dari akhlak alami, memadamkan sifat-sifat kemanusiaan, menjauhi dorongan-dorongan nafsu, menurunkan sifat-sifat ruhaniyyah, berta’alluq6 dengan ilmu-ilmu hakikat, dan menggunakan apa yang lebih utama untuk keabadian, memberikan nasihat kepada seluruh umat, memenuhi janji kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya, dan mengikuti Rasulullah Saw dalam syariat”.


(6) Ta’alluq artinya keterikatan yang berarti mempelajari atau memahami ilmu-ilmu yang hakiki, yaitu ilmu yang bekaitan dengan Allah SWT.


  • وقال أبو علي الروذباري  - وقد سئل عن الصوفي -: "الصوفي من لبس الصوف على الصفاء، وأطعم الهوى ذوق الجفاء، وكانت الدنيا منه على القفا وسلك منهاج المصطفى صلى الله عليه وسلم".

Abu Ali al-Rudzbari berkata - ketika ditanya tentang sufi -: "Sufi adalah orang yang mengenakan pakaian wol dengan ketulusan, memberi makanan kepada hawa nafsunya dengan rasa ketidakpedulian, dan menjadikan dunia di belakangnya, serta mengikuti jalan Rasulullah Saw."

  • وقال سهل التستري: "الصوفي من صفا عن الكدر، وامتلأ من الفكر، وانقطع إلى الله من البشر، واستوى عنده الذهب والمضر".

Sahl al-Tustari berkata: "Sufi adalah orang yang bersih dari kotoran jiwa, dipenuhi dengan pemikiran yang mendalam, terputus dari ikatan makhluk, dan di hadapannya, emas dan kerikil memiliki nilai yang sama."

  • وهو عند ابن خلدون "رعاية حسن الأدب مع الله في الأعمال الباطنة والظاهرة بالوقوف على حدوده".

Menurut Ibn Khaldun, Tasawuf adalah "Memelihara adab yang baik dengan Allah SWT dalam amal batin dan lahir, serta berpegang pada batas-batas-Nya."

  • وهو عند الشاذلي: "التصوف تدريب النفس على العبودية وردها لأحكام الربوبية".

Menurut al-Syadzili, "Tasawuf adalah Pelatihan jiwa untuk beribadah dan mengembalikannya kepada ketentuan Tuhan."

  • وسئل الشيخ أبو العباس المرسي رضي الله عنه عن الصوفي وحقيقة الصوفي، وما هو الصوفي؛ فأجاب رضي الله عنه: 

"الصوفي مركب من حروفه؛ وهي أربعة: الصاد، والواو، والفاء، والياء. أما الصاد صدقه وصبره، والواو وجده ووده، ووفاؤه، والفاء فقره وفقده وفناؤه، والياء لنسبته؛ فإذا كملت هذه الأوصاف في أحد أضيف إلى حضرة مولاه فيكون هو الصوفي بلا شك يقتدى به وبأقواله وأفعاله".


Syekh Abu Abbas al-Mursi ditanya tentang sufi, hakikat sufi, serta apa itu sufi. maka beliau menjawab: 

"Sufi terdiri dari empat huruf yaitu : الصاد (shod), الواو (wawu), الفاء (fa’), dan الياء (ya’). Adapun Shod melambangkan (shidq) kejujuran dan (Shabr) kesabaran, wawu melambangkan (wajd) kerinduan dan (wudda) cinta, serta (wafa’) kesetiaan, fa’ melambangkan (faqr) kefakiran, (faqd) kehilangan, dan (fana’) lenyap di dalam-Nya, dan ya’ melambangkan hubungannya dengan Allah SWT. Jika semua sifat ini sempurna dalam diri seseorang, maka dia akan disandarkan ke hadirat Allah SWT dan dia menjadi seorang sufi tanpa ragu, yang dapat dicontoh dalam perkataan dan perbuatannya.."

  • وقال الشيخ المغربي محمد ميارة: "وفي اشتقاق التصوف أقوال؛ إذ حاصله اتصاف بالمحامد، وترك للأوصاف المذمومة".

Syekh al-Maghribi Muhammad Miyarah berkata: “Dalam pengertian asal kata tasawuf terdapat berbagai pendapat; inti dari tasawuf adalah memiliki sifat-sifat terpuji dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela”.

  • وقال العلامة محمد الطالب بن الحاج السلمي المغربي:

صفا منهل الصوفي من علل الهوى ۞ فما شاب ذاك الورد من نفسه حـــظ

ووفـــي بـعــهد الحب إذ لــم يكن لـه ۞ إلى غير من يهوى التفات ولا لحظ

محت آيــــــة الظـــلام شـمــس نـهـاره ۞ وقـــــد ذهـبت مــنه الإشـــارة واللفظ


Syekh Muhammmad al-Talib bin al-Hajj al-Salmi al-Maghribi berkata: 

Dia adalah sumber mata air Sufi yang bersih dari penyakit hawa nafsu

۞

Tidak ada campur tangan dirinya dalam keindahan itu

Dia menepati janji cinta, tanpa mengalihkan pandangan 

۞

Kepada selain yang dicintainya, tanpa berpaling

Tanda-tanda kegelapan telah menghapus cahaya harinya 

۞

Dan semua tanda serta bahasa telah sirna darinya



ولقد أورد التعريفات العديدة والمختلفة للتصوف: أبو نعيم في الحلية، والسراج في اللمع، والمكي في قوت القلوب، والسهروردي في عوارف المعارف، والكلاباذي في التعرف.

Sungguh telah disebutkan berbagai definisi tasawuf yang beragam: Abu Nu'aim dalam kitab "al-Hilyah", al-Siraj dalam kitab "al-Luma’ “, al-Makki dalam kitab "Qut al-Qulub", al-Suhrawardi dalam kitab "Awarif al-Ma'arif", dan al-Kalabadzi dalam kitab "al-Ta'aruf" menyebutkan banyak definisi yang berbeda-beda.

وبناء عليه، ألحق أبو نعيم في حليته عند ترجمته لكل فرد من أعلام الصوفية كلاما يلائم حاله الذي غلب عليه أو مقامه الذي وصل إليه في مجاهدته وقطع طريق الوصول إلى الله تعالى؛ وإن كانت كلها تنضبط بشرط صدق التوجه إلى الله، وأن يكون التوجه بما يرضي الله لا بما يرضي شهوات الصوفي أو السالك لطريق التصوف؛ فسلوك طريق التصوف مقيد بشرط صدق التوجه، والموافقة لأحكام الشريعة.

Sejalan dengan itu, Abu Nu’aim dalam kitabnya al-Hilyah mengaitkan setiap tokoh sufi dengan penjelasan yang sesuai dengan keadaan atau maqam yang telah dicapainya dalam perjuangan dan perjalanan menuju Allah SWT. Meskipun semua ini terikat pada syarat shidq al- tawajjuh (ketulusan penghambaan) kepada Allah SWT, dan agar tawajjuh (penghambaan) tersebut sesuai dengan apa yang Allah SWT ridhai, bukan untuk memenuhi hawa nafsu seorang sufi atau salik untuk memenuhi jalan tasawuf. Oleh karena itu, menempuh jalan tasawuf harus terikat pada syarat Shidq al- Tawajjuh dan kesesuaian dengan hukum syariat.

  • ومن ذلك قوله:

- "التصوف: الجد في السلوك إلى ملك الملوك" - "التصوف: الموافقة للحق والمفارقة للخلق" - "التصوف: ابتغاء الوسيلة إلى منتهى الفضيلة" - "التصوف: الرغبة إلى المحبوب في درك المطلوب" - "التصوف: حفظ الوفاء وترك الجفاء".....إلخ ما ذكر.

Di antara pernyataannya adalah:

  • "Tasawuf: kesungguhan dalam menempuh jalan menuju Allah SWT." "Tasawuf: kesesuaian dengan al- haqq (Allah SWT) dan meninggalkan makhluk." "Tasawuf: mencari jalan menuju puncak keutamaan" "Tasawuf: kerinduan kepada kekasih untuk mencapai yang diinginkan." "Tasawuf: menjaga kesetiaan (wafa’) dan meninggalkan ketidakpedulian (jafa’) dan sebagainya."

  • وهو نفس التوجه الذي اعتمده البادسي المغربي في مقصده. حيث أنهى كل ترجمة بمقولة عن التصوف تلائم حال ومقام المترجم له؛ ومنه قوله:

* التصوف ذكر وفكر * التصوف سكر وشكر * التصوف خفض ورفع * التصوف احتقار وافتقار * التصوف تجمل وتحمل * التصوف احتراق واستشراق * التصوف خلوة وجلوة * التصوف اكتساب وانتساب * التصوف علم وحلم * التصوف إقامة واستقامة * التصوف إملاق وأخلاق * التصوف تخلي وتحلي * التصوف صيانة وديانة * التصوف وجود و جود * التصوف صمت وسمت * التصوف طباع وانطباع * التصوف مجاهدة ومشاهدة * التصوف تبحر في العلوم وحسن العبارة عن كل معلوم * التصوف سياحة ونياحة * التصوف أحوال وأقوال التصوف حياء وإحياء * التصوف عزم وحزم * التصوف منة ومحنة * التصوف اصطبار واختبار * التصوف بهجة ولهجة ... إلخ.

al-Badisi al-Maghribi dalam kitab maqshadnya juga menggunakan pendekatan yang sama. Dia mengakhiri setiap biografi dengan pernyataan tentang tasawuf yang sesuai dengan keadaan dan maqam orang yang dibicarakan; di antaranya adalah pernyataannya:

 "Tasawuf adalah dzikir dan fikr (berfikir)”, “Tasawuf adalah sakar7(mabuk) dan syukur”, “Tasawuf adalah khafadl (merendahkan)  dan Rofa’ (meninggikan)”, “Tasawuf adalah ihtiqar (penghinaan) dan iftiqar (ketergantungan)”, “Tasawuf adalah tajammal (keindahan) dan tahammal (kesabaran)”, “Tasawuf adalah ihtiraq (pembakaran) dan istisyraq (pengharapan)”, “Tasawuf adalah khalwah (kesunyian) dan jalwah (kehadiran)”, “Tasawuf adalah iktisab (penguasaan) dan intisab (keterikatan)”, “Tasawuf adalah ilmu dan hilmu (kesabaran)”, “Tasawuf adalah iqamah (keteguhan) dan istiqamah (konsistensi)”, “Tasawuf adalah “Tasawuf adalah imlaq (kekosongan spiritual) dan akhlaq (etika spiritual)”, “Tasawuf adalah takhalli (mengosongkan jiwa) dan tahalli (mengisi kembali)”, “Tasawuf adalah shiyanah (menjaga diri) dan diyanah (keyakinan)”, “Tasawuf adalah wujud dan juud8”, “Tasawuf adalah shamt (diam) dan samt (adab yang baik)”, “Tasawuf adalah tiba’ (tabi’at bawaan) dan intiba’ (sifat yang diperoleh)”, “Tasawuf adalah mujahadah (membersihkan jiwa) dan musyahadah (kesaksian)”, “Tasawuf adalah mendalami ilmu dan pandai mengungkapkan setiap pengetahuan”, “Tasawuf adalah siyahah (perjalanan mencari hakikat Allah SWT) dan niyahah (kerinduan kepada Allah SWT)”, “Tasawuf adalah ahwal (keadaan) dan aqwal (perkataan)”, “Tasawuf adalah haya’ (rasa malu) dan ihya’ (menghidupkan)”, “Tasawuf adalah azm (tekad) dan hazm (keteguhan). tasawuf adalah minna (anugerah) dan mihnah (cobaan)”, “Tasawuf adalah ishtibar (keteguhan) dan ikhtibar (ujian)”, “Tasawuf adalah bahjah (kebahagiaan) dan lahjah (bahasa) dan seterusnya."


(7) Sakar yaitu hilangnya rasa  manusiawi karena asyik dengan tuhan, dalam keadaan sakar seseorang berada dalam keadaan tidak sadar seperti orang gila.

(8) Juud yaitu sikap mudah mengeluarkan sebagian dari yang dimiliki seseorang.

وذلك لأن كل صوفي عند تعريفه للتصوف، إنما يعبر عن شعوره تجاه تجربته الصوفية، وعن حاله ومقامه في طريق السلوك، والمجاهدة الروحية. حيث: "ادعاه كل أحد بما هو فيه، وعبر عنه كل أحد بما انتهى إليه على قدر القصد والفيض والهمة.

Hal ini karena setiap sufi, ketika mendefinisikan tasawuf, sebenarnya mengekspresikan perasaannya terhadap pengalamannya sendiri dalam tasawuf, serta keadaan dan maqamnya di dalam perjalanan spiritual dan mujahadah ruhiyyah9. Sebagaimana dikatakan: "Setiap orang menyebutnya sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, dan mengungkapkannya berdasarkan apa yang telah dicapainya, sesuai dengan niat, limpahan, dan semangat.


(9) Mujahadah ruhiyyah merupakan perjuangan batin melawan diri sendiri dalam usahanya memasuki kehidupan yang lebih sempurna sebagai manusia di dalam melawan nafsu, serta tidak berusaha untuk tidak meminta ombalan atas amal ibadahnya.

ولقد حاول الشيخ أحمد زروق - بعد عرضه للأقوال المختلفة عن مفهوم التصوف - تقديم تعريف دقيق للتصوف دال على المقصد التربوي منه ألا وهو الرياضة والمجاهدة الروحية، وما يتبعها من أخلاق وسلوك. حيث استشهد على ذلك - كما ورد في مقدمة إحدى نسخ قواعد التصوف، وكما سيأتي في القاعدة السابعة - بكلام أبي الفتح البستي.

وبذلك غلب الجانب التربوي والمقاصدي من التصوف؛ "فالصوفي من صفا عن كل خلق مذموم".

Syekh Ahmad Zarruq—setelah memaparkan berbagai pendapat tentang konsep tasawuf, mencoba memberikan definisi yang tepat mengenai tasawuf yang menunjukkan tujuan pendidikannya, yaitu latihan dan mujahadah ruhiyyah 9, serta akhlak dan perilaku yang mengikutinya. Dia mengutip perkataan Abu al-Fath al-Busti sebagai bukti —sebagaimana terdapat dalam pengantar salah satu versi Kaidah Tasawuf, dan akan dijelaskan dalam kaidah ketujuh.

 Dengan demikian, aspek pendidikan dan tujuan tasawuf lebih dominan;”Sufi adalah orang yang bersih dari segala sifat tercela”

والمراد أن المرء إذا صفا قلبه صفت أخلاقه؛ فالتصوف أخلاق؛ فمن زاد عليك بالأخلاق زاد عليك في التصوف، وسلوك الطريق، ومن حسن خلقه صفا قلبه للأخذ عن الشريعة، وتلون بها كتلون الإناء أو الزجاج بلون ما صب فيه، وانضاف إليه؛ فهي صفة فيه لا اسم له .

"Maksudnya adalah ketika seseorang membersihkan hatinya, maka akhlaknya akan menjadi baik; sebab tasawuf adalah akhlak. Siapa pun yang lebih baik akhlaknya, maka ia lebih tinggi dalam tasawuf dan dalam perjalanan spiritual. Dan siapa yang baik akhlaknya, hatinya akan bersih untuk menerima ajaran syariat, serta akan berwarna sesuai dengan ajaran tersebut, seperti wadah atau kaca yang menyerap warna dari apa yang dituangkan ke dalamnya. Ini adalah sifat yang ada padanya, bukan sekadar nama."

إلا أن تعريف التصوف يخضع غالبا لحالة الصوفي وتجربته ومجاهدته:

  • وبذلك دلت العبارات السابقة: "على شرف اسم التصوف ومسماه، وأنبأت عن سمو غايته ومرماه"، وأشعرت "أن كل من له نصيب من صدق التوجه له نصيب من التوجه؛ وأن تصوف كل أحد صدق توجهه، وحسب مقامه في السلوك "(10).

Namun, definisi tasawuf sering kali tergantung pada keadaan sufi, pengalaman, dan perjuangannya. 

- Dengan demikian, ungkapan-ungkapan sebelumnya menunjukkan “kemuliaan nama tasawuf dan maknanya, serta mengisyaratkan tingginya tujuan dan sasaran-nya,” dan menyiratkan bahwa “siapa pun yang memiliki bagian dari Shidq al-tawajjuh, maka ia memiliki bagian dalam tasawuf; dan tasawuf setiap orang Shidq al-tawajjuh , serta sesuai dengan maqamnya dalam perjalanan spiritual”.


  (10) عدة المريد الصادق

قال ابن الجلاء رحمه الله: "من عامل الحق بالحقيقة، والخلق بالشريعة؛ فهو صوفي".

Menurut ibn al-Jala': “Barangsiapa yang beramal dengan Allah SWT berdasarkan hakikat, dan beramal dengan makhluk berdasarkan syariat, maka dia adalah sufi”.

هذا ولقد أورد الشيخ أحمد زروق في رسالته "مراتب أهل الخصوصية(١١)". تعاريف عدة للتصوف حسب مراتب الصوفية.

Menurut Syekh Ahmad Zarruq dalam risalahnya "maratib ahlul khususiah  " Ada beberapa definisi tasawuf berdasarkan tingkatan para sufi:



(11) قمنا بتحقيقها ضمن كتابنا: الانوار السنية بالمدرسة الزروقية.


*فالتصوف عند التائبين هو :

  • الأسف على الذنب، والتوجه بالإخلاص لمرضاة الرب.

  • الخروج من كل خلق دني، والتخلق بكل خلق سني.

Tasawuf bagi para Taibin (orang-orang yang bertaubat):

- Penyesalan atas dosa dan bertawajjuh (penghambaan) dengan keikhlasan untuk mendapatkan ridha Allah SWT

- Meninggalkan semua akhlak tercela dan berakhlak dengan semua akhlak mulia.

* والتصوف عند العابدين هو :

  • التوجه بالعبادة لنيل الحسنى وزيادة.

  • استكمال الآداب الشرعية ظاهرا وباطنا.

Tasawuf bagi para Abidin (orang yang beribadah):

- Bertawajjuh dengan ibadah untuk mencapai kebaikan dan kelimpahan.

- Menyempurnakan adab syariah baik secara lahiriyah dan batiniyah.

* والتصوف عند الحامدين هو :

  • صفاء المعاملة، وتحقيق المنازلة.

  • صفاء الأفكار بدوام الأذكار.


Tasawuf bagi para Hamidun (orang yang bersyukur):

- Kesucian  muamalah dan mencapai kedudukan yang tinggi.

- Kejernihan pikiran dengan menjaga dzikir secara terus menerus.

* والتصوف عند السائحين هو :

  • التخلي، والتحلي، والتجلي.

Tasawuf bagi para Saihin (yang menempuh jalan spiritual):

-Takhalli (mengosongkan jiwa), Tahalli (mengisi kembali) dan Tajalli (meresapkan rasa ketuhanan sedalam-dalamnya).

* والتصوف عند الراكعين هو :

  • مخالفة الهوى، وإسقاط الدعوى.

  • التذلل، والافتقار، والسكينة، والانكسار.

Tasawuf bagi para Raki'in (orang yang ruku'):

- Menentang keinginan nafsu, dan menghilangkan klaim diri.

- Merendahkan diri, kemiskinan, serta memiliki ketenangan dan kerendahan hati


* والتصوف عند الساجدين هو :

  • تجريدك عن الكون، وثبوتك بالحق

  • تجريد، وصفاء، ووفاء، وفناء.

Tasawuf bagi para Sajidin (orang yang sujud):

- Membebaskan diri anda dari alam semesta dan berpegang teguh pada kebenaran.

- Tajrid12, kesucian, kesetiaan, dan kelenyapan.


(12) Tajrid yaitu menghilangkan dari dalam diri sifat-sifat dan sebab-sebab yang mengikat seseorang terhadap kesenangan dunia, serta menghadapkan seluruh nasibnya dengan tawakkal kepada Allah SWT.



* والتصوف عند الأمرين بالمعروف هو :

  • إقامة الأمر على مشاهدة الإخلاص، ومتابعة السنة.

  • امتثال الأوامر، وتخليص الضمائر.

  • صدق الأقوال، وإخلاص الأعمال، وصفاء الأحوال بأوصاف الكمال.

Tasawuf bagi para Amirin bil Ma'ruf (yang memerintahkan kebaikan):

- Mendirikan perintah dengan menyaksikan secara ikhlas dan mengikuti sunnah.

- Melaksanakan perintah untuk melakukan kesaksian kepada Allah SWT  secara ikhlas.

- Kejujuran dalam perkataan, keikhlasan dalam perbuatan, dan kejernihan keadaan dengan sifat sifat kesempurnaan.

* والتصوف عند الناهين عن المنكر هو :

  • تجريد، وتوحيد، وتفريد.

  • فناؤك عنك به.

  • نهي النفس عن الهوى، والخوف من المقام الأعلى، والتحقق بمفهوم الأسماء.

  • أصل الإخلاص، وكوكب القصاص، واللحاق بأهل الاختصاص.

Tasawuf bagi para Nahi an al-Munkar (yang melarang kemungkaran):

- Tajrid, Tauhid (konsep spritual yang mendalam), dan Tafrid (fokus pada perbaikan).

- lenyapnya dirimu di dalam-Nya.


- Dasar keikhlasan, bintang pembalasan, dan bergabung dengan para ahli spiritual

* والتصوف عند الحافظين لحدود للّه هو :

  • محافظة الحدود، وتحقيق الشهود، والتجوهر بوحدة الوجود.

  • صمت الضمير، وذهاب التقدير، وشعورك بالعجز والتقصير.

  • التجوهر بمفهوم الإحاطة والخير والإدراك والإرادة.


Tasawuf bagi para Hafidzin li Hududillah (orang yang menjaga batas-batas Allah SWT):

- Menjaga batasan, mewujudkan kesaksian, dan menghayati kesatuan wujud.

- Keheningan jiwa, hilangnya pengukuran, serta merasakan ketidakmampuan dan kekurangan. 

- Menghayati konsep penguasaan, kebaikan, pemahaman, dan kehendak.

وانطلاقا من التعاريف السابقة نجد أن الشيخ أحمد زروق قد انطلق في تعريفه للتصوف من تعاريف للمبتدئين في الطريق ثم تدرج في تقديم تعاريف أخرى بحسب ترقيهم في مدارج السلوك، والمنازل، والمراتب التي وصل إليها السالك في طريق سيره إلى الله تعالى، وحسب مداركه العقلية فللفقيه تصوفه، وللطبائعي تصوفه، وللفيلسوف تصوفه؛ كما سيبين ذلك في قاعدة لاحقة. حيث أن كل فرد يعبر عن شعوره وإحساسه، وعن المرحلة التي قطعها أو وصل إليها في رحلته وتجربته الروحية.

Berdasarkan dari definisi-definisi sebelumnya, kita menemukan bahwa Syekh Ahmad Zarruq memulai definisinya tentang tasawuf dari pandangan para pemula dalam perjalanan spiritual, kemudian secara bertahap memberikan definisi lain sesuai dengan perkembangan mereka dalam tingkatan, rumah, dan derajat yang dicapai oleh para salik dalam perjalanan mereka menuju Allah Swt. Dan sesuai dengan pemahaman akal mereka; seorang fuqaha memiliki tasawufnya, seorang naturalis memiliki tasawufnya, dan seorang filsuf memiliki tasawufnya. Hal ini akan dijelaskan dalam kaidah selanjutnya. Karena setiap individu mengekspresikan perasaan dan pengalamannya, serta tahap yang telah dilalui atau dicapai dalam perjalanan dan pengalaman spiritualnya.

والتعاريف السابقة، وإن اختلفت في المباني؛ فإنها تؤول إلى معنى واحد؛ وهو صدق التوجه إلى الله تعالى من حيث يرضى بما يرضى، وأن يوصف كل أحد بحسب نسبة صدقه في هذا التوجه، ومدى مراعاته وتقيده بأحكام الشرع.

Definisi-definisi sebelumnya, meskipun berbeda dalam penjelasannya, semuanya bermuara pada satu makna, yaitu ketulusan dalam bertawajjuh kepada Allah SWT dari sisi yang di ridhoi-Nya dan dengan cara yang diridhai-Nya, dan setiap orang digambarkan sesuai dengan tingkat ketulusannya dalam bertawajjuh, serta sejauh mana dia mematuhi dan mengikuti hukum syariat.

ورغم تعدد تعاريف ماهية التصوف؛ فإن الضابط الذي يجمع بينها هو:

Meski terdapat berbagai definisi mengenai hakikat tasawuf, namun kaidah yang menyatukan semuanya adalah:

" الصوفي هو الذي يكون دائم التصفية لا يزال يصفي الأوقات عن شوب الأكدار بتصفية القلب عن شوائب النفس، ويعينه على هذه التصفية دوام افتقاره إلى مولاه؛ فبدوام الافتقار ينقى من الكدر....".

“Seorang sufi adalah yang senantiasa melakukan penyucian, selalu membersihkan waktunya dari segala kotoran dengan menyucikan hati dari noda-noda nafsu. Dan yang membantunya dalam penyucian ini adalah ketekunan dalam merasakan ketergantungan kepada Tuhannya; dengan terus-menerus merasakan ketergantungan, ia akan terjauhkan dari segala kotoran…”

  • فـ "أصل التصوف ملازمة الكتاب والسنة، وترك الأهواء والبدع، وتعظيم حرمات الشرع، ورؤية العذر للخلائق، والمداومة على الأوراد وترك الرخص وترك التأويلات، وأن هذه الأصول من ضيعها حرم الوصول.

Maka, "Dasar tasawuf adalah mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah, meninggalkan hawa nafsu dan bid'ah, menghormati batasan-batasan syariat, memahami alasan pada makhluk, serta berpegang teguh dalam amalan rutin dan menjauhi Rukhsoh (keringanan) yang tidak berdasar dan penafsiran yang menyimpang. Barangsiapa yang menyia-nyiakan prinsip-prinsip ini, ia akan terhalang dari mencapai tujuan."

عموما فالطرق إلى الله بعدد أنفاس الخلائق؛ وما دام التصوف علم قصد لإصلاح القلوب وإفرادها لله تعالى عما سواه؛ وحيث إن التصوف في جوهره ينبني على التجربة الذوقية الروحية الذاتية التي يعانيها ويمر بها الصوفي؛ فإن تعاريفه تعددت بتعدد تلك التجارب الروحية الذاتية؛ لذا قيل: "ذق ما ذاق القوم ثم انظر ماذا ترى".

Secara umum, jalan-jalan menuju Allah SWT sebanyak jumlah nafas makhluk; dan selamanya tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki hati dan mengkhususkan diri kepada Allah SWT semata. Mengingat bahwa tasawuf pada dasarnya dibangun atas pengalaman spiritual yang bersifat subjektif dan dirasakan oleh para sufi, maka definisinya pun beragam sesuai dengan pengalaman-pengalaman spiritual tersebut. Oleh karena itu, dikatakan: “Rasakan apa yang dirasakan oleh para wali, lalu lihatlah apa yang engkau temukan..."

ورغم اختلاف طرق السلوك والتصوف والبحث عن الحقيقة للوصول إلى معرفة لّله تعالى؛ فإنه لا بد من التقيد بالطرق السليمة الموصلة إلى المقصود والابتعاد عن الطرق الضالة - التي تحرف مقاصد التصوف، وتخرجه عن غايته - التي انتقدها الشيخ أحمد زروق انتقادا شديدا في رسائله وكتبه.

Meskipum terdapat perbedaan dalam perjalanan spiritual, tasawuf serta pencarian hakikat untuk mencapai pengetahuan tentang Allah SWT, tetap diperlukan untuk berpegang teguh pada jalan-jalan yang benar yang mengantarkan kepada tujuan dan menjauhi jalan-jalan yang sesat—yang menyimpangkan tujuan tasawuf dan menjauhkan dari maksudnya—yang telah dikritik dengan tegas oleh Syekh Ahmad Zarruq dalam risalah dan tulisannya.

لقد ركز الشيخ أحمد زروق في تعريف التصوف على البعد التربوي له: "التصوف علم قصد لإصلاح القلوب، وإفرادها للّه تعالى عما سواه" - "مرجع كلها لصدق التوجه إلى الله تعالى"؛ ولقد تغلب على المغاربة في سلوكهم الحقيقة دون الطريقة في كل شيء؛ فـ "طريقتهم في كل شيء تابعة للحقيقة غالبا؛ لأن نفوسهم طيبة، ويغلب عليهم صدق التوجه للّه بما يرضي الله؛ وذلك خلافا لأهل المشرق الذين تغلب عليهم الطريقة في كل شيء؛ فحقيقتهم في كل شيء تابعة للطريقة غالبا، والطريقة تابعة للحقيقة أبدا؛ لأنها نتيجتها". قال الشيخ أحمد زروق: "اعلموا رحمكم الله أن التصوف له مقدمة وحقيقة ونتيجة؛ فمقدمته خشية الله، وحقيقته صدق التوجه إلى الله، ونتيجته الفناء في الله؛ فالخشية مستفادة من العلم بالله، وبما جاء عن الله؛ ومظنته علوم الوعظ والتذكير، وحقيقته دائرة على التقوى والاستقامة، كما أمر الله، وإفراد القلب والقالب للّه، ونتيجته دائرة على كشف الغطاء، وتحقق الإمداد والعطاء؛ وهو الذي لا ينال بحيلة، ولا يطلب بسبب؛ سوى ترك كل غير، وعدم الالتفات لأثم ولا بر.

Syekh Ahmad Zarruq menekankan dalam definisi tasawuf pada dimensi pendidikan: "Tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki hati, dan memusatkannya kepada Allah SWT dari selain-Nya" - "Semua definisinya kembali kepada ketulusan menghadap kepada-Nya (Shidq al- Tawajjuh)." Orang barat dalam praktik tasawuf mereka lebih cenderung mengikuti hakikat tanpa thoriqoh tertentu dalam segala hal; "thoriqoh mereka dalam segala hal biasanya mengikuti hakikat, karena jiwa mereka yang bersih, dan shidq al-Tawajjuh mereka kepada Allah SWT disisi yang diridhoi-Nya dan dengan cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini berbeda dengan orang-orang Timur yang lebih mengutamakan thoriqoh dalam segala hal; "hakikat mereka dalam segala hal biasanya mengikuti thoriqoh, dan thoriqoh selalu mengikuti hakikat karena thoriqoh adalah hasilnya."

Syekh Ahmad Zarruq berkata: “Ketahuilah, semoga Allah SWT merahmati kalian, bahwa tasawuf memiliki tiga aspek: pendahuluan, hakikat, dan hasil. Pendahuluannya adalah rasa takut kepada Allah SWT, hakikatnya adalah ketulusan dalam menghadap kepada Allah SWT, dan hasilnya adalah fana' (lenyap) dalam Allah SWT. Rasa takut ini diperoleh dari pengetahuan tentang Allah SWT dan apa yang diwahyukan. Aspeknya adalah ilmu tentang nasihat dan pengingat. Hakikatnya berputar pada ketakwaan dan keteguhan, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT, serta memfokuskan hati dan jiwa kepada Allah SWT. Hasilnya berputar pada terbukanya tirai, terwujudnya bantuan dan karunia-Nya; dan hal ini tidak dapat dicapai dengan akal atau usaha, melainkan dengan meninggalkan segala sesuatu yang lain dan tidak mempedulikan dosa maupun amal baik.."

* التصوف تجريد، وصفاء، ووفاء، وفناء؛ فتاؤه من التجريد، وصاده من الصفاء، وواوه من الوفاء، وفاؤه من الألفة.

* فالتجريد يكون عن الدعوى ظاهرا، وعن الدعوى باطنا، وعن الكون.

* والصفاء يكون عن كدرات البشرية؛ وهي الشهوة والغضب، وصفاء عن الأخلاق النفسية، وصفاء عن ملاحظة الغيرية.

 * والوفاء يكون بالوفاء بآداب العبودية، ووفاء بالعهود الإلهية، ووفاء بالمراتب الآنية.

* والفناء: فناء في الأفعال (لا فاعل إلا الله)، وفناء في الصفات (لا حق على الحقيقة إلا الله)، وفناء في الذات (لا موجود على الإطلاق إلا الله).

  • Tasawuf adalah ketulusan, kejernihan, kesetiaan, dan fana’. Huruf Ta’ berasal dari ketulusan, Shod dari kejernihan, wawu dari kesetiaan, dan Fa’ dari persatuan

  • Tajrid (Pengosongan diri) adalah melepaskan diri dari klaim-klaim secara lahiriah dan batiniah, serta dari keberadaan duniawi.

  • Shafa (Pemurnian) yaitu murni dari kotoran manusia, seperti nafsu dan amarah, serta murni dari akhlak yang buruk dan pengamatan terhadap hal-hal lain.

  • Wafa’ (Kesetiaan) yaitu setia kepada adab-adab pengabdian, setia pada janji-janji Ilahi, dan setia pada tingkatan-tingkatan spiritual

  • Fana’ (lenyap) yaitu fana dalam tindakan (tidak ada pelaku selain Allah SWT), fana dalam sifat (tidak ada hakikat yang sebenarnya kecuali Allah SWT), dan fana dalam dzat (tidak ada yang ada secara mutlak kecuali Allah SWT).


Mutarjim : Nadifatul Qoyimah

Email : yimanadif@gmail.com

Contact Person : 085733155260

DAFTAR PUSTAKA

al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammmad Saw bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.

Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.



Posting Komentar untuk "Kaidah 3: Tasawuf bagi Setiap Orang adalah Shidq Al-Tawajjuh"