Namun dalam praktiknya, banyak dijumpai perbedaan cara di masyarakat, ada yang cukup menjulurkan jari telunjuk dengan lurus tanpa menggerak-gerakkannya, dan ada pula yang menjulurkan sekaligus menggerakkannya dengan berbagai gerakan, seperti memutar jari telunjuk dan jari telunjuk digerakkan naik turun.
Menurut pandangan fiqih, bolehkah menggerakkan jari telunjuk dengan berbagai model gerakan ketika tasyahhud, dan apakah gerakan jari telunjuk tersebut bisa membatalkan shalat?
Para ulama’ berbeda pendapat dalam masalah menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika tasyahhud dalam shalat, sebagaimana berikut ini:
a. Membatalkan shalat, apabila pergerakan jari telunjuk diikuti dengan bergeraknya telapak tangan dan melebihi tiga gerakan.
وَأَمَّا إِنْ حَرَّكَ كَفَّهُ مَعَ أَصَابِعِهِ مُتَوَالِياً فَتَبْطُلُ بِالثَّلاَثِ فِي اْلأَصَحِّ (السراج الوهاج على متن المنهاج فصل في مبطلات الصلاة، ج 1، ص 57)
Adapun jika jari-jari bergerak bersama telapak tangan maka membatalkan shalat dengan catatan dengan bergerak tiga kali atau lebih. (as-Siraj al-Wahaj ‘ala Matan al-Minhaj, Fasl fii Mubtilat as-Shalat, juz 1, hal. 57)b. Tidak membatalkan shalat, apabila yang bergerak hanya jarinya saja, karena pergerakan jari telunjuk termasuk gerakan yang sedikit.
فَالْخُطْوَتَانِ أَوْ الضَّرْبَتَانِ قَلِيلٌ، وَالثَّلَاثُ كَثِيرٌ إنْ تَوَالَتْ، وَتَبْطُلُ بِالْوَثْبَةِ الْفَاحِشَةِ لاَ الْحَرَكَاتِ الْخَفِيفَةِ الْمُتَوَالِيَةِ كَتَحْرِيكِ أَصَابِعِهِ فِي سَبْحَةٍ، أَوْ حَكٍّ فِي الْأَصَحِّ (منهاج الطالبين وعمدة المفتين باب شروط الصلاة، ج 1، ص 38)
Dua langkah atau dua pukulan itu termasuk gerakan yang sedikit, tiga kali dan terus menerus termasuk gerakan yang banyak, dan shalat batal disebabkan meloncat dengan keras dan tidak batal disebabkan oleh gerakan yang ringan dan terus menerus, seperti gerakan jari telunjuk atau menggaruk (menurut pendapat yang lebih jelas). (Minhaj at-Thalibin wa’Umdah al-Muftiin, juz 1, hal. 37)Rasulullah Saw. juga pernah menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika shalat, sebagaimana keterangan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari shahabat, Wa-il bin Hajar:
أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ : قُلْتُ: لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا قَالَ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ لَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُوبِهَا. (سنن النسائى بأحكام الألباني، باب قبض الثنتين من أصابع اليد، ج 3 ص 37، و فى سنن الدارمي، باب صفة صلاة رسول الله ص م)
Sesungguhnya Waa’il bin Hajar dia berkata (dalam hati): Saya benar-benar akan melihat bagaimana Rasulullah Saw. melakukan shalat, (dia berkata) maka aku telah melihat beliau berdiri tegak lantas beliau bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar) sedangkan kedua tangannya beliau angkat hingga sejajar dengan kedua telinganya, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas telapak tangan kirinya, pergelangan tangan dan lengan bawah/hastanya. Ketika beliau hendak ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya seperti sebelumnya. (Dia berkata lagi): dan beliau meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya, kemudian ketika mengangkat kepala, beliau juga mengangkat kedua tangannya seperti itu, kemudian beliau sujud dan menjadikan (posisi) kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya, kemudian duduk dan membentangkan kaki kirinya (duduk iftirasy) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha dan lutut kirinya dan menjadikan batas siku kanannya di atas paha kanan-nya kemudian beliau menggenggam dua jarinya (yaitu jari tengah dan jempol sebagaimana riwayat yang lain) dan melingkarkannya (membentuk semacam lingkaran) kemudian mengangkat jarinya (jari telunjuk), maka aku melihat beliau (ucapan Wail) menggerak-gerakkannya sambil berdo’a dengannya”. (Sunan an-Nasa’i bi Ahkam al-Bany, juz 3, hal. 37 dan dalam kitab Sunan ad-Darami, bab Sifat Shalat Rasulullah Saw, juga terdapat dalam kitab al-Iftitah)
0 Response to "Hukum Menggerak-gerakan Jari Telunjuk Ketika Tahiyyat (Tasyahhud) dalam Shalat"
Posting Komentar