Shalat-Shalat Sunnah Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Gambar: maleman lailatul qadar 2016

 Shalat-Shalat Sunnah Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

  1. Shalat Ba’da Wudlu’ (lisyukril wudhu’), 

yaitu shalat sunnah 2 rakaat yang dikerjakan setelah membaca do’a wudlu’. Niatnya sebagai berikut:

أُصَلّي سُنَّةً لِشُكْرِ الْوُضُوْءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah: 

  1. dijadikan golongan ahli surga

  2. diampuni dosa-dosanya terdahulu

قال في الإحياء: لِأَنَّ الوُضُوءَ قُرْبَةٌ، وَمَقْصُودُهَا الصَّلَاةُ، وَالأَحْدَاثُ عَارِضَةٌ. فَرُبَّمَا يَطْرَأُ الحَدَثُ قَبْلَ صَلَاةٍ فَيَنْتَقِضُ الوُضُوءُ وَيَضِيعُ السَّعْيُ، فَالمُبَادَرَةُ إِلَىٰ رَكْعَتَيْنِ اِسْتِيفَاءٌ لِمَقْصُودِ الوُضُوءِ قَبْلَ الفَوَاتِ. وَعُرِفَ ذٰلِكَ بِحَدِيثِ بِلاَلٍ، إِذْ قَالَ ﷺ: «دَخَلْتُ الجَنَّةَ فَرَأَيْتُ بِلاَلًا فِيهَا، فَقُلْتُ لِبِلَالٍ: بِمَ سَبَقْتَنِي إِلَىٰ الجَنَّةِ؟». فَقَالَ بِلاَلٌ: «لَا أَعْرِفُ شَيْئًا إِلَّا أَنِّي لَا أُحْدِثُ وُضُوءَا إِلَّا أُصَلِّي عَقِبَهُ رَكْعَتَيْنِ».اهـ. (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ج ١، ص ٢٩٨)

Dalam Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Imam al-Ghazali berkata: “Sesungguhnya wudhu adalah suatu bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, dan tujuan utamanya adalah shalat. Namun, hadats adalah sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Bisa saja seseorang berhadats sebelum sempat melaksanakan shalat, sehingga wudhunya menjadi batal dan usahanya sia-sia. Oleh karena itu, menyegerakan shalat dua rakaat setelah wudhu merupakan bentuk penyempurnaan dari tujuan wudhu sebelum kesempatan itu hilang”. Hal ini diketahui dari hadis tentang Bilal. Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku masuk surga dan melihat Bilal di dalamnya. Maka aku bertanya kepadanya: 'Dengan amalan apa engkau mendahuluiku ke surga?' Bilal menjawab: 'Aku tidak mengetahui suatu amalan pun yang lebih utama kecuali bahwa setiap kali aku berwudhu, aku selalu melaksanakan shalat dua rakaat setelahnya.” (I’anah al-Thalibin, 1:298)

(ومنه ركعتا الوضوء ولو مجددا) عقبه لخبر الصحيحين: "من توضأ فأسبغ الوضوء وصلى ركعتين لم يحدث فيهما نفسه غفر له ما تقدم من ذنبه " (تحفة الطلاب بشرح متن تحرير تنقيح اللباب: ص ٧٧)

diantara sholat sunnah adalah dua rakaat setelah wudlu meskipun wudlunya diperbarui. berdasarkan hadits shahih:”barang siapa wudlu kemudian menyempurnakan wudlunya disusul dengan shalat dua rakaat sebelum berhadats maka telah diampuni dosa-dosanya terdahulu” (Tuhfah al-Thulab, :77)

  1. Shalat Taubat, 

yaitu shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan. Niatnya sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةً لِلتَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah:

  1. diampuni dosa-dosa terdahulu

وَمِنْهَا صَلَاةُ التَّوْبَةِ، وَهِيَ رَكْعَتَانِ قَبْلَ التَّوْبَةِ يَنْوِي بِهِمَا سُنَّةَ التَّوْبَةِ، وَتَصِحَّانِ بَعْدَهَا. وَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَىٰ الفَوْرِ وَلَوْ مِنْ صَغِيرَةٍ، وَتَأْخِيرُهَا ذَنْبٌ تَجِبُ التَّوْبَةُ مِنْهُ، وَلَا يُعَدُّ تَأْخِيرُ التَّوْبَةِ بِإِتْيَانِ الرَّكْعَتَيْنِ لِأَجْلِهَا لِأَنَّهُمَا مِنْ وَسَائِلِهَا. وَفَائِدَةُ التَّوْبَةِ أَنَّهَا حَيْثُ صَحَّتْ كَفَّرَتِ الذَّنْبَ وَلَوْ كَبِيرَةً قَطْعًا فِي الكُفْرِ وَغَيْرِهِ، وَقِيلَ قَطْعًا فِي الكُفْرِ وَظَنًّا فِي غَيْرِهِ، وَهِيَ مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ.(نهاية الزين:١٠٤)

“Di antara shalat sunnah adalah shalat taubat, yaitu shalat dua rakaat yang dilakukan sebelum bertaubat dengan meniatkannya sebagai sunnah taubat. Namun, shalat ini juga tetap sah jika dilakukan setelah taubat. Taubat wajib dilakukan segera, bahkan untuk dosa kecil sekalipun. Menunda taubat termasuk dosa yang juga mewajibkan taubat. Namun, menunda taubat untuk melaksanakan shalat dua rakaat ini tidak dianggap sebagai kelalaian, karena shalat tersebut merupakan bagian dari sarana untuk bertaubat. Manfaat taubat adalah bahwa jika taubat itu benar-benar dilakukan dengan baik, maka dosa-dosa akan dihapuskan, bahkan dosa besar sekalipun. Dalam konteks kekufuran, taubat pasti menghapus dosa secara mutlak, sedangkan dalam dosa selain kekufuran, terdapat dua pendapat: menurut satu pendapat, taubat pasti menghapusnya, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa taubat hanya menghapus dosa selain kekufuran berdasarkan dugaan kuat. Taubat sendiri termasuk salah satu bentuk ibadah yang paling utama”. (Nihayat az-Zain :104)

  1. Shalat Tasbih, 

yaitu shalat sunnah 4 raka’at dengan dua salam yang di dalamnya terdapat bacaan tasbih pada setiap raka’at. Cara mengerjakannya: ketika selesai membaca al-Fatihah dan surat pada tiap-tiap raka’at lalu:

1) Membaca tasbih sebanyak 15 kali

2) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika ruku’

3) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika i’tidal

4) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika sujud

5) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika duduk diantara dua sujud

6) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika sujud kedua

7) Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika duduk istirahat

Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah:

  1. diampuni dosa-dosa terdahulu

عَلَّمَهَا صَلَّىٰ ٱللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمِّهِ ٱلْعَبَّاسِ، ذَكَرَ لَهُ فَضْلًا عَظِيمًا فِيهَا، مِنْهُ "وَلَوْ كَانَتْ ذُنُوبُكَ (مِثْلَ رَمْلِ عَالِجٍ) لَغَفَرَهَا ٱللّٰهُ لَكَ" وَحَدِيثُهَا حَسَنٌ.

قَالَ ٱلتَّاجُ ٱلسُّبْكِيُّ: "لَا يَسْمَعُ بِعَظِيمِ فَضْلِهَا وَيَتْرُكُهَا إِلَّا مُتَهَاوِنٌ بِٱلدِّينِ"، فَفِي حَدِيثِهَا "إِنِ ٱسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً، وَإِلَّا فَفِي كُلِّ جُمُعَةٍ، وَإِلَّا فَفِي كُلِّ شَهْرٍ، وَإِلَّا فَفِي كُلِّ سَنَةٍ، وَإِلَّا فَفِي ٱلْعُمْرِ مَرَّةً"  (بشرى الكريم، ص ٣٢٠)

“Rasulullah SAW mengajarkan Sayidina Abbas RA (pamannya) sembahyang tasbih. Kepadanya, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan besar sembahyang tasbih. Salah satunya adalah ampunan Allah SWT, ‘Kalau saja dosamu sebanyak gundukan pasir, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosamu.’ Hadits ini hasan. Imam Tajuddin As-Subki mengatakan, ‘Tidak ada yang meninggalkan shalat tasbih ini selain orang yang meremehkan agama. Orang yang meremehkan agama tidak akan berkenan mendengarkan keutamaan sembahyang tasbih ini. Sebuah hadits menyebutkan, ‘Kalau kau sanggup, lakukan sembahyang tasbih ini sekali sehari. Kalau tidak, lakukan sekali dalam satu jumat. Kalau tidak bisa, sembahyang tasbih lah sekali sebulan. Kalau tidak sempat, lakukan sekali setahun. Kalau tidak bisa juga, kerjakanlah sekali dalam seumur hidupmu.’ Baiknya sembahyang empat rakaat ini diakhiri dengan satu salam jika dikerjakan siang hari. Kalau dikerjakan malam hari, boleh dikerjakan dalam dua salam.”

  1. Shalat Liqadha’il Hajat, 

yaitu shalat yang bertujuan untuk memohon agar hajat/kebutuhan kita segera dicukupi oleh Allah Swt. Cara mengerjakannya: pada sujud terakhir setelah mem-baca tasbih, kemudian berdo’a meminta apa hajat kita, tapi dengan catatan harus di dalam hati tidak boleh dilafadzkan, karena kalau dilafadzkan di lisan akan membatalkan shalat. Shalat ini berjumlah 2 raka’at, adapun niat shalatnya adalah sebagai berkut:

أُصَلِّي سُنَّةً لِقَضَاءِ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Shalat Hajat juga boleh dilakukan 4 raka’at dengan ketentuan setelah fatihah membaca surat al-Ikhlas 10x pada rakaat pertama, 20x pada raka’at kedua, 30x pada raka’at ketiga, dan 40x pada raka’at keempat.

وَمِنْهَا مَا نَقَلَهُ أَبُو ٱلْعَبَّاسِ ٱلشَّرْجِيُّ مِنْ مُتَأَخِّرِي أَصْحَابِنَا فِي كِتَابِ ٱلْفَوَائِدِ عَنْ بَعْضِهِمْ، قَالَ: مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَىٰ ٱللَّهِ حَاجَةٌ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِي ٱلْأُولَىٰ ٱلْفَاتِحَةَ وَسُورَةَ ٱلْإِخْلَاصِ عَشْرَ مَرَّاتٍ، وَفِي ٱلثَّانِيَةِ ٱلْفَاتِحَةَ وَسُورَةَ ٱلْإِخْلَاصِ عِشْرِينَ مَرَّةً، وَفِي ٱلثَّالِثَةِ ٱلْفَاتِحَةَ وَسُورَةَ ٱلْإِخْلَاصِ ثَلَاثِينَ مَرَّةً، وَفِي ٱلرَّابِعَةِ ٱلْفَاتِحَةَ وَسُورَةَ ٱلْإِخْلَاصِ أَرْبَعِينَ مَرَّةً.(تخريج أحاديث إحياء علوم الدين: ج١ ، ص ٥٤١)

Di antara shalat hajat adalah yang dinukil oleh Abu Al-Abbas Asy-Syarji, salah seorang ulama muta’akhkhirin dari mazhab kami, dalam kitab Al-Fawa’id dari sebagian ulama. Ia berkata:"Barang siapa yang memiliki hajat kepada Allah, hendaklah ia melaksanakan shalat empat rakaat. Pada rakaat pertama, ia membaca Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas sebanyak sepuluh kali. Pada rakaat kedua, ia membaca Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas sebanyak dua puluh kali. Pada rakaat ketiga, ia membaca Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas sebanyak tiga puluh kali. Dan pada rakaat keempat, ia membaca Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas sebanyak empat puluh kali." (Takhrij Ahadits Ihya’ Ulumiddin 1:541)

Fadhilah:

  1. dimudahkan segala urusannya

  2. dikabulkan hajatnya

الثَّامِنَةُ: صَلَاةُ ٱلْحَاجَةِ فَمَنْ ضَاقَ عَلَيْهِ ٱلْأَمْرُ وَمَسَّتْهُ حَاجَةٌ فِي صَلَاحِ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ إِلَىٰ أَمْرٍ تَعَذَّرَ عَلَيْهِ، فَلْيُصَلِّ هٰذِهِ ٱلصَّلَاةَ.( إحياء علوم الدين ،ج ١، ص ٢٠٦)

Shalat sunnah yang Kedelapan adalah Shalat Hajat. Barang siapa yang mengalami kesulitan dalam urusannya, membutuhkan sesuatu demi kebaikan agama dan dunianya, atau menghadapi perkara yang terasa sulit baginya, maka hendaklah ia melaksanakan shalat ini. (Ihya’ Ulumiddin, 1:206)


  1. Shalat Tahajjud, 

yaitu shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari dengan jumlah rakaat paling sedikit 2 raka’at dan paling banyak tak terbatas. Waktu pelaksanaannya adalah setelah shalat isya’ sampai shubuh, dan lebih utama dilakukan setelah bangun tidur di malam hari, dan waktu pelaksanaannya ada 3: Sepertiga pertama, yaitu dari jam 7-10 malam (waktu utama), Sepertiga kedua, yaitu dari jam 10-1 malam (waktu lebih utama), Sepertiga ketiga, yaitu dari jam 1 malam sampai masuknya waktu shubuh (waktu yang paling utama).

Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةً لِتَّهَجُّدٍ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah:

  1. membuat hati selalu dekat dengan Allah

  2. menghapus perilaku-perilaku yang salah

  3. tolak balak/penyakit

  4. diangkat derajatnya di sisi Allah

  5. dikabulkan hajatnya

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللّٰهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ

Hendaknya kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan. (Sunan At-Tirmidzi: 3549)

إِنَّ ٱللّٰهَ يَعْجَبُ مِنَ ٱلْعَبْدِ إِذَا قَامَ مِنْ عَلَىٰ فِرَاشِهِ وَبَيْنَ أَهْلِهِ إِلَىٰ صَلَاتِهِ، وَيُبَاهِي بِهِ مَلَائِكَتَهُ، وَيُقْبِلُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ ٱلْكَرِيمِ.

Sesungguhnya Allah membanggakan hambanya kepada para malaikat ketika hamba tersebut berdiri meninggalkan tempat tidurnya dan keluarganya menuju shalat dan Allah menerima hamba tersebut. (Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Risalatul Mu’awanah wal-Mudzaharah wal-Muazarah, [Darul Hawi: 1994], halaman: 40-41).   


إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللّٰهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Sesungguhnya di dalam malam terdapat waktu yang jika ada seorang muslim meminta kepada Allah dengan kebaikan baik urusan dunia maupun akhirat, pasti Allah akan memberikannya. Dan waktu tersebut adalah sepanjang malam. (HR Muslim)


  1.  Shalat Istikharah, 

yaitu shalat sunnah yang dilakukan untuk meminta petunjuk kepada Allah Swt. Atas segala kebingungan, pertanyaan atau ketidaktahuan. Shalat ini lebih utama dikerjakan pada waktu malam hari sebanyak 2 raka’at. Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah:

  1. diberikan petunjuk dalam segala pilihan

مَا خَـبَ مَنْ اِسْتَخَارَ وَلَا نَدَمَ مَنْ اِسْتَشَارَ وَلَا عَالَ مَنْ اِقْتَصَدَ.(كنز العمل، ج ٧، ص ٨١٣)

Orang yang selalu melaksanakan sholat istikoroh, maka tidak akan kecewa, dan orang yang selalu bermusyawaroh tidak akan menyesal, dan orang yang hemat tidak akan mengalami kekurangan dalam kehidupannya. (Hadits diriwayatkan oleh: Sahabat Anas bin Malik RA). (Kanzul Amal, 7:813)


مَنْ أُعْطِيَ أَرْبَعًا لَمْ يُمْنَعْ أَرْبَعًا مَنْ أُعْطِيَ الشُّكْـرَ لَمْ يُمْنَعِ الْمَزِيْدَ وَمَنْ أُعْطِيَ التَّوْبَـةَ لَمْ يُمْـنَعِ الْقَبُوْلُ وَمَنْ أُعْطِيَ الْاِسْتِخَارَةَ لَمْ يُمْنَعِ الْخَيْرَ وَمَنْ أُعْطِيَ الْمَشُوْرَةَ لَمْ يُمْنَعِ الصَّوَابَ. ( إحياء علوم الدين ،ج ١، ص ٢٠٦)

Barang siapa yang diberi taufiq dan hidayah untuk bisa melakukan empat perkara maka dipastikan dia akan di anugerahi oleh Allah SWT empat perkara :

Pertama, barang siapa yang telah diberi taufiq dan hidayah bisa bersyukur kepada Allah SWT, maka akan dipastikan untuk ditambah nikmatnya .Kedua, barang siapa yang telah diberi taufiq dan hidayah bisa bertaubat kepada Allah SWT, maka akan dipastikan untuk diterima taubatnya. Ketiga, barang siapa yang telah diberi taufiq dan hidayah untuk bisa melakukan sholat istikhoroh kepada Allah SWT, pasti akan mendapatkan yang terbaik baginya. Keempat, barang siapa yang telah diberi taufiq dan hidayah untuk bermusyawaroh dalam berbagai macam urusannya maka dipastikan akan berhasil sesuai tujuannya. (Ihya’ Ulumiddin, 1:206)


  1. Shalat Lailatul Qadar,

yaitu shalat sunnah mutlak yang diniatkan untuk meraih malam lailatul qadar. Shalat ini bisa dilakukan sebanyak 2 raka’at dan paling banyak 1000 raka’at.

كَذَا فِي ٱلْإِحْيَاءِ، وَقَالَ ٱلْإِمَامُ أَبُو ٱللَّيْثِ رَحِمَهُ ٱللّٰهُ تَعَالَىٰ: أَقَلُّ صَلَاةِ لَيْلَةِ ٱلْقَدَرِ رَكْعَتَانِ، وَأَكْثَرُهَا أَلْفُ رَكْعَةٍ، وَأَوْسَطُهَا مِائَةُ رَكْعَةٍ، وَأَوْسَطُ ٱلْقِرَاءَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ أَنْ يَقْرَأَ بَعْدَ ٱلْفَاتِحَةِ (إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ) مَرَّةً، وَ(قُلْ هُوَ ٱللّٰهُ أَحَدٌ) ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَيُسَلِّمُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَيُصَلِّي عَلَى ٱلنَّبِيِّ بَعْدَ ٱلتَّسْلِيمِ، وَيَقُومُ حَتَّىٰ يُتِمَّ مَا أَرَادَهُ مِنْ مِائَةٍ أَوْ أَكْثَرَ، وَيَكْفِي فَضْلُ صَلَاتِهَا مَا بَيَّنَ ٱللّٰهُ مِنْ جَلَالَةِ قَدْرِهَا، وَمَا أَخْبَرَ بِهِ ٱلرَّسُولُ ﷺ مِنْ فَضِيلَةِ قِيَامِهَا. ٱنْتَهَىٰ. (خزينة الأسرار جليلة الأذكار، ص ٤٥)

Demikian disebutkan dalam Ihya’. Imam Abu al-Laits berkata: "Minimal shalat pada malam Lailatul Qadar adalah dua rakaat, sedangkan yang paling banyak adalah seribu rakaat, dan jumlah pertengahannya adalah seratus rakaat. Cara membaca yang dianggap pertengahan dalam setiap rakaat adalah dengan membaca setelah Al-Fatihah: Surah Inna Anzalnahu (Al-Qadr) satu kali dan Surah Qul Huwa Allahu Ahad (Al-Ikhlas) tiga kali." Dalam pelaksanaannya, seseorang mengucapkan salam setiap dua rakaat, kemudian setelah salam membaca shalawat atas Nabi ﷺ. Setelah itu, ia berdiri kembali untuk melanjutkan shalatnya hingga mencapai jumlah yang diinginkan, baik seratus rakaat maupun lebih. Cukuplah keutamaan shalat ini dinilai dari keagungan malam yang telah Allah tetapkan serta keutamaan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ mengenai keistimewaan menegakkan shalat pada malam tersebut. (Khozinatul Asror: 45)


Adapun niatnya sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ  لَيْلَةِ القَدَرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Fadhilah:

  1. diampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orang tuanya

  2. dijadikan golongan ahli surga

عَنْ ٱبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ ٱللّٰهُ عَنْهُمَا، عَنِ ٱلنَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:  

مَنْ صَلَّىٰ فِي لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ ٱلْكِتَابِ مَرَّةً، وَٱلْإِخْلَاصِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَإِذَا سَلَّمَ يَقُولُ: (أَسْتَغْفِرُ ٱللّٰهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ) سَبْعِينَ مَرَّةً، فَلَا يَقُومُ مِنْ مَقَامِهِ حَتَّىٰ يَغْفِرَ ٱللّٰهُ لَهُ وَلِأَبَوَيْهِ، وَيَبْعَثَ ٱللّٰهُ تَعَالَىٰ مَلَائِكَةً إِلَى ٱلْجِنَانِ يَغْرِسُونَ لَهُ ٱلْأَشْجَارَ، وَيَبْنُونَ لَهُ ٱلْقُصُورَ، وَيُجْرُونَ ٱلْأَنْهَارَ، وَلَا يَخْرُجُ مِنَ ٱلدُّنْيَا حَتَّىٰ يَرَىٰ ذٰلِكَ كُلَّهُ. (خزينة الأسرار جليلة الأذكار، ص ٤٥)

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda: “Barang siapa yang melaksanakan shalat dua rakaat pada malam Lailatul Qadar, dengan membaca dalam setiap rakaatnya Surah Al-Fatihah satu kali dan Surah Al-Ikhlas sebanyak tujuh kali, kemudian setelah salam ia mengucapkan ‘Astaghfirullah wa atubu ilaih’ sebanyak tujuh puluh kali, maka ia tidak akan bangkit dari tempatnya hingga Allah mengampuni dosa-dosanya serta dosa kedua orang tuanya. Allah Ta’ala juga akan mengutus para malaikat ke surga untuk menanamkan pepohonan baginya, membangun istana-istana, dan mengalirkan sungai-sungai. Ia tidak akan meninggalkan dunia ini hingga ia melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri.”(Khozinatul Asror : 45)

  1. Shalat Tsubutul Iman

yaitu shalat sunnah yang bertujuan agar diberi kekuatan iman. Shalat ini berjumlah 2 raka’at yang dikerjakan malam hari dimulai setelah shalat magrib. Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةً لِثُبُوْتِ الْإِيْمَانِ/لِحِفْظِ الإِيْمَانِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّهِ تَعَالَى 

Tatacara yang dianjurkan:

Dalam setiap rakaat, setelah membaca Al-Fatihah, dianjurkan membaca: Surah Al-Qadr satu kali, Surah Al-Ikhlas enam kali, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas masing-masing satu kali

Saat sujud, dianjurkan membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ دِينِي وَإِيمَانِي فَاحْفَظْهُمَا عَلَيَّ فِي حَيَاتِي وَعِنْدَ مَمَاتِي وَبَعْدَ وَفَاتِي.

(Ya Allah, sesungguhnya aku menitipkan agamaku dan imanku kepada-Mu, maka jagalah keduanya untukku selama hidupku, saat kematianku, dan setelah wafatku.)

Setelah salam, dianjurkan membaca:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ.

(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung.)

وَمِنْهُ رَكْعَتَانِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ أَيْضًا لِحِفْظِ الْإِيمَانِ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُورَةَ الْقَدْرِ مَرَّةً، وَسُورَةَ الْإِخْلَاصِ سِتَّ مَرَّاتٍ، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً مَرَّةً، وَيَقُولُ فِي السُّجُودِ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ دِينِي وَإِيمَانِي فَاحْفَظْهُمَا عَلَيَّ فِي حَيَاتِي وَعِنْدَ مَمَاتِي وَبَعْدَ وَفَاتِي"، وَيَقُولُ بَعْدَ السَّلَامِ: "سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ". (نهاية الزين، ص١۰٧)


  1. Shalat Lidaf’il Bala’

Yaitu shalat sunnah 2 rakaat yang bertujuan agar kita terhindar dari segala mara bahaya. Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّهِ تَعَالَى

Keabsahan Shalat untuk Menolak bala’ atau musibah dalam Islam

Syariat Islam memperbolehkan shalat dan doa sebagai sarana untuk menghilangkan bencana dan wabah. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Ra, Rasulullah ﷺ bersabda:

فَصَلُّوا حَتَّى يُفْرَجَ اللهُ عَنْكُمْ (صحيح مسلم، ج ٣، ص ٢٨)

"Maka shalatlah hingga Allah mengangkat musibah dari kalian." (HR. Muslim).

Imam Al-Badr Al-'Ayni Al-Hanafi dalam ‘Umdat al-Qari menjelaskan:

تَنْبِيهًا لِأُمَّتِهِ أَنَّهُ إِذَا وَقَعَ بَعْدَهُ يَخْشَوْنَ أَمْرَ ذٰلِكَ، وَيَفْزَعُونَ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ؛ لِأَنَّ ذٰلِكَ مِمَّا يَدْفَعُ اللَّهُ بِهِ الْبَلَاءَ. (عمدة القاري شرح صحيح البخاري، ج ۷، ص ٨٩)

"Nabi ﷺ memberikan peringatan kepada umatnya bahwa apabila terjadi bencana setelah beliau wafat, maka hendaknya mereka takut kepada Allah, memperbanyak dzikir, shalat, dan sedekah. Karena dengan itu, Allah akan mengangkat bala' (bencana)."

Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim menyatakan bahwa sabda Rasulullah ﷺ "Maka shalatlah hingga Allah mengangkat musibah dari kalian" bermakna:

بَادِرُوا بِالصَّلَاةِ وَأَسْرِعُوا إِلَيْهَا حَتَّى يَزُولَ عَنْكُمْ هَذَا الْعَارِضُ 

( شرح النووي على مسلم، ج  ٦، ص ٢۰٣)

"Bersegeralah dalam shalat dan laksanakan dengan segera hingga musibah yang menimpa kalian berlalu."

Dari hadits-hadits ini, Nabi ﷺ mengajarkan bahwa ketika terjadi bencana, seseorang hendaknya berlindung kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan shalat, di mana seorang hamba berdiri di hadapan Rabb-nya dalam keadaan penuh khusyuk dan penghambaan. Rasulullah ﷺ sendiri, apabila menghadapi suatu urusan yang berat, selalu berlindung dalam shalat.

Imam Ibn Bathal Al-Maliki dalam Syarh al-Bukhari menjelaskan:

وَأَخْبَرَنَا ﷺ أَنَّهُ حِينَ نُزُولِ الْبَلَاءِ يَنْبَغِي الْفَزَعُ إِلَىٰ الصَّلَاةِ وَالدُّعَاءِ، فَيُرْجَىٰ كَشْفُهُ لِقَوْلِهِ تَعَالَىٰ: "فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا" [الأنعام: ٤٢]. (شرح صحيح البخارى لابن بطال، ج ١، ص ١٠)

"Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa ketika bencana turun, seseorang hendaknya segera berlindung dalam shalat dan berdoa, dengan harapan agar Allah mengangkat musibah tersebut."Dalil Al-Qur’an yang mendukung hal ini adalah firman Allah: "Maka mengapa mereka tidak memohon dengan merendahkan diri ketika datang siksaan Kami?" (QS. Al-An’am: 43).

Dalam ayat ini, kata bencana mencakup segala macam penderitaan, seperti gempa bumi, bencana alam, wabah penyakit, dan lainnya.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan agar seseorang bergegas melaksanakan shalat saat menghadapi kekhawatiran akan datangnya keburukan.

وَفِي الْحَدِيثِ اسْتِحْبَابُ الْإِسْرَاعِ إِلَى الصَّلَاةِ عِنْدَ خَشْيَةِ الشَّرِّ كَمَا قَالَ تَعَالَى وَاسْتَعِينُوا بِالصبرِ وَالصَّلَاة وَكَانَ ﷺ إِذا حزبه أَمْرٌ فَزِعَ إِلَى الصَّلَاةِ وَأَمَرَ مَنْ رَأَى فِي مَنَامِهِ مَا يَكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ (فتح الباري بشرح صحيح البخاري، ج ١، ص ۲۱۱)

Dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bergegas melaksanakan shalat saat menghadapi kekhawatiran akan datangnya keburukan, sebagaimana firman Allah Ta’ala: (Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat) (QS. Al-Baqarah: 45). Rasulullah ﷺ juga jika menghadapi sesuatu yang berat, beliau langsung mengerjakan shalat. Beliau juga memerintahkan siapa saja yang melihat sesuatu yang tidak disukai dalam mimpinya agar segera melaksanakan shalat." 

Ada juga ulama’ dari kalangan malikiyah yang terang-terangan menganjurkannya bahkan wajib secara berjamaah dengan catatan ketika seorang imam memerintahkannya.

وَتُندَبُ الصَّلَاةُ عِندَهَا وَلِدَفْعِ الْبَلَاءِ وَالطَّاعُونِ، فَيُصَلُّونَ أَفْرَادًا أَوْ جَمَاعَةً إِذَا لَمْ يَجْمَعْهُمُ الْإِمَامُ أَوْ يَحْمِلَهُمْ عَلَىٰ ذٰلِكَ، وَالَّذِي يُظْهِرُ الْوُجُوبَ إِذَا جَمَعَهُمُ الْإِمَامُ عَلَىٰ ذٰلِكَ، وَهَلْ يُصَلُّونَ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَكْثَرَ؟ ذَكَرَ بَعْضُهُمْ عَنِ اللَّخْمِيِّ أَنَّهُ تُسْتَحَبُّ رَكْعَتَانِ (كوثَر المَعَاني الدَّرَارِي في كَشْفِ خَبَايا صَحِيحْ البُخَاري، ج ١۰، ص ٣٨٨)

Dianjurkan untuk melaksanakan shalat saat terjadi wabah atau untuk menolak bala’ dan tha’un (wabah penyakit). Shalat ini dapat dilakukan secara individu atau berjamaah, jika tidak ada seorang imam yang mengumpulkan mereka untuk shalat tersebut atau tidak ada dorongan dari imam untuk melaksanakannya. Namun, jika imam mengumpulkan masyarakat untuk shalat ini, maka yang tampak adalah kewajiban untuk mengikutinya. Adapun jumlah rakaatnya, apakah dua rakaat atau lebih, sebagian ulama menukil dari Imam Al-Lakhmi bahwa yang dianjurkan adalah dua rakaat.



Penulis: Muhammad Shofiyulloh S.Ag

Perumus: Muhammad Abidul Masykur S.Pd

Mushohih: Arief Rahman Hakim M.Pd



Daftar Pustaka

Muhammad Haqqy al-Nazil (W. 1301 H), Khozinah al-Asror, halaman 45, Daar Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon, cet. pertama (1993 M-1414 H).

al-`Iraqi (W. 806 H), Ibn as-Subki (W. 771 H), az-Zubaidi (W. 1205 H), Takhrij Ahaadits Ihya’ `Ulum ad-Diin, Juz 1 halaman 541, Daar al-Ashimat Iinasyr, Riyadh, cet. pertama (1987 M-1408 H), sebanyak 7 jilid.

Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali al-Tusy (W. 505 H), Ihya’ Ulumuddin, halaman 206 juz 1,  Daar al-Ma’rifat, Beirut, Lebanon : tanpa tahun.

al-Muttaqi al-Hindi (W. 975 H), Kanzul ‘Amal, halaman 813 juz 7, Muassasah ar-Risalah, cet. kelima (1985 M - 1405 H).

Abu Bakr Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyati (W. 1310 H), I’anah al-Thalibin, Juz 1 Halaman 666, Daar al-Salam, Kairo, Mesir, cet. ketiga (2021 M-1442 H), sebanyak 5 jilid.

Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi al-Bantani (W. 1316 H), Nihayatuz Zain, Halaman 104, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon, cet. pertama (2002 M-1422 H).

Zakaria bin Muhammad al-Anshari (W. 926 H), Tuhfah al-Thulab bi Syarh Matan Tahrir Tanqih al-Lubab, Halaman 77, Daar al-Kutb al-Ilmiah , Beirut, Lebanon, cet. pertama (1997 M-1418 H).

======================================



=================================================


==========================================================


====================================================


==========================================


==============================================

===============================================


===========================================

=============================================





Posting Komentar untuk " Shalat-Shalat Sunnah Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan"