CARA QADHA’ ZAKAT FITRAH

 

CARA QADHA’ ZAKAT FITRAH

Zakat fitrah merupakan salah satu dari berbagai macam zakat, zakat fitrah memiliki ketentuan sendiri yakni dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok, harus dikeluarkan dalam bulan romadhon dll.

Umumnya masyarakat mengeluarkan zakat fitrah di hari akhir bulan ramadhan bahkan terkadang panitia penerimaan zakat juga baru berjalan di akhir-akhir menjelang malam takbiran, sehingga tidak menutup kemungkinan ada sebagian orang yang hingga hari raya lupa bahwa selain puasa ada kewajiban lain yang harus dilakukan di bulan Ramadhan yakni zakat fitrah

Bagaimanakah cara mengqodoi zakat fitrah yang pada dasarnya hanya bisa dilakukan di bulan ramadhan ?

Jawab:

Wajib qadha’ meskipun ramadhan telah lewat, namun jika dengan sengaja tidak mengeluarkan zakat diwaktu yang ditentukan, maka wajib untuk segera mengqadha’nya, dan jika karena lupa maka tidak wajib segera mengqadha’nya.

وَاتَّفَقَتْ نُصُوْصُ الشّافِعيِّ والْأَصْحَابِ عَلَى أَنَّ الْاَفْضَلَ أَنْ يُخْرِجَهَا يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الخُرُوْجِ الَى صَلاةِ الْعِيدِ وَأَنَّهُ يَجُوزُ إِخْرَاجُهَا فِي يَوْمِ الْعِيدِ كُلِّهِ وَأَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَأْخِيْرُهَا عَنْ يَوْمِ الْعِيدِ وَأَنَّهُ لَوْ أَخَّرَها عَصَى وَلَزِمَهُ قَضَاءُهَا وَسَمُّوا إِخْرَاجَهَا بَعْدَ يَوْمِ الْعِيدِ قَضَاءً (المجموع شرح المهذب، ج6، ص 128)

Menurut kesepakatan nash dari Imam Al-Syafi'i dan para murid-muridnya, yang lebih utama waktu mengeluarkan zakat adalah pada Hari Raya sebelum habisnya waktu shalat Hari raya. Diperbolehkan untuk mengeluarkan zakat pada Hari Raya. Serta tidak diperkenankan mengakhirkan zakat dari Hari Raya. dan ketika dia mengakhirkannya, maka dianggap maksiat dan diwajibkan mengqadha’nya. Kemudian ketika zakat itu dikeluarkan setelah Hari Raya, maka disebut dengan Qadha’ Zakat (al-Majmu’ Syar hal-Muhadzab, 6:128).

 الحاصِلُ أَنَّ لَهَا خَمْسَةَ أَوْقاتٍ وَقْتٍ جَوازَ وَوَقْتَ وُجوبٍ وَوَقْتٍ فَضيلَةٍ وَوَقْتَ كَراهَةٍ وَوَقْتَ حُرْمَةِ فَوَقْتَ الجَوازِ أَوَّلَ الشَّهْرِ والْوُجوبِ اَدا غَرَبَتْ الشَّمْسُ والْفَضيلَةُ قَبْلَ الخُروجِ لِصَلَاةِ الْعِيدِ والْكَراهَةِ تَأْخيرُها عَنْ صَلاتِهِ إِلَّا لعَدْرٍ مِنْ انْتِظارٍ قَريبٍ أَوْ أَحْوَجَ والْحُرْمَةِ تَأْخيرُها عَنْ يَوْمِ الْعِيدِ (حاشية البجيرمي على الخطيب: ج 2 ص 351)

Kesimpulannya, waktu mengeluarkan zakat itu ada lima.

1.      Waktu  jawaz yakni dimulai pada awal waktu ramadhan

2.      Waktu wajib yakni  pada saat terbenamnya matahari

3.      Wakttu Fadhilah sebelum melaksanakan shalat Hari Raya

4.      Waktu Makruh yakni mengakhirkan zakat, kecuali kaarena uzdur (menunggu orang yang berhak mendapat zakat)

5.      Waktu Haram, yakni mengakhirkan zakat sampai berakhirnya Hari Raya

{وَحَرَّمَ تَأْخيرُها عَنْ يَوْمِهِ} أَيْ الْعِيدِ بِلَا عُذْرٍ كَغيبَةِ مَالٍ أَوْ مُسْتَحِقٍّ، وَيَجِبُ القَضاءُ فَوْرًا لِعِصْيانِه

{قَوْلُهُ وَيَجِبُ القَضاءُ فَوْرًا} أَيْ فِيمَا إِذَا أَخَّرَها بِلَا عُذْرٍ، وَقَوْلُهُ؛  لِعِصْيانِهِ، أَيْ بِتَأْخيرِهِ، قَالَ فِي التُّحْفَةِ؛ وَمِنْهُ يُؤْخَذُ لَوْ لَمْ يَعْصِ بِهِ لِنَحْوِ نِسْيانٍ لَا يَلْزَمُهُ الفَوْرُ وَهُوَ ظاهِرٌ كَنَظَائِرِهِ اهُ ، قَالَ  سم نَعَمْ ،( إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ج2، ص174)

Diharamkan mengakhirkan zakat dari waktunya (pada Hari Raya) tanpa uzdur (tidak adanya harta atau tidak adanya orang yang berhak menerima zakat). Maka diwajibkan untuk segera mengqadha’  zakat karena termasuk maksiat. Diwajibkan segera mengqhada’  zakat. Yakni ketika mengakhirkan zakat tanpa adanya uzdur. Dikatakan maksiat karena mangakhirkan zakat. Menurut Ibn Hajar al-Haitami dalam kitab al-Tuhfah, apabila mengakhirkan mengeluarkan zakat karena lupa, maka tidak dianggap maksiat. Kemudian tidak diharuskan untuk segera mengqadha’ zakat tersebut, dan pendapat ini juga disetujui oleh Imam Syihabuddin Ahmad bin Ibn Hajar al-Haitami.

Niatnya:

نَوَيُتْ اَنْ أُخْرِجَ زَكاةَ الفِطْرِ عَنْ نَفْسِي قَضاءً فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَىى

“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah dari dari saya sebagai zakat qodho’ fardhu karena Allah ta’ala.”

وَأَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَأْخيرُها عَنْ يَوْمِ الْعِيدِ وَأَنَّهُ لَوْ أَخَّرَها عَصَى وَلَزِمَهُ قَضاؤُها وَسُمّوا إِخْراجَها بَعْدَ يَوْمِ الْعِيدِ قَضاءً، وَلَمْ يَقُولُوا فِي الزَّكاةِ إِذَا أَخَّرَها عَنْ التَّمَكُّنِ أَنَّهَا قَضاءٌ، بَلْ قَالُوا يَأْثَمُ وَيَلْزَمُهُ إِخْراجُها ، وَظَاهِرُهُ أَنَّهَا تَكونُ أَداءً ، والْفَرْقُ أَنَّ الفِطْرَةَ مُؤَقَّتَةٌ بِوَقْتٍ مَحْدودٍ فَفَعَلُهَا خارِجَ الوَقْتِ يَكونُ قَضاءً كَالصَّلَاةِ . وَهَذَا مَعْنَى القَضاءِ فِي الِاصْطِلاحِ وَهُوَ فِعْلُ العِبادَةِ بَعْدَ وَقْتِها المَحْدودِ. بِخِلَافِ الزَّكاةِ فَإِنَّهَا لَا تُؤْقِّتُ بِزَمَنٍ مَحْدودٍ. واللَّهُ أَعْلَمُ (المجموع شرح المهذب، ج6، ص 106)

Tidak diperbolehkan mengakhirkan mengeluarkan zakat dari Hari Raya. Dianggap maksiat, Apabila seseorang mengakhirkan mengeluarkan zakat dan wajib mengqhada’nya. Kemudian mengeluarkan zakat setelah waktu Hari Raya disebut dengan Qadha’ zakat. Dan para ulama’ berpendapat mengenai zakat, ketika seseorang mengakhirkan mengeluarkan zakat maka tidak disebut dengan qadha’ zakat. Akan tetapi hal tersebut dikatakan dosa dan tetap wajib untuk menunaikan zakat. Maksud dari pendapat tersebut zakat harus dilakukan pada waktunya. Berbeda dengan zakat fitrah yang sudah ditentukan waktunya, dan apabila dilakukan diluar waktu yang ditentukan maka disebut dengan qadha’ seperti halnya shalat. Adapun makna qadha’ secara istilah adalah melakukan ibadah setelah habisnya waktu yang ditentukan. Berbeda dengan zakat yang tidak ditentukan waktunya (al-Majmu’ Syar hal-Muhadzab, 6:106).

Posting Komentar untuk "CARA QADHA’ ZAKAT FITRAH"