Hukum Memejamkan Mata bagi Orang yang Shalat

     Sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab fiqih bahwasannya disunahkan bagi orang yang sedang shalat untuk mengarahkan pandangannya ketempat sujudnya, terkadang ada seseorang yang shalat dengan memejamkan mata dengan alasan ingin lebih khusyu’. Bagaimana hukum memejamkan mata ketika shalat?
Para ulama’ berbeda pendapat
a.  Tidak Makruh
     Para ulama’ cenderung memilih “Memejamkan mata saat shalat tidaklah makruh bila tidak dikhawatirkan berdampak dharâr.
وَالْمُخْتَارُ اَنَّهُ لَا يُكْرَهُ إِذَا لَمْ يَخَفْ ضَرَرًا؛ لِأَنَّهُ يَجْمَعُ الخُشُوْعَ وَحُضُوْرَ الْقَلْبِ، وَيَمْنَعُ مِنْ إِرْسَالِ النَّظَرِ وَتَفْرِيْقِ الذِّهْنِ، قَالَ البَيْهَقِى: وَقَدْ رَوَيْنَا عَنْ مُجَاهِدِ وَقَتَادَةٍ أَنَّهُمَا كَرَهَا تَغْمِيْضَ العَيْنَيْنِ فِى الصَّلَاةِ وَفِيْهِ حَدِيْثٌ (مجموع شرح المهذب، ج 3، ص 314، المكتبة الشاملة)
b.  Makruh
     Menurut Syekh al-Abdari, salah seorang ashhâb Syafi'i, memejamkan mata saat shalat hukumnya makruh, pendapat ini diambil dari tabi'in, alasannya bahwa hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang Yahudi. Begitu juga tidak ditemukan riwayat bahwa nabi atau sahabat pernah shalat dengan memejamkan mata. Bahkan terdapat satu hadits yang melarang memejamkan mata ketika shalat;
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلَا يَغْمِضْ عَيْنَيْهِ  (المجموع الكبير للطبراني، ص 956، رقم الحديث 10794)
"Dari Ibn Abbas, beliau berkata, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang diantara kamu sekalian sedang shalat, janganlah memejamkan kedua matanya". al-Majmû’ al-Kabîr li al-Thabrânî, no. 10, hlm. 956, Nomor Hadits 10794.
     Dan juga diterangkan dalam kitab al-Majmû’ Syarh al-Muhadzab, juz III, hlm. 314, sebagai berikut:
اَمَّا تَغْمِيْضُ العَيْنِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ العَبْدَرِى مِنْ اَصْحَابِنَا فِي بَابِ اخْتِلَافِ نِيَّةِ الْاِمَامِ وَالْمَأْمُوْمِ: يُكْرَهُ أَنْ يُغَمِّضَ المُصَلِّى عَيْنَيْهِ فِى الصَّلَاةِ، قَالَ: قَالَ الطَحَاوِى: وَهُوَ مَكْرُوْهٌ عِنْدَ أَصْحَابِنَا أَيْضًا. وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِى، وَقَالَ مَالِكُ: لَا بَأْسَ بِهِ فِى الْفَرِيْضَةِ وَالنَّافِلَةِ (المجموع شرح المهذب، ج 3 ص 314)

دَلِيْلُنَا: أَنَّ الثَّوْرِى قَالَ: إِنَّ اليَهُوْدَ تَفْعَلُهُ ، قَالَ الطَّحَاوِى: وَلِأَنَّهُ يُكْرَهُ تَغْمِيْضُ الْعَيْنِ؛ فَكَذَا تَغْمِيْضُ العَيْنَيْنِ، هَذَا مَا ذَكَرَهُ العَبْدَرِى، وَلَمْ أَرَ هَذَا الَّذِى ذَكَرَهُ مِنَ الْكَرَاهَةِ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا (مجموع شرح المهذب، ج 3، ص 314)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hukum Memejamkan Mata bagi Orang yang Shalat"

Posting Komentar