HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL
Momen natal adalah hari kebahagiaan bagi umat
kristiani dan nasrani secara umum di Indonesia bahkan di dunia internasional.
Sebagai masyarakat yang memegang teguh toleransi dalam beragama kita harus bisa
menjaga hubungan harmonis antar umat beragama, hal ini menjadi menarik kalau
kita melihat maraknya pemberian ucapan selamat hari Natal dari kaum muslim atau
non muslim lainnya kepada umat kristiani. Fenomena pemberian ucapan selamat
hari Natal di Indonesia selalu menjadi sesuatu yang fenomenal setiap tahunnya
karena masih banyak kalangan yang mempertentangkan bahkan memperdebatkan
terkait pemberian ucapan tersebut.
Bagaimana hukum pemberian
ucapan selamat Natal dari orang islam kepada umat kristiani?
A.
Tidak boleh
Menurut ulama mutaqaddimin tidak boleh
mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani.
B.
Boleh
Menurut ulama mu’ashirin (zaman
sekarang/kontemporer) boleh mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani.
A.
يَقُوْلُ بَعْضُ
الْبَاحِثِيْنَ: إِنَّهُ مِنْ مُتَطَلِّبَاتِ الْأَخْلَاقِ الْاِجْتِمَاعِيَةِ أَنْ
يُهَنِّئَ الْمُسْلِمُ غَيْرَهُ فِي أَعْيَادِهِ بِشَرْطِ أَلَّا يَعْتَقِدَ صَوَابَهَا
إِذَا كَانَ الْأَخِيْرُ يُهَنِّئُ الْمُسْلِمِيْنَ فِي أَعْيَادِهِمْ وَيُضَيِّفُ
إِلَيْهِ بأَنَّ الْآيَةَ الشَّرِيْفَةَ: "وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا
بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا" لَهَا مَعْنًى عَامٌ يُمْكِنُ أَنْ تُوْضَعَ
التَّهْنِئَةُ ضِمْنَهَا.
B.
وَيَقُولُ البَعْضُ
: إِنَّ تَقْديمَ التَّهَانِي وَأَمْثالِها مِنَ الْأَعْمالِ يَكُوْنُ جَائِزًا إِذَا
لَمْ تُصَادِمْ أَحْكَامَ الشَّرِيْعَةِ ، وَلَمْ تُؤَدِّ إِلَى التَّشَبُّهِ بِالْغَيْر
عِنْدَ الضَّرُوْرَةِ والْاِضْطِرَارِ لَا بَأْسَ بِالتَّهْنِئَةِ عَمَلًا بِـ"
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِين".
C. وَيَقُولُ أَحَدُهُمْ بِمَا يَلِي:يَجُوزُ تَهْنِئَةُ غَيْرِ المُسْلِمِيْنَ بِمُنَاسَبَةِ أَعْيادِهِمْ إِذَا أُرِيْدَ بِهَا وَضْعُ حَدٍّ لِلْكَرَاهِيَّةِ بَيْنَ الطَّوَائِفِ المُتَعَدِّدَةِ الدِّيَانَاتِ، وَخَلْقِ مَشَاعِرِ الْوِدَادِ وَالتَّعَاطُفِ إِزَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي مُجْتَمِعَاتٍ غَيْرِ إِسْلَامِيَّة وَهَكَذَا تَجُوزُ التَّهْنِئَةُ دَفْعًا لِلضَّرَرِ أَوْ أَمَلًا فِي اهْتِدَاءِ الكَافِرِ إِلَى الْإِسْلَام (المسلم والآخر في بلدان الأقليات المسلم : 60 )
A. Beberapa peneliti mengatakan: sebagian dari
tuntutan akhlak dalam bermasyarakat adalah seorang Muslim memberi ucapan
selamat kepada non muslim pada hari rayanya, asalkan dia tidak percaya itu
benar. jika non muslim memberi selamat
kepada Muslim pada hari raya mereka dan menjamunya berdasarkan ayat al-Qur’an:
“apabila kamu semua diberi penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)”.
Ayat tersebut memiliki makna umum yang mungkin saja ucapan selamat juga masuk
dalam ayat tersebut.
B. Ada yang mengatakan bahwa mengucapkan selamat dan
perbuatan serupa diperbolehkan jika tidak bertentangan dengan hukum-hukum
Syariat dan tidak mengarah pada Tasyabbuh orang lain. Ketika dalam kondisi dhorurat dan terpaksa, tidak apa-apa untuk mengucapkan
selamat sesuai dengan ayat : “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Salah satu
dari mereka mengatakan:
C. Boleh mengucapkan selamat kepada Non-Muslim atas
hari raya mereka jika dengan hal itu dapat mengakhiri kebencian antara umat
beragama, dan untuk menciptakan perasaan keramahan dan simpati (toleransi)
terhadap umat Muslim ketika bermasyarakat dengan non-Muslim. Dengan demikian,
diperbolehkan untuk mengucapkan selamat kepada hari raya Non muslim untuk mencegah
kerusakan atau dengan harapan agar non muslim mendapat hidayah sehingga akan
masuk agama Islam” (al-Muslim wa al-Akhar fi Buldan al-Aqliyaat al-Muslim, 60)
1.
لَا مَانِعَ
شَرْعًا - كَمَا رَجَّحَهُ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ الْمُعَاصِرِيْنَ – أَنْ يُهَنِّئَ
الْمُسْلِمُ غَيْرَ الْمُسْلِمِيْنَ بِأَعْيَادِهِمْ مُشَافَهَةً أَوْ بِالْبِطَاقَاتِ
، وَأَنْ يَتَبَادَلَ مَعَهُمُ الْهَدَايَا ، خُصُوْصًا لِمَنْ كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ
صِلَةُ قَرَابَةٍ أَوْ جِوَارٍ أَوْ زَمَالَةٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنَ الْعَلَاقَاتِ
الْاِجْتِمَاعِيَّةِ ، اَلَّتِي تَقْتَضِي الْاِحْسَانَ وَحُسْنَ الصِّلَةِ اَلَّتِي
يُقِرُّهَا الْعُرْفُ السَّلِيْمُ ، بِشَرْطِ أَنْ لَا تَشْتَمِلَ التَّهْنِئَةُ أَوِ
الْإِهْدَاءُ عَلَى شِعَارَاتٍ أَوْ عِبَارَاتٍ أَوْ أَشْيَاءَ تَتَعَارَضُ مَعَ مَبَادِئِ
الْإِسْلَام".
2.
الْعِلَّةُ
فِي جَوَازِ ذَلِكَ، أَنَّ الْمُسْلِمَ حِينَ يُهَنِّئُهُمْ فِي أَعْيَادِهِمْ بِكَلِمَةٍ
أَوْ بِبِطَاقَةٍ أَوْ هَدِيَّةٍ لَا يَخْطِرُ عَلَى بَالِهِ الرِّضَى بِمَا هُمْ.
عَلَيْهِ مِنْ أَفْكَارٍ وَمُعْتَقَدَاتٍ ، وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ قَبِيْلِ حُسْنِ الْمُعَاشَرَةِ
وَالْبِرِّ والْإِقْسَاطِ اَلَّذِي شَرَعَهُ الْإِسْلَامُ لَنَا لِتَتَعَامَلَ بِهِ
مَعَ الْمُخَالِفِيْنَ الْمُسَالِميْنَ ، وَلَا سِيَّمَا إِذَا بَادَرُوْنَا بِتَهَنِئَتِنَا
فِي أَعْيَادِنَا ، وَإِهْدَائِنَا بِبَعْضِ الهَدَايَا ، إِذْ لَا يَلِيْقُ بِالْمُسْلِمِ
أَنْ يَكُوْنَ أَقَلَّ مِنْ غَيْرِهِ خَلْقًا وَكَرَمًا ، وَأَنْ يُقابَلَ عُرْفَانُ
هَؤُلَاءِ بِالنُّكْرَانِ وَتَوَدُّدِهِمْ بِالْجَفَاءِ وَالْقَسْوَة (العلاقات الإجتماعية
بين المسلمين و غير المسلمين في الشريعة الإسلامية : ص 139-140)
1. Tidak ada larangan dalam syara’ sebagaimana
pendapat yang diunggulkan oleh ulama kontemporer - seorang Muslim boleh memberi
ucapan selamat kepada non-Muslim pada hari raya mereka secara lisan atau dengan
kartu (pesan), dan seorang muslim juga boleh bertukar hadiah dengan mereka,
terutama bagi orang yang memiliki hubungan kekerabatan, ketetanggaan,
persekutuan atau hubungan sosial lainnya dengan mereka yang membutuhkan
perbuatan baik dan hubungan baik yang disetujui oleh Urf (adat) yang normal,
asalkan ucapan selamat dan memberi hadiah tersebut tidak mengandung pensyiaran
atau menyebarkan slogan atau hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam.
2. Alasan dibolehkan ucapan selamat tersebut adalah
ketika seorang Muslim memberi ucapan selamat kepada mereka atas hari raya
mereka dengan kata, kartu atau hadiah, maka orang muslim atas dasar kebaikannya
bukan berarti merasa ridha dengan apa yang dilakukan mereka. Karena hal
tersebut hanya sebatas melakukan pergaulan yang baik, sopan, dan adil yang
telah disyari’atkan oleh agama islam agar dapat bergaul bersama umat non
muslim. Terutama ketika kita bersegera mengucapkan selamat atas hari raya kita
dan memberikan sebagian hadiah karena tidak pantas hal tersebut dilakukan
terhadap orang islam ketika kurang mulia dan sopan dari orang non muslim dan
tidak pantas juga kebiasaan-kebiasaan ini di bandingkan dengan pengingkaran dan
merayu mereka dengan kasar dan kejam” (al-‘Allaqaat al-Ijtima’iyah baina
al-Muslimin wa Ghairi al-Muslimin fi al-Syari’at al-Islamiyah, 139-140)
0 Response to "HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL"
Posting Komentar