HUKUM MENGAMBIL SUGUHAN HAJATAN UNTUK DIBAWA PULANG
Ketika kita sedang menghadiri undangan, baik
undangan walimatul ‘urusy atau undangan yang lainnya, kemudian si tuan rumah
menyuguhkan berbagai macam hidangan atau suguhan. Kadang-kadang kita membawa
pulang makanan yang disuguhkan, baik sedikit atau banyak.
Bagaimana hukum mengambil suguhan hajatan yang dibawa pulang tersebut?
A. Tidak Boleh
Karena sesuatu yang disuguhkan hanya untuk
dimakan, dan suguhan tersebut sudah diizinkan oleh si pemberi, tidak boleh
diberikan kepada peminta-minta bahkan seekor kucing sekalipun tanpa adanya izin
dari si pemberi suguhan tersebut.
وَفِي الْخَادِمِ عَنْ الْعَبَّادِيِّ
أَنَّهُ يَحْرُمُ حَمْلُ شَيْءٍ مِنْ الْمَاءِ الْمُسَبَّلِ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ
الْمَحَلِّ كَمَا لَوْ أَبَاحَ لِوَاحِدٍ طَعَامًا لِيَأْكُلَهُ لَا يَجُوزُ لِأَحَدٍ
حَمْلُ الْحَبَّةِ مِنْهُ وَلَا صَرْفُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِك (فتاوى ابن حجر: ج3، ص163(
“Dalam
hadits al-'Abbadi bahwasanya haram mengambil sesuatu dari air yang disiapkan
untuk selain tempat tersebut. Seperti halnya jika seseorang mengizinkan kepada
seseorang hanya untuk memakan makanan tersebut, maka tidak diperbolehkan bagi
siapapun untuk membawanya atau memberikannya kepada orang lain” (Fatawi ibn
Hajar, 3:163).
وَفِي الِانْوَارِ: لَوْ قَالَ أَبَحْتُ لَكَ مَا
فِي دَارِي، أَوْ مَا فِي كَرَمِي، مِنْ الْعِنَبِ، فَلَهُ أَكْلُهُ دُونَ
بَيْعِهِ، وَحَمْلُهُ، وَإِطْعَامُهُ لِغَيْرِه. (فتح المعين: 138)
Dalam kitab al-Anwar : Seandainya seseorang mengatakan, “Aku perbolehkan bagimu apa yang ada dalam rumahku atau buah anggur yang ada pada pohon anggurku, maka boleh baginya memakannya, tidak boleh menjualnya, membawanya, atau memberikannya kepada orang lain (untuk dimakan) (Fath al-Mu’in: 138).
B. Boleh
Boleh bagi tamu untuk membawa suguhan makanan yang
telah disediakan dengan syarat mendapatkan izin dari tuan rumah atau ada
indikasi kerelaan dari tuan rumah.
الثَّالِثَةُ لَيْسَ لِلضَّيْفِ
التَّصَرُّفُ فِي الطَّعَامِ بِمَا سِوَى الْأَكْلِ فَلَا يَجُوزُ أَنْ يَحْمِلَ
مَعَهُ مِنْهُ شَيْئًا إِلَّا إِذَا أَخَذَ مَا يَعْلَمُ رِضَى الْمَالِكِ بِهِ (روضة
الطالبين 7: 339 (
“Perkara
ketiga yang berhubungan dengan tamu adalah tidak boleh baginya memanfaatkan
makanan selain untuk dimakan, dan juga tidak boleh seorang tamu membawa makanan tersebut kecuali ketika mengambil,
dia mengetahui kerelaan pemiliknya” (Raudhah al-Thalibin, 7: 339).
وَلَا يَتَصَرَّفُ فِيمَا قُدِّمَ لَهُ بِغَيْرِ
أَكْلٍ، لِأَنَّهُ مَأْذُوْنٌ فِيهِ عُرْفًا، فَلَا يُطْعِمُ مِنْهُ سَائِلًا
وَلَا هِرَّةً إِلَّا بِإِذْنِ صَاحِبِهِ أَوْ عَلِمَ رِضَاهُ (حشية الباجورى 2: 132)
“Seorang
tamu tidak boleh mengambil makanan yang telah disuguhkan kecuali untuk dimakan,
karena pada umumnya yang telah diizinkan hanyalah memakannya. Maka seorang tamu
tidak boleh memberikan makanan tersebut kepada peminta dan seekor kucing
kecuali dengan izin pemiliknya atau ada indikasi kerelaannya” (Hasyiyah al
Bajuri, 2:132).
0 Response to "HUKUM MENGAMBIL SUGUHAN HAJATAN UNTUK DIBAWA PULANG "
Posting Komentar