KETENTUAN-KETENTUAN DIWAJIBKANNYA MENJAWAB SALAM

 

KETENTUAN-KETENTUAN DIWAJIBKANNYA MENJAWAB SALAM

Ketentuan-ketentuan seseorang diwajibkan menjawab salam :

Ø  Orang yang salam atau utusannya mengucapkan salam dengan shigot syar’i.

Contoh :

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ / السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Ø  Jika ada orang yang salam dengan shigat syar’i maka wajib segera dijawab baik secara tulisan atau ucapan.

Ø  Orang yang disalami bukan orang yang lagi sibuk ibadah atau kegiatan yang lainnya seperti kencing, berak, berdo’a. Ketika sibuk ibadah dan lainnya maka pengirim salam tidak berhak menerima jawaban.

Ø  Ketika mendapat salam lewat tulisan maka wajib segera menjawab salam dengan tulisan atau ucapan.

Ø  Jika yang diberi salam adalah orang banyak kemudian ada satu orang yang menjawab maka kewajiban mereka telah gugur. Tetapi jika mereka semua tidak menjawab maka semuanya berdosa.

وَالحَاصِلُ لَا بُدَّ فِي وُجوبِ الرَّدِّ ، مِنْ صيغَةٍ شَرْعيَّةٍ مِنْ المُرْسَلِ أَوْ الرَّسولِ ، بِخِلَافِ مَا إِذَا لَمْ تُوجَدْ مِنْ واحِدٍ مِنْهُمَا ، كَأَنْ قَالَ المُرْسِلُ سَلِّمَ لِي عَلَى فُلانٍ ، فَقَالَ الرَّسولُ لِفُلَانٍ زَيْدٌ يُسَلِّمُ عَلَيْكَ ، فَلَا يَجِبُ الرَّدُّ ( قَوْلُهُ : وَبِهِ اَلْخُ ) مَعْطُوفٌ عَلَى بِاللَّفْظِ : أَيْ وَيَلْزَمُ المُرْسَلَ إِلَيْهُ الرَّدُّ فَوْرًا بِاللَّفْظِ أَوْ بِالْكِتَابَةِ ، فِيمَا إِذَا أَرْسَلَ لَهُ السَّلامُ فِي كِتابٍ فَيَلْزَمُ الرَّدُّ إِمَّا بِاللَّفْظِ أَوْ بِالْكِتَابَةِ . (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين : ج 4، ص 215(

“Kesimpulannya , wajib menjawab salam apabila salam dengan shigat syar’i (lafadz yang disyariatkan) baik dari pengirim atau utusan, berbeda dengan salam yang tidak diajarkan syari’at seperti pengirim salam berkata : “salamkanlah kepada fulan untuk ku” kemudian utusan tersebut berkata kepada fulan: “zaid mengucapkan salam kepadamu” maka tidak wajib dijawab. Penerima salam wajib segera memnjawab salam dengan lafadz atau tulisan. Jika seseorang mengirim salam di dalam buku (sms,wa) maka wajib menjawab salam dengan ucapan atau tulisan” (‘Ianah al-Thalibin ala Halli Alfadzi Fath al-Mu'in, 4:215)

إِذَاا كَانَ المُسَلَّمُ عَلَيْهِ مُشْتَغِلاً بِالْبَوْلِ أَوِ الْجِمِاعِ أَوْ نَحْوِهِمَا فَيُكْرَهُ أَنْ يُسَلَّمَ عَلَيْهِ، وَلَوْ سَلَّمَ لَا يَسْتَحِقُّ جَوَاباً، وَمِنْ ذَلِكَ مَنْ كَانَ نَائِماً أَوْ نَاعِساً، وَمِنْ ذَلِكَ مَنْ كَانَ مُصَلِّياً أَوْ مُؤَذِّناً فِي حَالِ أَذَانِهِ أَوْ إِقَامَتِهِ الصَّلَاةَ، أَوْ كَانَ فِي حَمَامٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الْأُمُوْرِ الَّتِي لَا يُؤَثِّرُ السَّلَامُ عَلَيْهِ فِيْهَا، وَمِنْ ذَلِكَ إِذَا كَانَ يَأْكُلُ وَالْلُقْمَةُ فِي فَمِّهِ، فَإِنْ سَلَّمَ عَلَيْهِ فِي هَذِهِ الْأَحْوَالِ لَمْ يَسْتَحِقَّ جَوَاباً (الأذكار للنووي ت الأرنؤوط: ص 251)

“Ketika penerima salam sedang kencing, jima’ dan lain-lain maka dimakruhkan mengucapkan salam kepadanya. Jika seseorang tetap salam maka ia tidak berhak mendapatkan jawaban. Diantara yang lainnya adalah orang yang tidur, ngantuk, shalat, adzan, iqamah, berada di kamar mandi, orang yang makan sedangkan pulukannya berada dimulut dan lain-lain yaitu perkara-perkara yang mana ketika mengucapkan salam tidak berdampak pada penerima salam, maka semua kondisi ini pengirim salam tidak berhak mendapat jawaban” (al-Adzkar li al-Nawawi: 251).

اِبْتِدَاءُ السَّلَامِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، فَإِنْ سَلَّمَ عَلَى وَاحِدٍ، وَجَبَ عَلَيْهِ الرَّدُّ، وَإِنْ سَلَّمَ عَلَى جَمَاعَةٍ، فَالرَّدُّ فِي حَقِّهِمْ فَرْضُ كِفَايَةٍ، فَإِنْ رَدَّ أَحَدُهُمْ، سَقَطَ الْحَرَجُ عَنِ الْبَاقِينَ، وَإِنْ رَدَّ الْجَمِيعُ، كَانُوا مُؤَدِّينَ لِلْفَرْضِ، سَوَاءٌ رَدُّوا مَعًا أَوْ مُتَعَاقِبِينَ، فَإِنِ امْتَنَعُوا كُلُّهُمْ، أَثِمُوا، وَلَوْ رَدَّ غَيْرُ مَنْ سُلِّمَ عَلَيْهِ، لَمْ يَسْقِطِ الْفَرْضُ عَمَّنْ سُلِّمَ عَلَيْهِ، وَيَكُونُ ابْتِدَاءُ السَّلَامِ أَيْضًا سُنَّةً عَلَى الْكِفَايَةِ، فَإِذَا لَقِيَ جَمَاعَةٌ آخَرِينَ، فَسَلَّمَ أَحَدُ هَؤُلَاءِ عَلَى هَؤُلَاءِ، كَفَى ذَلِكَ فِي إِقَامَةِ أَصْلِ السُّنَّةِ . (روضة الطالبين وعمدة المفتين : ج 10، ص 226)

“Mengawali salam adalah sunnah mu’akad. Jika seseorang mengucapkan salam kepada satu orang maka wajib dijawab oleh orang tersebut. Jika seseorang salam kepada orang banyak maka hukum fardhu kifayah bagi meraka untuk menjawab. Jika salah satu dari mereka menjawab maka semua orang telah gugur dosanya. Jika mereka semua menjawab salam maka mereka telah melaksanakan kewajiban baik menjawab salam dengan serentak atau tidak. Tetapi jika semuanya tidak menjawab salam maka mereka semua berdosa. jika telah dijawab oleh orang yang tidak disalami maka kewajiban tersebut tidak bisa gugur dari orang yang menerima salam. Mengawali salam menjadi sunnah kifayah juga ketika sekelompok orang bertemu dengan orang lain kemudian salah satu dari kelompok ini mengucapkan salam maka hal tersebut telah cukup untuk mendapatkan kesunnahan” (Raudhot al-Thalibin wa Umdat al-Muftin, 10:226)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KETENTUAN-KETENTUAN DIWAJIBKANNYA MENJAWAB SALAM"

Posting Komentar