Pada zaman sekarang memang lebih marak dengan yang namanya pergaulan bebas, sehingga seakan-akan negara kita punya nilai kebebasan tanpa adanya moral, bahkan masyarakat Indonesia yang biasa dikenal kental dengan adat ketimurannya, sedikit demi sedikit mulai luntur, karena semakin hebatnya pengaruh, transformasi budaya luar.
Pada suatu forum, misalnya acara ulang tahun atau pesta-pesta yang
lain sering terlihat dalam acara tersebut banyak bercampurnya antara laki-laki
dan perempuan, yang notabene adalah remaja. Sehingga para santri merasa sangat
tabu akan hal itu. Bagaimanakah hukum menghadiri suatu acara atau pesta yang
demikian itu?
Hukum berbaurnya laki-laki dan perempuan:
a. Haram dan berdosa
apabila menghadiri acara tersebut jika nantinya dapat menimbulkan fitnah. Keterangan kitab Is’ad ar-Rafiq:
مِنْ أَقْبَحِ الْمُحَرَّمَاتِ،
وَأَشَدِّ اْلمَحْظُوْرَاتِ إِخْتِلاَطُ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ فىِ
الْجُمُوْعَاتِ لِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْمَفَاسِدِ وَاْلفِتَنِ
اْلقَبِيْحَةِ (إسعاد الرفيق ص 67)
Sebagian perkara yang sangat diharamkan dan
dikhawatirkan adalah bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam tempat
perkumpulan yang dapat menimbulkan fitnah. (Is’ad al-Rafiq hal. 67)
b. Makruh, bilamana menilai kehadirannya dalam acara tersebut timbul rasa khawatir atau takut terkena
fitnah/berdampak negatif.
قاَلَ فى الزَّوَاجِرِ: وَهُوَ مِنَ
الْكَبَائِرِ لِصَرِيْحِ هَذِهِ اْلأَحَادِيْثِ، وَيَنْبَغِى حَمْلُهُ لِيُوَافِقَ
قَوَاعدُنَا عَلىَ مَا إِذَا تَحَقَّقَتْ الفِتْنَةُ: أَمَّا مُجَرَّدُ
خَشْيَتِهَا فَاِنَّمَا هُوَ مَكْرُوْهٌ، وَمَعَ ظَنِّهَا حَرَامٌ غَيْرُ
كَبِيْرَةٍ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ (إسعاد الرفيق ص:136)
c. Boleh, menghadiri acara tersebut jika ada keperluan
dan tidak menimbulkan fitnah serta tidak
melanggar aturan agama dan norma-norma yang berlaku, sehingga pergaulan
mereka memang merupakan hal yang wajar. Sebagaimana
keterangan dalam kitab (‘asyratun nisaa’ linasa’i, juz 1 hlm 170)
وَيَجُوْزُ اْلاِخْتِلاَطٌ إِذَا
كَانَتْ هُنَاكَ حَاجَةٌ مَشْرُوْعَةٌ مَعَ مُرَاعَاةِ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ
وَلِذَلِكَ جَازَ خُرُوْجُ الْمَرْأَةِ لِصَلاَةِ الْجَمَاعِ وَصَلاَةِ الْعِيْدِ
، وَأَجَازَ الْبَعْضُ خُرُوْجِهَا لِفَرِيْضَةِ الْحَجِّ مَعَ رُفْقَةٍ
مَأْمُوْنَةٍ مِنَ الرِّجَالِ. كَذَلِكَ يَجُوْزُ لِلْمَرْأَةِ مُعَامَلَةُ
الرِّجَالُ بِبَيْعٍ أَوْ شِرَاءٍ أَوْ إِجَارَةٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكْ. (عشرة
النساء للنسائي، ج 1ص 170 )
0 Response to "Hukum Pergaulan Bebas"
Posting Komentar