HUKUM SHALAT CAMPUR LAWAN
JENIS
Di sepanjang tahun 2019, banyak sekali aksi-aksi
muslim atau acara keagamaan besar-besaran digelar. Mulai dari aksi bela islam,
kampanye nasional, parade selawat nasional dan lain-lain. Dalam acara-acara
tersebut digelar juga shalat-shalat berjamaah (shalat subuh berjamaah atau
shalat lainnya). Akan tetapi karena alasan ramai dan padatnya masyarakat yang
hadir dan tidak memadainya sarana yang ada, memungkinkan dapat bercampurnya
shaf antara laki-laki dan perempuan.
Bagaimanakah hukum antara laki-laki dan perempuan bercampur dalam satu barisan shaf?
A. Batal Bagi Laki-Laki, Tidak Bagi Perempuan
Menurut Imam Abu Hanifah, dan ini pendapat yang
dipilih oleh Abu Bakr dan Abu Hafsh di kalangan ulama Hambali.
أَنَّ وُقُوفَ الْمَرْأَةِ خَلْفَ صَفِّ
الرِّجَالِ سُنَّةٌ مَأْمُورٌ بِهَا، وَلَوْ وَقَفَتْ فِي صَفِّ الرِّجَالِ
لَكَانَ ذَلِكَ مَكْرُوهًا. وَهَلْ تَبْطُلُ صَلَاةُ مَنْ يُحَاذِيهَا ؟ فِيهِ
قَوْلَانِ لِلْعُلَمَاءِ فِي مَذْهَبِ أَحْمَدَ، وَغَيْرِهِ. أَحَدُهُمَا:
تَبْطُلُ، كَقَوْلِ أَبِي حَنِيفَةَ، وَهُوَ اخْتِيَارُ أَبِي بَكْرٍ وَأَبِي
حَفْصٍ. مِنْ أَصْحَابِ أَحْمَدَ. (مجموع
الفتوى: ج 23 ص 395)
Sesungguhnya posisi shaf wanita di belakang laki-laki adalah aturan yang diperintahkan. Sehingga ketika wanita ini berdiri di shaf lelaki (sesejar dengan lelaki) maka hukumya makruh. Apakah shalat lelaki yang berada di sampingnya itu menjadi batal? Ada dua pendapat dalam madzhab hambali dan madzhab yang lainnya. Pendapat pertama, shalat lelaki yang disampingnya batal, ini pendapat Abu Hanifah, dan pendapat yang dipilih oleh Abu Bakr dan Abu Hafsh di kalangan ulama hambali. (Majmu’ al Fatawa, 23:395)
B. Tidak Batal Keduanya
Menurut
Imam Malik, as-Syafi’i, pendapat yang dipilih Abu Hamid, al-Qadhi dan yang
lainnya.
إِذَا
صَلَّى الرَّجُلُ وَبِجَنْبِهِ امْرَأَةً لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ وَلَا
صَلَاتُهَا سَوَاءٌ كَانَ امَامًا أَوْ مَأْمُومًا هَذَا مَذْهَبًا وَبِهِ قَالَ
مَالِكٌ وَالَاكْثِرُونِ. (المجموع شرح المهذب: ج 3 ص 252)
Jika
seorang laki-laki shalat dengan seorang wanita di sebelahnya, tidak batal
shalat keduanya, baik ia menjadi imam atau menjadi makmum dalam shalat dan
inilah pendapat mazhab kami (Syafii). Ini juga pendapat Imam Malik dan
kebanyakan ulama. (Al Majmu’ Syarah al
Muhadzdzab, juz 3, hal. 252)
Posting Komentar untuk "HUKUM SHALAT CAMPUR LAWAN JENIS"