TEMPAT-TEMPAT SEKITAR MASJID YANG TERMASUK BAGIAN DARI MASJID

 

TEMPAT-TEMPAT SEKITAR MASJID YANG TERMASUK BAGIAN DARI MASJID

Hukum-hukum masjid diterapkan jika berada di masjid, sebagai contoh shalat sunnah tahiyyatal masjid dan I’tikaf.

Area-area mana saja yang termasuk bagian dari masjid?

Tempat-tempat sekitar masjid yang termasuk masjid adalah serambi masjid, halaman masjid yang dipagari dan terdapat pintunya, atap masjid, menara masjid jika berada di area masjid atau pintunya di area masjid, dan bangunan yang sambung dengan masjid yang digunakan untuk shalat. Sedangkan kamar mandi atau WC bukan termasuk bagian dari masjid meskipun bangunannya sambung dengan masjid karena tujuannya bukan untuk shalat.

هِيَ بِنَاءٍ يَكُوْنُ أَمَامَ الْمَسْجِدِ غَيْرِ مُنْفَصِلِ عَنَّهُ هَذِهِ رُحْبَةُ الْمَسْجِدِ (فتح الباري لابن حجر، 13: 155)

Rahbatul Masjid (halaman masjid) adalah bangunan yang berada di depan masjid dan tidak terpisah dengan masjid. (Fath al-Bari li ibn Hajar, 13:155)

 (مَسْأَلَة ب) لَيْسَتِ الْجَوَانِي الْمَعْرُوفَةِ وَزُوَايَاهَا مِنْ رَحْبَةِ الْمَسْجِدِ وَلَا حَرِيمِهِ بَلْ هِي مُسْتَقِلَّةٌ لِمَا وُضِعَتْ لَهُ وَيُسْتَعْمَلُ كُلٌّ عَلَى مَا عُهِدَ فِيْهِ بِلَا نَكِيْرٍ، وَمِنْ ذَلِكَ الْبَولُ فِي مُضَارِيهَا وَمُكْثُ الجُنُبِ فِيْهِمَا وَلَا تُحْتَاجُ إِلَى مَعْرِفَةِ نَصٍّ مِنْ واقِفِهَا إِذِ الْعُرْفُ كَافٍ فِي ذَلِكَ، وَيَجُوزُ الاِستِنْجَاءُ وَغَسْلُ النَّجَاسَةِ الْخَفِيْفَةِ مِنْهَا وَأَمَّا الْمَمَرُّ مِنَ الْمَطَاهِرِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَمَا اِتَّصَلَ بِالْمَسْجِدِ مَسْجِدٌ وَمَا فَصَلَ بَيْنَهُمَا بِطَرِيقٍ مُعْتَرِضَةٍ فَلَا وَأَطلَقَ ابْنُ مَزْرُوعٍ عَدَمَ الْمَسْجِدِيَّةِ فِيهِ مُطْلَقًا لِلْعُرْفِ (بغية المسترشدين لعبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر باعلوي: ص ٦٣)

“Kamar mandi dan tempat sekitarnya tidak termasuk bagian serambi masjid dan tempat larangan masjid, akan tetapi merupakan tempat tersendiri karena untuk sesuatu yang dibuat dengan tujuan kamar mandi dan semuanya boleh digunakan sesuai atas apa yang telah diketahui tanpa ada yang mengingkarinya, termasuk dibuat untuk tempat kencing di kamar kecil, berdiam diri bagi orang junub, dan tidak diharuskan mengetahui keterangan dari orang yang mewaqafkannya. Karena ‘Urf (kebiasaan masyarakat) sudah mencukupi dalam hal tersebut (bukan termasuk bagian dari masjid). Sehingga boleh ber-istinja’ dan membasuh najis mukhaffafah di tempat tersebut. Sedangkan tempat yang suci dibuat untuk berjalan ke masjid jika sambung dengan masjid maka termasuk masjid. Sedangkan jalan yang melintang yang memisah dari keduanya itu tidak tergolong masjid. Menurut Ibnu Mazru’ bahwa tempat tersebut tidak tergolong masjid secara Mutlaq baik sambung dengan masjid atau tidak, karena memandang ‘Urf” (Bughyah al-mustarsyidin, 63).

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَسْجِدِ الَّذِي يَصِحُّ فِيهِ الاِعْتِكَافُ، مَا كَانَ بِنَاءً مُعَدًّا لِلصَّلَاةِ فِيهِ أَمَّا رَحْبَةُ الْمَسْجِدِ، وَهِيَ سَاحَتُهُ الَّتِي زِيدَتْ بِالْقُرْبِ مِنَ الْمَسْجِدِ لِتَوْسِيْعَتِهِ، وَكَانَتْ مُحَجَّرًا عَلَيْهَا، فَالَّذِي يُفْهَمُ مِنْ كَلَامِ الْحَنَفِيَّةِ وَالْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ فِي الصَّحِيحِ مِنَ الْمَذْهَبِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنَ الْمَسْجِدِ، وَمُقَابِلُ الصَّحِيحِ عِنْدَهُمْ أَنَّهَا مِنَ الْمَسْجِدِ، وَجَمَعَ أَبُو يَعْلَى بَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ بِأَنَّ الرَّحْبَةَ الْمَحُوطَةَ وَعَلَيْهَا بَابٌ هِيَ مِنَ الْمَسْجِدِ. وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّ رَحْبَةَ الْمَسْجِدِ مِنَ الْمَسْجِدِ، فَلَوِ اعْتَكَفَ فِيهَا صَحَّ اعْتِكَافُهُ، وَأَمَّا سَطْحُ الْمَسْجِدِ فَقَدْ قَال ابْنُ قُدَامَةَ: يَجُوزُ لِلْمُعْتَكِفِ صُعُودُ سَطْحِ الْمَسْجِدِ، وَلَا نَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا.

أَمَّا الْمَنَارَةُ فَإِنْ كَانَتْ فِي الْمَسْجِدِ أَوْ بَابِهَا فِيهِ فَهِيَ مِنَ الْمَسْجِدِ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَإِنْ كَانَ بَابُهَا خَارِجَ الْمَسْجِدِ أَوْ فِي رَحْبَتِهِ فَهِيَ مِنْهُ، وَيَصِحُّ فِيهَا الاِعْتِكَافُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ (الموسوعة الفقهية الكويتية: ج 5، ص 224)

“Ulama Fiqih sepakat bahwa yang dimaksud dengan masjid adalah tempat yang sah digunakan untuk I’tikaf dan bangunan yang dijadikan untuk shalat. Adapun Ruhbah al-Masjid adalah tempat yang ditambahkan di halaman/serambi masjid yang berada dekat dari masjid untuk memperluas masjid sehingga menjadi tempat yang terbatas. Maka dapat difahami dari perkataan ulama Hanafi, Maliki, dan Hambali dalam Qaul Shahih madzhabnya bahwa halaman/serambi masjid bukan termasuk masjid. Sedangkan menurut Pembanding Qaul Shahih mereka bahwa halaman/serambi masjid termasuk area masjid. Abu Ya’la mengumpulkan 2 riwayat bahwa halaman masjid yang dipagari dan terdapat pintunya itu termasuk area masjid. Menurut Madzhab Syafi’I bahwa halaman masjid termasuk area masjid. Maka jika seseorang ber’I’tikaf di halaman/serambi masjid hukumnya sah. Adapun atap masjid Ibnu Qudamah berpendapat boleh ber’I’tikaf dengan menaiki atap masjid dan tidak ditemukan khilaf dalam masalah ini. Sedangkan Menara masjid jika berada di area masjid atau pintunya di area masjid maka termasuk bagian dari masjid menurut madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali. Jika pintunya di luar area masjid atau berada di area halaman masjid maka termasuk bagian dari masjid sehingga sah ber’I’tikaf di Menara tersebut menurut madzhab Syafi’I” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-kuwaitiyah, 5:224).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TEMPAT-TEMPAT SEKITAR MASJID YANG TERMASUK BAGIAN DARI MASJID"

Posting Komentar