Menurut Syekh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz hukum merokok itu
haram secara syar’i karena bisa membahayakan kesehatan (mendatangkan berbagai
macam penyakit yang bisa menyebabkan kematian seseorang). Diterangkan dalam
kitab Hukm Syurb al-Dukhan Wa Imamati Man, juz 1, hal. 1-3.
فَقَدْ
دَلَّتْ اْلأَدِلَّةُ اَلشَّرْعِيَّةُ عَلىَ أَنَّ شُرْبَ الدُّخَانِ مِنَ
اْلأُمُوْرِ اَلْمُحَرَّمَةِ شَرْعًا لِمَا اِشْتَمَلَ عَلَيْهِ مِنَ
اْلأَضْرَارِ، قاَلَ تَعَالىَ: «وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ» فَهِيَ مِنَ الْخَبَائِثِ اَلْمُحَرَّمَةِ، وَيُؤَدِّيَ
شُرْبَهَا إِلىَ أَمْرَاضِ مُتَعَدِّدَةِ تُؤْدِيْ إِلىَ الْمَوْتِ، وَقَالَ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ»، فاَلضَّرَرُ
بِالْجِسْمِ أَوِ اْلإِضْرَارُ بِالْغَيْرِ مَنْهِيٌ عَنْهُ، فَشُرْبُهُ
وَبَيْعُهُ حَرَامٌ. (كتاب حكم شرب الدخان وإمامة من، ج 1 ص 1-3)
Dalil-dalil syar’i
menunjukkan bahwa sesungguhnya merokok itu termasuk perkara yang diharamkan
karena mengandung banyak bahaya. Allah berfirman “Dan (Allah) menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. Maka
merokok termasuk perkara buruk yang diharamkan, menghisapnya menyebabkan
penyakit yang menyebabkan kematian. Nabi bersabda: “Tidak boleh membahayakan
diri sendiri dan orang lain”. Maka membahayakan diri sendiri atau membahayakan
orang lain itu dilarang, maka menghisap dan menjual rokok itu haram. (Hukm
Syurb al-Dukhan Wa Imamati Man, juz 1, hal. 1-3)
Menurut Imam al-Bajuri merokok terkadang
juga bisa haram jika membelinya dengan uang jatah nafaqah yang dibutuhkan
keluarga atau berkeyakinan tentang bahaya merokok. Diterangkan dalam kitab
al-Bajuri, juz 1, hal. 343.
....وَقَدْ
تَعْتَرِيْهِ الْحُرمَةُ إِذَا كَانَ يَشْتَرِيْهِ بِمَا يَحْتَاجُهُ
نَفَقَةَ عِيَالِهِ أَوْ تَيَقَّنَ ضَرَرَهُ (البجوري، ج 1 ص 343)
b.
Makruh
Menurut Qaul Mu’tamad, seperti pendapat
Imam al-Bajuri, hukum merokok itu adalah makruh. Pendapat ini diterangkan dalam
kitab. Irsyad al-Ihwan fi Bayani Ahkami Syurbi al-Qahwah Wa al-Dukhan hal.
37-38.
(الْمُعْتَمَدُ
أَنَّهُ) اَيْ شُرْبُ الدُّخَانُ (مَكْرُوْهٌ كَمَا يَقُوْلُ اَلْبَاجُوْرِى
اَلْأَفْقَهُ) مِنْ كِتَابِ الْبُيُوْعِ مِنْ حَاشِيَةِ عَلىَ شَرْحِ اْلغَايَةِ،
وَعِبَارَتُهُ بَعْدَ ذِكْرِ الْقَوْلِ باِلْحَرَمَةِ وَهَذَا ضَعِيْفٌ وَكَذَا
اْلقَوْلُ بِأَنَّهُ مُبَاحٌ وَاْلمُعْتَمَدُ أَنَّهُ مَكْرُوْهٌ (إرشاد الإخوان:
في بيان أحكام شرب القهوة والدخان. ص 38 – 37)
(Qoul yang mu’tamad)
sesungguhnya merokok itu makruh seperti yang dikatakan oleh Imam al-Bajuri dari
kitab al-buyu’ dari hasyiyah syarah al-Ghoyah, perkataannya setelah menyebutkan
hukum haram, ini pendapat yang lemah, begitu juga dengan perkataan bahwa
hukumnya boleh, dan yang mu’tamad hukumnya makruh.
c.
Mubah
Menurut Syekh Ali al-Ujhuri al-Maliki,
merokok dihukumi sebagai sesuatu yang diperbolehkan, dan pendapatnya tersebut
juga diperkuat oleh pendapat al-‘Arif Abdul Ghani an-Nablusy. Diterangkan di
dalam kitab Takmilah Hasyiah Rad al-Muhtar, juz 1, hal. 15.
وَلِلْعَلَّامَةِ
الشَّيْخِ عَلِيٍّ الْأُجْهُورِيِّ الْمَالِكِيِّ رِسَالَةٌ فِي حِلِّهِ نَقَلَ
فِيهَا أَنَّهُ أَفْتَى بِحِلِّهِ مَنْ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ مِنْ أَئِمَّةِ
الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ .قُلْت: وَأَلَّفَ فِي حِلِّهِ أَيْضًا سَيِّدُنَا
الْعَارِفُ عَبْدُ الْغَنِيِّ النَّابْلُسِيُّ رِسَالَةً سَمَّاهَا (الصُّلْحُ
بَيْنَ الْإِخْوَانِ فِي إبَاحَةِ شُرْبِ الدُّخَانِ) وَتَعَرَّضَ لَهُ فِي
كَثِيرٍ مِنْ تَآلِيفِهِ الْحِسَانِ، (تكملة حاشية رد المختار، ج 1 ص
15)
d.
Wajib
Menurut pendapat Imam al-Bajuri, hukum
merokok itu terkadang bisa wajib apabila akan terjadi bahaya jika
meninggalkannya. Hal ini diterangkan dalam kitab al-Bajuri, juz 1, hal. 343.
....
بَلْ قَدْ يَعْتَرِيْهِ اْلوُجُوْبُ كَمَا يَعْلَمُ الضَّرَرُ بِتَرْكِهِ
(البجوري، ج 1 ص 343)
at-Thommah al-Kubro berpendapat kalau
menghukumi haram atau makruh itu harus ada dalil karena keduanya itu adalah
hukum syar’i, sedangkan dalam masalah rokok ini tidak ada dalil (al-Qur’an atau
Hadits) yang menetapkannya dengan hukum haram atau makruh, karena rokok
tidaklah membuat mabuk, tidak mengganggu pikiran juga tidak membahayakan,
bahkan ada beberapa manfaatnya sesuai dengan qoidah “al-Aslu fil
Asyyaai al-Ibaahah”, karena sesuatu yang membahayakan bagi sebagian orang
tidak bisa menjadi sebab mengharamkan kepada setiap orang. Seperti halnya
madu!, pada satu sisi madu bisa membahayakan bagi orang yang mengidap penyakit
kuning dan memperparah penyakitnya, tetapi di sisi lain madu bisa menjadi obat
bagi penyakit yang lain dengan keterangan yang pasti bahwa madu adalah obat.
Hal ini diterangkan dalam kitab Takmillah Hasiyah Raddul Muhtar , juz 1,
hal. 15.
وَأَقَامَ
الطَّامَّةَ الْكُبْرَى عَلَى الْقَائِلِ بِالْحُرْمَةِ أَوْ بِالْكَرَاهَةِ
فَإِنَّهُمَا حُكْمَانِ شَرْعِيَّانِ لَا بُدَّ لَهُمَا مِنْ دَلِيلٍ وَلَا
دَلِيلَ عَلَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ إسْكَارُهُ وَلَا تَفْتِيرُهُ وَلَا
إضْرَارُهُ، بَلْ ثَبَتَ لَهُ مَنَافِعُ، فَهُوَ دَاخِلٌ تَحْتَ قَاعِدَةِ
الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ وَأَنَّ فَرْضَ إضْرَارِهِ لِلْبَعْضِ
لَا يَلْزَمُ مِنْهُ تَحْرِيمُهُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ، فَإِنَّ الْعَسَلَ يَضُرُّ
بِأَصْحَابِ الصَّفْرَاءِ الْغَالِبَةِ وَرُبَّمَا أَمْرَضَهُمْ مَعَ أَنَّهُ
شِفَاءٌ بِالنَّصِّ الْقَطْعِيِّ (حاشية رد المختار، ج 1 ص 15)
0 Response to "Hukum Merokok"
Posting Komentar